Pages

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Scandinavia

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Scandinavia
Photobucket
Nama Scandinavia itu sendiri adalah sebuah indikasi tentang Veda, region yang memiliki akar-akar Sanskrit.
Scanda (atau Skanda) adalah warrior putra Lord Shiva dan menjadi Panglima dari angkatan perang ilahi.
Kata Sanskrit naviya menandakan ekspedisi laut dan pemukiman.
Jadinya ini adalah suatu daerah pemukiman yang diawali oleh kedatangan ekspedisi kelautan atas nama Skanda. Ekspedisi seperti ini dilakukan oleh para prajurit Kshatriya Veda yang tentunya menghuni daerah ini.

Pada halaman 53 dari buku India in Greece, Edward Pococke menelaah bahwa kelompok orang-orang Eropa, Scandinavia dan prajurit Kshatriya India adalah identik. Ini memperlihatkan bahwa para prajurit yang sama dari India yang bermigrasi sampai ke Eropa juga pergi ke Scandinavia. Orang-orang Viking dari daerah ini kemudian hari muncul sebagai pewaris tradisi ini. Ternyata, suku kata terakhir Viking (King) berasal dari kata Sanskrit simha yang berarti singa. Simha diucapkan sebagai “singa”, dan perubahan “S” menjadi “K” akhirnya menjadi “king”. Jadi, orang-orang Viking dianggap sebagai prajurit bagaikan singa.

Seluruh Eropa pada jaman dahulu kala diatur oleh klan Veda yang berbicara Sanskrit yang dikenal sebagai klan para Daitya. Danu dan Merk adalah dua pemimpin dari klan Daitya kuno itu. Dua nama inilah yang dikombinasi menjadi nama Denmark. Count Biornstierna, dia sendiri adalah orang Scandinavia, tidak ragu-ragu lagi dalam menentukan dalam bukunya, The Theogony of the Hindus, “Kelihatannya bahwa pemukim orang-orang Hindu bermigrasi ke Scandinavia sebelum Perang Mahabharata”.

Nama kuno Sveringe untuk Swedia dan Norge untuk Norwegia berasal dari istilah Sanskrit Swarga dan Narka. Istilah Swedia dalam Sanskrit berarti sebuah tempat tanpa keringat, dan narka berarti neraka. Sebuah kota di Norwegia benar-benar bernama Neraka (Hell).

Nama orang-orang Scandinavia seperti Amundsen dan Sorensen juga memperlihatkan karakter dari tradisi Veda. Istilah “sen” di India umumnya dipakai sebagai nama panggilan, tetapi juga sebagai nama perorangan, seperti Ugrasen, Bhadrasen, dan Bimasen.

Ajaran-ajaran kuno Veda yang diikuti oleh para Kshatriya juga dibawa ke Scandinavia. Kemudian itu menjadi Eddas, yang masih menjadi kitab suci paling tua di wilayah itu. Tetapi, karena terhentinya bentuk pendidikan Veda, konten Eddas semuanya berubah dari teks-teks kuno Veda menjadi cerita dongeng memakai bahasa modern setempat. Walau demikian, penelitian secara cermat mengungkapkan banyak kemiripan antara dongengan-dongengan dalam Eddas dengan legenda-legenda Veda dan Purana.

Balada rakyat Norwegia tentang Sigfried, sosok pahlawan yang terlahir dengan sebuah mantel tanduk, adalah peninggalan orang-orang Eropa tentang cerita Karna. Ia terlahir dengan tubuh berlapis baju zirah sebagaimana diuraikan dalam Mahabharata. Juga, cerita yang disebut “Hildebrand Lied”, yang tertua dalam mitologi rakyat Norwegia, adalah episode dari cerita klasik Ramayana.

Mirip dengan rentang waktu menurut Veda, di wilayah Norwegia dikatakan bahwa orang-orang pada jaman dahulu hidup selama ratusan tahun. Juga ada satu set zaman, atau periode waktu, yang mana kondisi akan semakin buruk dengan meningkatnya kekerasan ke dalam suatu masa yang disebut dengan jaman pisau dan kampak. Setelah jaman akhir ini akan ada apa yang disebut Ragnarok, periode annihilasi, penghancuran. Tetapi, setelah ini akan ada suatu masa restorasi yang mana dunia akan kembali kepada jaman kebaikan. Selama Ragnorak, dunia akan dihancurkan oleh nyala api yang datang dari sesuatu yang disebut Surt. Itulah ia yang menghuni dunia-bawah, Hel. Ini sangat mirip dengan versi menurut Veda (Bhagavatam 3.11.30) yang mana dunia dihancurkan oleh nyala api yang datang dari mulut Lord Sankarshana, yang merupakan ekspansi dari Yang Maha Kuasa yang berkedudukan di bagian bawah jagat raya.

Dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan dalam Veda juga sama dengan apa yang ditemukan di Scandinavia, walaupun telah diberi nama berbeda dalam Eddas. Kita menemukan pada halaman 27 dari catatan kaki Volume I dari teks Aryatarangini: “Bahkan saat ini, studi bahasa Sansekerta adalah sebuah usaha yang sangat dihargai diantara orang-orang Finlandia dan Lithuania dan dewa-dewa legendaris mereka sebagian besar identik dengan deity-deity Veda”.

Sebagai contoh, Woden milik penduduk Scandinavia dan Odin milik rakyat Jerman mirip dengan Varuna dalam Veda. Woden adalah dewa yang memerintah melalui kekuatan magis dan menaruh minat terhadap tujuan universal, dan tidak sekedar untuk dunia manusia. Odin memberikan aturan hukum kepada masyarakat. Varuna juga menaruh perhatian terhadap tatanan universal dan memberikan kaidah-kaidah moral untuk dunia. Sosok Woden dan Odin yang berpakaian kerajaan dan tinggal dalam istana wujudnya mirip dengan Varuna yang mengenakan mantel dan jubah keemasan dan tinggal dalam istana yang terbuat dari emas (Rig-veda 5.67.2).

Donar/Thor juga adalah dewa petir milik penduduk Scandinavia, bersenjatakan sebuah pecut halilintar. Ini sangat mirip dengan Indra, dewa hujan dan petir yang juga memakai sebuah pecut sebagai senjata, jadi, adalah dewa perang. Donar/Thor juga mempunyai kemampuan minum melebihi siapapun. Begitu juga, Indra juga dikenal karena minum air Soma dalam jumlah sangat besar (Rig-veda 5.29.7 & 3.48.2).

Bahkan simbolisasi juga diturunkan dari tradisi Veda. Adanya gajah dalam simbul orang-orang Scandinavia adalah indikasi yang sangat meyakinkan tentang lazimnya peradaban Veda di Scandinavia pra-Kristen. Sebenarnya tidak ada gajah di Scandinavia, tetapi gajah dianggap sebagai sebuah simbul dari kebijaksanaan dan kesucian yang sangat ditekankan dalam tradisi Veda. Patung-patungnya ditemukan menghiasi banyak kuil Veda dan istana.

Penggalan bukti lainnya adalah Gundestrup Cauldron. Ini adalah sebuah piala yang sangat besar terbuat dari perak yang berasal dari 150 B.C. yang ditemukan di Denmark. Ia menyajikan sebuah image Pashupati, Lord Shiva sahabat para binatang. Ini menunjukkan bahwa ia pastinya adalah deity yang umum di wilayah itu pada masa Eropa pra-Kristen. Piala ini menyajikan bukti lebih jauh tentang migrasi orang-orang Vedic Arya keluar India dan melalui Iran dan memasuki Eropa.

Juga terdapat sebuah peristiwa yang dimuat di koran-koran tentang sebuah bangkai kapal dari jaman purba di kedalaman lautan Arctic yang berisi image/patung Veda. Jadi para Kshatriya dan para orang bijak Veda pasti telah berlayar lebih jauh lagi ke utara Scandinavia dalam usaha mereka menjelajah dunia.

Informasi yang terkait dengan hal ini disajikan pada halaman 267-9 dalam buku Sanskrit and Its Kindred Literatures: Studies in Comparative Mythology karya Laura Elizabeth Poor: Bangsa Norwegia dikonversi ke dalam agama Kristen jauh belakangan bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya sehingga kosmogoni dan mitologi mereka masih terpelihara secara sempurna dalam kondisi tidak berubah. . . Literatur mereka sangat agung dan puitis. Kitab-kitab mereka yang sangat disucikan adalah dua Eddas, satu puisi, yang lainnya prosa, ditulis dalam bahasa (lidah) Norwegia tua yang pernah jadi bahasa percakapan bagi empat keluarga di seluruh Peninsula Scandinavia. Kata Edda berarti nenek moyang yang agung melalui pengulangan. Puisi Edda, yang lebih tua diantara yang dua, merupakan koleksi dari 37 hikayat. Beberapa diantaranya adalah religius, dan memberikan telaah tentang penciptaan dunia, tentang dewa-dewa dan manusia, beberapa diantaranya tentang cerita sejarah para pahlawan bangsa, satu diantaranya menyajikan sebuah serial peribahasa moral.

“Kisah-kisah balada ditulis sebelum abad ke-enam tetapi mereka baru dikumpulkan dalam tahun 1086 A.D. oleh seorang pendeta Kristen bernama Soemund. Para ilmuwan berpikir bahwa Soemund adalah sebuah nama yang diberikan kepadanya dalam kaitan ini, karena itu berarti mulut yang menyebarkan benih. . .”
Bersamaan dengan invasi Kristen terhadap Eropa, Olaf adalah raja Scandinavia pertama yang beralih menjadi penganut Kristen. Segera setelah ia dibaptis, ia membubarkan tentaranya tahun 1030 A.D. untuk setengah memaksa mengkonversikan seluruh orang Scandinavia menjadi Kristen. Setelah itu, dewa-dewa Veda dari masa lalu digambarkan secara sinis dan salah sebagai jahat dan iblis.

Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar