Google+

Menyembah Alam? Yang Benar Menyembahyangi Alam…

Menyembah Alam?
Yang Benar Menyembahyangi Alam…


Orang Hindu menyembahyangi air, tanah, pohon, api dan sebagainya.
  • Hal apa yang telah mereka berikan terhadap alam yang telah memberikan penghidupan bagi manusia?
  • Dan balasan apakah yang dapat kita berikan kepada alam?Mungkinkah uang atau balasan lain yang berbentuk fisik?
Tri Hita Karana dalam agama Hindu mengajarkan berinteraksi yang baik dengan alam dengan dua cara yaitu
agamais dan praktis. Agamais yaitu dengan melakukan sembah sujud bhakti secara langsung kepada alam dengan berbagai macam upacara (yajna). Praktis yaitu dengan melestarikan alam baik menjaga kebersihan dan keutuhan. Ini berarti bahwa praktis saja tidak cukup membalas kebaikan alam, namun dengan ketulusan bhakti pula. Sekarang bandingkan, mari kesampingkan cara agamais terlebih dahulu, adakah ajaran praktis yang bisa didapatkan dari agama non-Hindu? Maka, ada keterkaitan mengenai menyembahyangi alam ala Hindu dengan perbedaan keadaan alam antara Bali dan India dibandingkan dengan keadaan alam negara-negara Abrahamis yaitu Timur Tengah dan daerah-daerah non-Hindu seperti Nangroe Aceh Darussalam (Serambi Mekah) dsb. yang tidak pernah luput dari banjir bandang, tanah longsor, kekeringan dan sebagainya.

Jika muncul pertanyaan,
kalau Hindu sudah mengajari cara praktis, mengapa perlu cara agamais yang bersifat magis?”.

Bagi saya, itu adalah pertanyaan yang sangat menarik.
Mari kita ketahui, selain Pulau Dewata masih ada daerah lain yang tidak kalah indahnya dengan Bali seperti Cina, Hawai, dan bahkan mungkin masih ada lagi tempat yang lebih menarik dari Bali. Itulah mengapa Bali menjadi pusat perhatian dunia karena ada aura religius yang menjadi pesona yang menyelimutinya. Daerah-daerah yang baru saya sebutkan tadi adalah daerah-daerah non-Hindu yang di dalamnya tidak terdapat ritual atau upacara agama (yajna) untuk alam, tidak heran daerah tersebut kurang mendapat perhatian dunia karena tidak ada aura religius yang menyelimutinya.

Apa benar Bali menarik karena aura religius?

Cahaya Tuhan kita identikkan dengan cahaya putih yang berkilau gemilang.
Jadi perlu diingat, satelit NASA mengambil gambar bahwa pulau Bali mengeluarkan cahaya putih yang kemilau. Namun, India juga sama dengan Bali yakni sama-sama mengadakan yajna tapi mengapa Bali yang lebih menjadi sorotan dunia? Pertanyaan ini membuat saya ingat bahwa komunitas Islam terbesar di dunia ada di India sedangkan di Bali masih sedikit. Mungkinkah ada pengaruhnya? Lalu, apa yang tidak dapat dijelaskan mengenai pertanyaan tentang upacara agama Hindu terhadap alam.

Berikut adalah ayat yang menjadi bukti makna yajna terhadap alam dalam Bhagawad Gita 3.10:
“Pada awal ciptaan, Penguasa semua makhluk mengirim generasi-generasi manusia dan dewa, beserta korban-korban suci untuk Wisnu, dan memberkahi mereka dengan bersabda"
“Berbahagialah engkau dengan yajna (korban suci) ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan kepadamu segala sesuatu yang dapat diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan”

Masih mengenai alam, saya mengutip ayat Al-qur’an 7.96 dan Al-qur’an 24.39 yang menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi saya untuk dibandingkan, berikut tulisannya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa kepada Allah, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi”.

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”.

Padahal kita tahu bahwa seluruh penduduk Arab dan negara Islam Timur Tengah (termasuk Kristen dan Yahudi) lainnya sangat beriman dan bertaqwa terhadap Allah.

Namun,
  • mengapa tidak pernah ada berkah sedikitpun dari langit berupa hujan dan berkah sedikitpun dari bumi berupa tetumbuhan hijau?
  • Apakah Anda pernah melihat fatamorgana di tanah Bali yang hijau yang sarat dengan kesuburan?
  • Bukankah fatamorgana hanya bisa setiap hari dilihat di Arab Saudi (Baitullah atau rumah Allah) atau Timur Tengah (tempat lahirnya agama-agama Abrahamis) secara keseluruhan yang kering kerontang?
  • Jika benar Yesus adalah Putra Allah, mengapa tempat kelahirannya kering kerontang?
  • Antara sloka Bhagawad Gita dan ayat Al-qur’an yang dikatakan suci, manakah yang benar?

Beberapa bulan yang lalu, umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia digemparkan dengan penemuan seorang ilmuwan Jepang yang bernama Masaru Emoto. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air yang merupakan benda mati mampu merespon kita, manusia yang merupakan makhluk hidup. Dalam penemuannya, dengan menggunakan mikroskop berkekuatan super ia melihat kristal dalam air dapat berubah-ubah bentuknya sesuai dengan pengaruh yang manusia berikan pada air itu. Jika kita mengatakan hal yang negatif pada air, kristal air itu akan berubah menjadi bentuk yang sangat buruk sekali sedangkan jika kita mengatakan hal yang positif pada air, kristal dalam air itu akan berbentuk sangat indah sekali. Percobaan itu tidak dilakukan pada jenis air yang berbeda, tapi percobaan itu dilakukan pada air dari sumber yang sama dan pada waktu yang bersamaan juga.

Mengapa saya mengatakan penemuan ini menggemparkan umat Islam sedunia?

Atas penemuan ini, umat Islam khususnya di Indonesia merasa sangat bangga. Mereka mengatakan bahwa penemuan ini sesuai dengan ayat Al-qur’an jadi Al-qur’an sangatlah ilmiah atau benar atau masuk akal. Al-qur’an 21.30 dan 50.9:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”

Mereka juga membayangkan betapa berkhasiatnya air zam-zam di Mekah yang dibanjiri jutaan umat Islam dari seluruh dunia dalam doa tiap tahunnya.

Saya heran mengapa mereka mengutip ayat tersebut untuk percobaan ini?
“…Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup…”

ini berarti bahwa selain Allah, Muhammad jugalah yang menciptakan makhluk hidup dan bukankah dalam Islam Muhammad hanyalah manusia biasa?

Selain itu, bukankah dalam Islam makhluk hidup itu hidup dari tanah?

Al-quran 6.2 adalah salah satu ayat yang membuktikan bahwa Islam mengatakan makhluk hidup berasal dari tanah:

“Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal, dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya, kemudian kamu masih ragu-ragu”.

Dan mengapa juga Arab Saudi masih tetap kering kerontang padahal ada mata air zam-zam yang sangat dibanggakan?

Sebelumnya, mereka dengan bangga mengatakan Al-qur’an adalah ilmiah. Bukankah ayat yang mereka kutip itu semakin memperlihatkan bahwa agama Islam itu tidak ilmiah?

Bahkan, atas penemuan itu mereka sempat menyindir agama Hindu karena agama kita membakar mayat sedangkan agamanya memandikan mayat. Dengan beranggapan bahwa dengan memandikan mayat yang disertai doa, maka tidak akan kotor lagi tetapi akan suci. Bukankah mayatnya akan dikubur dan akan kotor lagi dengan tanah? Mereka tidak tahu padahal dalam agama Hindu mayat dimandikan terlebih dahulu baru dibakar. Tubuh kita berasal dari ketiadaan maka sudah sepatutnya tubuh kita berakhir dengan ketiadaan pula. Dan justru dengan apilah kita menyucikan mayat itu.

Lalu, siapa yang bisa mengotori api?

Siapapun tidak bisa mengotori api. Karena api adalah elemen alam yang sangat suci oleh karena itu umat Hindu juga mengadakan sembahyang dengan api dan juga menyembahyangi api dalam upacara Agni Hotra. Masih mengenai air, cara kita yang menyembahyangi air memang merupakan hal yang musryik bagi umat Islam.

Tapi kebanyakan dari mereka tidak tahu dari manakah asal air yang mereka minum.
Saya ambil contoh nyata, hutan Ranget terletak di Lombok, NTB. Di tengah hutan ini terdapat banyak mata air. Aliran mata airnya dimanfaatkan oleh PDAM untuk disalurkan ke perumahan dan perkantoran di kota Mataram.

Di kota Mataram sangat banyak umat Islam termasuk Islam fanatik, tapi tidak mereka sadari bahwa air PDAM yang mereka gunakan untuk mandi, minum bahkan untuk berwudhu berasal dari mata air di kawasan Pura Ranget di tengah hutan Ranget yang telah diselimuti dengan yajna yang dilakukan oleh umat Hindu di Lombok.
Di Lombok, mata air tidak hanya berasal dari Pura Ranget.
Ada banyak pura di Lombok yang memiliki mata air di dalam pura di mana mata air tersebut dicanangin saat sembahyang dan aliran mata air tersebut digunakan petani yang beragama Islam untuk mengairi sawahnya, untuk perikanan dan berbagai kehidupan sehari-hari namun mereka tetap tidak sadar. Malahan mereka tetap saja fanatik dengan umat Hindu sampai-sampai mereka berani secara tegas melarang pembangunan pura di sana.

Pulau Lombok dikenal juga sebagai Bali ke-dua, Lombok tidak kalah suburnya dengan Bali.
Inilah kekuatan mantra dalam yajna oleh umat Hindu di Lombok sehingga alam tetap seimbang. Sesuai penemuan ilmuwan Jepang tersebut, mantra yang diucapkan saat sembahyang mempengaruhi mata air untuk terus menyuburkan pulau Lombok. Kita sebagai umat Hindu sudah tahu sejak jutaan tahun lamanya bahwa air yang diberi mantra atau doa akan mempengaruhi air itu menjadi baik, oleh karena itu saat sembahyang kita menggunakan air untuk dijadikan amertha. Jadi, penemuan itu telat adanya. Tapi penemuan itu membuat agama Hindu berkesan ilmiah.

Itu hanya air dan bagaimana dengan api, elemen yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Kita tidak perlu bersusah payah bereksperimen apakah api juga mampu merespon kita, karena sebagai umat Hindu kita tahu bahwa api pun mampu merespon kita. Coba Anda perhatikan letak beberapa negara Timur Tengah, Indonesia dan sebagian India, secara astronomi semuanya terletak pada daerah tropis. Ini menandakan iklim negara-negara tersebut sama.

Tetapi coba bandingkan, Indonesia dan India begitu subur dan sejuk namun negara-negara Timur Tengah begitu kering dan panas. Bola api raksasa yaitu matahari terkesan pilih kasih. Pada negara berpenduduk Hindu memberi sinar yang hangat tapi pada negara berpenduduk non-Hindu begitu panasnya sampai mengeringkan.

Mengapa demikian?

Semua karena kita melakukan yajna pada api, pada Dewa Surya sedangkan mereka tidak pernah sama sekali melakukan hal yang positif pada api. Inilah cara agama Hindu agar kehidupan manusia dapat seimbang dengan alam.

Apa yang dapat ditawarkan agama lain?
Saya persilahkan kepada ilmuwan lainnya untuk membuktikan bahwa api mampu merespon manusia.

sumber vedasastra.wordpress. com/2010/01/06/menyembah-alam-yang-benar-menyembahyangi-alam
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar