Google+

Agama Langit dan Agama Bumi

Agama Langit dan Agama Bumi Dikotomi Tak Tahu Diri

Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal:
  • pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, 
  • pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; 
  • pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha 
  • dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya ; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha).

Agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.

Bangga Beragama Bumi

BANGGA BERAGAMA BUMI
Oleh I.B. Arya Lawa Manuaba
Mandalakawi Virtual Ashram, santikatmaka ring asing kawya
Griya Kanginan Baler Pasar Tegal Darmasaba
Abiansemal, Badung, Bali 80352
mandalakawi.googlepages.com
mandalakawi@gmail.com

Mengapa mesti malu beragama bumi karena kita tinggal di bumi;
sementara agama langit masih menggantung di awan-awan yang tidak tetap adanya...


Orang Hindu dikenal sebagai orang yang cinta damai, penuh pengertian, jujur, dan penolong. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh ajaran Hindu itu sendiri yang menekankan kepada konsep ahimsa, prema, shanti, dan satya. Oleh karena itu, di mana pun orang Hindu berada, ia akan selalu membawa kedamaian bagi masyarakat sekitarnya. Bukan hanya itu, makhluk lain seperti binatang dan tetumbuhan pun ikut merasakan kedamaian karena manusia Hindu turut mencurahkan kasihnya kepada alam sekitar dalam konsep-konsep filosofi yang adiluhung: Tri Hita Karana.

Mengapa filosofi Hindu begitu luhur dan mencakup kesejahteraan seluruh makhluk hidup?
Jawabannya sederhana: karena Hindu adalah agama Bumi.

Sebelum beranjak ke paparan selanjutnya, ada baiknya kita mengetahui istilah agama langit dan agama bumi. Ngakan Made Madrasuta dalam bukunya Saya Beragama Hindu mengutip beberapa penggolongan agama yang dibuat subyektif oleh pihak-pihak tertentu. Salah satu diantaranya adalah agama samawi (langit) yang berasal dari wahyu Tuhan, dan agama alamiah (bumi) yang berdasarkan kepada renungan manusia/buatan manusia. Agama Hindu sendiri, dalam golongan itu dimasukkan dalam agama buatan manusia (agama bumi).

Ketika ini menjadi polemik, beberapa kalangan umat Hindu yang berpendidikan mulai mengajukan protes etis. Dikatakan etis karena kita (bagian dari mereka) menggunakan media komunikasi tertulis untuk melawan anggapan itu. Terbitlah buku-buku yang berisikan pertentangan-pertentangan atas tuduhan bahwa Hindu adalah agama bumi, dan perang media pun dimulai. Keributan memang syukur tidak terjadi berupa demonstrasi (seperti kasus lukisan Nabi Muhammad yang mengeluarkan ribuan desibel suara manusia beberapa waktu yang lalu) atau aksi anarkis lain. Namun, perang media ini juga sebenarnya tidak perlu terjadi kalau kita menerima dengan lapang dada (sekaligus bangga) bahwa agama Hindu memang adalah sebuah agama bumi.

Jangan salah sangka dulu.

Aksi perang untuk mempertahankan nama suci agama adalah sungguh mulia, apalagi perang media yang lebih mengutamakan kekuatan pikiran daripada kekuatan fisik. Namun, ada baiknya kita kembali kepada filsafat kita sebagai orang Hindu yang tabah, penuh pertimbangan, dan bijaksana dalam menghadapi hal ini.
Suatu agama, ketika ia diturunkan adalah abstrak.

Agama apa pun sebenarnya adalah agama wahyu, sekalipun ada agama yang berdasar kepada renungan manusia suci (enlightened human). Dikatakan begitu karena setiap individu adalah percikan Tuhan (atma) yang memiliki potensi, pengetahuan, dan kesadaran yang sama dengan sang pencipta. Jika manusia secara konsisten menyadari eksistensinya sebagai atma, maka ia akan memperoleh pencerahan. Singkatnya, seluruh pengetahuan dan pencerahan datangnya dari sang diri (atma) yang sumbernya dari Tuhan (paramatma).

Kembali ke masalah agama bumi. Wahyu Tuhan yang abstrak kemudian disusun sedemikian rupa oleh manusia yang terpilih untuk itu (Rsi, Nabi) dan meng-konkret-kannya dengan cara membaurkannya dengan budaya, lingkungan, serta karakteristik manusia yang hidup di sana. Dengan kata lain, agama itu dibumikan.

Jadi, agama yang berupa wahyu Tuhan harus terlebih dahulu disesuaikan dengan kondisi alam dan masyarakat tempat di mana agama itu berada sehingga dapat dimengerti dan diaplikasikan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, jika kita melihat contoh Hindu, satu wilayah akan berbeda pelaksanaannya dengan wilayah lain.

Agama yang telah dibumikan adalah agama yang sudah nyekala, bukan lagi niskala. Agama yang dibumikan ini telah memiliki aturan-aturan, filosofi, etika, dan tata upacara konkret yang disesuaikan dengan keadaan alam dan sosial. Agama Hindu sendiri adalah agama yang telah dibumikan, sehingga ajaran-ajarannya, filosofinya, serta tatanan kehidupan beragamanya telah meluruh dan melekat dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Ajaran-ajaran Hindu yang telah membumi ini menawarkan cara-cara dan aturan luhur tentang bagaimana menjaga keharmonisan antara alam, manusia, dewata, leluhur, Tuhan, dan bahkan dengan kekuatan alam (para bhuta kala). Karena manusia tinggal di bumi, maka ia harus hidup selaras dengan bumi. Unsur-unsur pembentuk tubuh manusia sama dengan unsur-unsur pembentuk bumi. Jadi, jika bumi tidak harmonis, maka keharmonisan juga tidak akan datang kepada manusia yang mendiaminya.

Singkatnya, banggalah beragama Hindu: sebuah agama bumi yang menawarkan ajaran-ajaran luhur tentang bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap tempat di mana kita hidup. Terbukti kini bahwa konsep Hindu diterima secara universal karena ia mengajarkan keharmonisan dengan alam.
  • Lihatlah contoh the silent day yang diangkat dari konsep Nyepi di Bali.
  • Contoh lain berupa ilmu yoga dan vegetarianisme yang terbukti dapat meningkatkan umur dan kesehatan manusia jauh melampaui obat-obat mana pun.

Itu semua karena Hindu adalah sebuah agama yang memang dibumikan untuk manusia yang tinggal di bumi. Ia juga adalah agama langit karena mencakup keberadaan dewa-dewa, malaikat, pitara, makhluk suci seperti widyadara dan carana, para rsi agung, hingga para asura yang kejam. Mari saudara sedharma, kembali kepada jati diri kita dan hentikan perang yang tidak berguna ini. Toh, jika mereka beragama langit, itu artinya mereka masih di awang-awang.

diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Belajar Mengamati dan mencari ke dalam

Belajar Mengamati dan mencari ke dalam

Ketika kegagalan terjadi dalam suatu upaya kolektif, umumnya orang-orang sibuk mencari letak kesalahan-kesalahan yang terjadi di luar diri mereka sendiri. Bila itu tak dimungkinkan —oleh alasan-alasan etis atau sosial-hierarkis— maka mereka akan menimpakan kesalahan-kesalahannya pada alam, kondisi, situasi dan lain sebagainya. Yang ini sudah lumayan baik, karena bersifat lebih netral, lebih etis dan tak ada pihak yang merasa dipersalahkan atau dipojokkan karenanya.

Menjadikan alam, kondisi, situasi, keadaan, cuaca, waktu dan sejenisnya sebagai 'kambing-hitam' rupanya telah sejak dahulu dilakukan manusia; dan ini dipandang wajar-wajar saja, disamping netral dan memang bisa dibuat agar terdengar masuk-akal. Pokoknya, asalkan kesalahan-kesalahan itu ada di luar diri mereka sendiri.

Dalih, 'pengkambing-hitaman' ataupun pelemparan kesalahan keluar yang ‘paling canggih’ di antaranya adalah: "Kita hanya bisa merencanakan saja, Tuhanlah yang menentukan." Terdengar sangat saleh, religius bahkan bijak. Segala sesuatunya dikembalikan kepada Tuhan. 

Monoteisme dan Politeisme, apanya yang salah...??

Monoteisme dan Politeisme, apanya yang salah...??

Yang salah dengan politheisme, adalah bahwa karena politheis mengakui adanya banyak Tuhan.

Lalu apa yang salah bila Tuhan banyak?

Alam semesta akan kacau. Sebab perintah Tuhan yang satu dapat bertentangan dengan perintah Tuhan yang lain.
Misalnya:
Allah, Tuhannya orang Islam, memerintahkan matahari terbit dari timur, setelah kemarin sore beristirahat di kolam lumpur yang kotor di kaki Allah.
Tetapi Yahweh, Tuhannya orang Yahudi, memerintahkan matahari terbit dari selatan (mungkin masing-masing Tuhan ini ikut terpengaruh oleh permusuhan para pengikutnya yang sedang berlangsung di Timteng).
Lalu matahari, karena binggung, memilih jalan sendiri, terbit dari utara. Jadi kacau balaulah alam semesta ini. Ini tentu saja pandangan para pengikut monotheisme.

Allah mengurus segala dari kursinya yang dipikul oleh para malaikat di langit ketujuh dari soal besar seperti menciptakan alam semesta, mengatur terbitnya matahari, sampai masalah-masalah pribadi dalam rumah tangga nabi atau utusannya, misalnya pertengkaran para istri karena cemburu, dan juga menentukan jodoh dan perceraian para pemain sinetron Indonesia.

Tugasnya yang paling menyita waktu tetapi mungkin yang paling mengasyikan adalah meniup roh ke dalam janin yang baru berumur 40 hari yang masih ada dalam perut ibunya. Tak perduli janin itu hasil perkawinan resmi atau perselingkuhan.

Saya tidak mempunyai informasi apakah Yahweh dalam Torah (Perjanjian Lama) atau Kristus dalam Perjanjian Baru juga melakukan tugas yang melelahkan namun menyenangkan ini?

Dalam monotheisme segala hal digantungkan pada Tuhan, kata Toynbee.

Tuhan yang mahakuasa yang telah menciptakan alam semesta lalu menjadi God of small thing. Dan karena itu seringkali menjadi “a medling God” Tuhan yang usil, suka campur tangan. Dalam monotheisme, hukum alam (Rta) dan hukum yang mengatur manusia (karma), adalah musuh Tuhan, karena hukum-hukum itu menghalangi atau mengurangi kekuasaannya.

Tuhan dalam monotheisme dianggap sama dengan manusia, tetapi manusia yang tidak bijaksana, gila kuasa, cumburu, pembalas dendam dll.

Richard Dawkin menggambarkan Tuhan dalam monotheisme rumpun Yahudi yang sifat-sifatnya sangat tidak menyenangkan dalam seluruh khayalannya : cemburu dan bangga dengannya; yang picik, gila-mengatur dan tanpa-maaf; yang pembalas dendam, pembersih etnis yang haus darah; yang pembenci perempuan, pembenci manusia, rasis, pembunuh anak-anak bayi, pembunuh suku-suku bangsa, pembunuh anak-ananya sendiri, pembuat gerubug/epidemi, megalomaniak, sadomasokistik / memperoleh kenikmatan dari kekejaman yang dilakukannya, penggertak atau pengganggu jahat yang suka beringkah laku semaunya) atau yang secara singkat oleh Thomas Jefferson, salah seorang bapa pendiri Amerika Serikat dikatakan “a being of terrific character –cruel, vindicative, capricious and unjust” (satu mahluk dengan sifat mengerikan – kejam, pembalas dendam, bertingkah laku semaunya dan tidak adil) (Richard Dawkins : The GOD Delusion”, 2006, hal 31).

Tetapi menurut David Hume, filsuf Inggris (1711 – 1776) “Politheisme diikuti dengan kelebihan yang nyata, bahwa dengan membatasi kekuasaan dan fungsi dari para Dewa, dia secara alamiah mengakui dewa-dewa (atau Tuhan-Tuhan) dari sekte, bangsa atau agama lain.” Dengan kata lain, pengikut politheisme sangat toleran. Hampir tidak pernah ada peperangan yang dikobarkan karena perintah tuhan dalam politheisme.

Lalu apa cacat monotheisme?

Paham ketuhanan ini telah mengobarkan perang-perang dahsyat, genosida, sejak jaman Moses sampai sekarang.

Ketika Moses (Musa) hendak membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan Mesir, Yahweh mengirimkan wabah untuk membunuh anak-anak lelaki pertama dari setiap keluarga Mesir, serta anak-anak ternak mereka. Yahweh juga menuangkan racun ke sungai Nil. Andaikata saja Yahweh adalah “a yogic god” seperti kata Gore Vidal, sebetulnya ia tidak perlu melakukan kekejaman itu, tetapi cukup dengan mengobah hati Pharaoh, sehingga ia secara sukarela membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan. Tetapi Yahweh malah mengeraskan hati Pharaoh untuk menolak membebaskan mereka, sehingga Yahwih memiliki alasan untuk melakukan genosida yang keji.

Kekejaman yang dilakukan oleh Yahweh terhadap orang-orang Mesir masih memiliki alasan moral, yaitu karena bangsa Mesir telah memperbudak bangsa Israel. Tetapi Yahweh juga melakukan genosida terhadap bangsa Canaan.

Apa kesalahan orang Canaan?

Tidak ada selain bahwa mereka memuja Tuhannya sendiri, yang lain dari Yahweh Musa, dan karena tanahnya hendak dirampas dan diberikan kepada bangsa Israel. Untuk itu semua lelaki Canaan yang sudah dewasa harus dibunuh, para gadisnya yang masih perawan dijadikan budak. Tindakan Yahweh terhadap bangsa Canaan betul-betul immoral. Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa keturunan Yahudi tetapi atheistic mengatakan, bagi suatu bangsa pengembara, bekas budak, yang ingin memiliki wilayah untuk menetap sebagai bangsa yang utuh, memang diperlukan Tuhan yang militant dan ganas seperti Yahweh.

Selama 300 tahun sejak pembentukannya, agama Kristen merupakan agama kecil yang damai. Tetapi ketika Kaisar Romawi Konstantin I memeluk Kristen, agama Kristen menjadi agama resmi bangsa Romawi, dan sejak itu pula Kristen diberikan watak imperialisme Romawi. Penyebaran Kristen di Eropa pada millennium pertama, di Amerika dan Afrika pada millennium kedua, dilakukan dengan penuh kekerasan.

Muhammad, oleh Max Weber, disamakan dengan Musa, yaitu sebagai nabi bersenjata.

Bila Musa atas perintah Yahweh cukup hanya menghendaki wilayah Canaan, Allah memerintahkan orang-orang Muslim untuk terus melakukan jihad agar Islam adalah satu-satunya agama Allah di atas muka bumi ini. Dalam seratus tahun sejak kelahirannya Islam telah menguasai wilayah dari Maroko di barat Afrika sampai India di sebelah timur.

Kekerasan di antara para penganut monotheisme ini berlangsung lama. Perang antara orang Katolik dan Protestan yang berlangsung di Eropa selama 300 tahun. Perang salib antara Kristen dan Islam yang berlangsung selama 8 gelombang. Penyebaran agama yang dilakukan secara kekerasan oleh kedua agama ini yang mengalirkan darah paling banyak dalam sejarah manusia, serta penghancuran terhadap budaya asli.

Demikian dikatakan oleh Arthur Schoupenhauer, David Hume, Arnold J Toynbee, dan banyak lagi. Gore Vidal, pengarang Amerika mengatakan “Kejahatan terbesar yang tidak terucapkan pada titik pusat dari kebudayaan kita adalah monotheisme. Dari naskha barbar jaman perunggu yang dikenal sebagai Perjanjian Lama tiga agama anti kemanusiaan telah berkembang – agama Yahudi, Kristen dan Islam.” (baca Media Hindu, edisi 19, September 2005). Kemarahan monotheisik (monotheistic fury) ini masih terasa sampai sekarang. Bali merasakannya dua kali dalam bentuk pengeboman di Kuta.

Kalau ada orang mengatakan Hindu menganut politheisme, secara spontan kita akan jawab :
“Tidak! Hindu juga monotheisme.”
Perhatikan : “Hindu juga..!”

Dalam Weda disebut mengenai banyak Dewa, bahkan konon ada 33.000 dewa.

Tetapi di daam Weda juga terdapat banyak mantra yang menyatakan “Tuhan itu satu, tiada yang kedua, yang ketiga dan yang keempat” “Dia satu tetapi oleh orang bijaksana disebut dengan berbagai nama” Satu, bukan dalam arti monotheisme.

Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam teks-teks Upanisad. Hampir seluruh teks dalam Upanisad yang berbicara tentang Brahman menjelaskan Dia ada di dalam dan juga di luar ciptaan. Dalam salah satu teks disebutkan, atman itu memasuki manusia sampai ujung rambut dan ujung kukunya. (Brahmana-Kausitaki Upanisad IV. 20).

Jadi berdasarkan penjelasan sruti itu, Hindu adalah pantheistik. (Baca buku P.J Zoetmulder “Manunggaling Kawula Gusti, Pantheisme Dan Monisme Dalam Sastra Suluk Jawa.”)

Kembali ke pantheisme...

Mengingat kajahatan yang telah dilahirkan olen monotheisme, Dr Arnold Joseph Toynbee, dengan tegas mengajak manusia kembali ke pantheisme : “Sekarang telah menjadi jelas bahwa satu bab yang memiliki awal Barat akan seharusnya memiliki satu akhir India bila dia tidak ingin berakhir dalam penghancuran diri sendiri dari ras manusia.

Pada saat yang amat sangat berbahaya dari sejarah manusia, satu-satunya jalan keselamatan adalah jalan kuno Hindu.

Di sini kita memiliki sikap dan semangat yang dapat membuat mungkin bagi ras manusia untuk tumbuh bersama dalam satu keluarga tunggal. Jadi sekarang kita berpaling ke India : hadiah spiritual ini, yang membuat manusia (memiliki) kemanusian (that make a man human), masih tetap hidup dalam jiwa-jiwa India. Teruslah memberikan hal ini pada dunia.

Tidak ada apapun yang lain yang dapat memberikan demikian banyak untuk membantu ras manusia (mankind) menyelamatkan dirinya dari penghancuran.” (Sejarawan Inggris 1889 – 1975).

Mengapa saya mengajukan pertanyaan ini?

Karena selama ini kita seolah-olah menjadi budak pemikiran Kristen dan Islam. Kita menelan saja kategori-kategori yang ditetapkan, atau opini-opini yang dibentuk oleh kedua agama ini. Mengenai paham ketuhanan, kita percaya begitu saja, bahwa politheisme itu buruk/salah dan monotheisme itu benar/baik.

Ketika kita betul-betul mengajukan pertanyaan-pertanyaan pertanyaan radikal (radic = akar), kita tidak menemukan kesalahan berarti di dalam paham ketuhanan yang dipandang rendah selama ini, malah kita menemukan kebaikan di dalamnya. Justru sebaliknya kita menemukan cacat bahkan kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan di dalam paham ketuhanan yang dianggap paling benar selama ini.

Kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan radikal terhadap katefori, dogma dan opini yang dibentuk oleh agama lain terutama yang ditujukan untuk meremehkan Hindu. Dan tentu saja kita dapat mengajukan pertanyaan radikal, bila kita mempelajari agama lain secara sungguh-sungguh.
Om santi, santi, santi Om

Sumber : cybertokoh
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Upacara Yadnya


Photobucket
Yadnya menurut ajaran agama Hindu, merupakan satu bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab Tuhan menciptakan manusia beserta makhluk hidup lainnya berdasarkan atas yadnya, maka hendaklah manusia memelihara dan mengembangkan dirinya, juga atas dasar yadnya sebagai jalan untuk memperbaiki dan mengabdikan diri kepada Sang Pencipta yakni Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
Sahayajñáh prajah strishtva
puro vácha prajápatih
anena prasavishya dhvam
esha va stv ishta kámadhuk (Bh. G. III.10)

Dahulu kala Hyang Widhi (Prajapati), menciptakan manusia dengan jalan yadnya, dan bersabda: "dengan ini (yadnya) engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan (kamadhuk) sesuai dengan keinginanmu".
Deván bhávayatá nena
te devá bhávayantuvah
parasparambhávayantah
sreyah param avápsyatha. (Bh. G. III.11)

Dengan ini (yadnya), kami berbakti kepada Hyang Widhi dan dengan ini pula Hyang Widhi memelihara dan mengasihi kamu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.

Subha dan Asubha Karma

Subha dan Asubha Karma (perbuatan yang baik dan buruk)

Pada dasarnya sesuai dengan siklus rwabhineda, perbuatan itu terjadi dari dua sisi yang berbeda, yaitu perbuatan baik dan perbuatan yang tidak baik. Perbuatan baik ini disebut dengan Cubha Karma, sedangkan perbuatan yang tidak baik disebut dengan Acubha Karma. Siklus Subha dan Asubhakarma ini selalu saling berhubungan satu sama lain dan tidak dipisahkan.

Demikianlah perilaku manusia selama hidupnya berada pada dua jalur yang berbeda itu, sehingga dengan kesadarannya dia harus dapat menggunakan kemampuan yang ada di dalam dirinya, yaitu kemampuan berfikir, kemampuan berkata dan kemampuan berbuat.

Percaya adanya Moksa

Percaya adanya Moksa merupakan Point Keempat dari pokok kepercayaan Agama Hindu (Panca Srada).

Dalam Weda disebutkan: "Moksartham Jagadhitaya ca itu dharma", maka Moksa merupakan tujuan yang tertinggi.

Moksa ialah kebebasan dari keterikatan benda-benda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman danri pengaruh maya serta bersatu kembali dengan sumber-Nya, yaitu Brahman (Hyang Widhi) dan mencapai kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut Sat Cit Ananda.

Orang yang telah mencapai moksa, tidak lahir lagi kedunia, karena tidak ada apapun yang mengikatnya. Ia telah bersatu dengan Paramatman. Bila air sungai telah menyatu dengan air laut, maka air ungai yang ada di laut itu akan kehilangan identitasnya. Tidak ada perbedaan lagi antara air sungai dengan air laut. Demikianlah juga halnya, Atman yang mencapai Moksa. Ia akan kembali dan menyatu dengan sumbernya yaitu Brahman.

Percaya Adanya Punarbhawa/Reinkarnasi/Samsara

Percaya Adanya Punarbhawa/Reinkarnasi/Samsara merupakan Point Keempat dari pokok kepercayaan Agama Hindu (Panca Srada).

Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara.

Di dalam Weda disebutkan bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran".

Percaya adanya Hukum Karmaphala

Percaya adanya Hukum Karmaphala / Karma Phala Tatwa merupakan Point Ketiga dari pokok kepercayaan Agama Hindu (Panca Srada)

Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran, kesemuanya itu disebut "Karma". Ditinjau dari segi ethimologinya, kata karma berasal dari kata "Kr" (bahasa sansekerta), yang artinya bergerak atau berbuat. Menurut Hukum Sebab Akibat, maka segala sebab pasti akan membuat akibat. Demikianlah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau pahala. Hukum sebab akibat inilah yang disebut dengan Hukum Karma Phala.

Di dalam Weda disebutkan "Karma phala ika palaing gawe hala ayu", artinya karma phala adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma (Clokantra 68).

Percaya adanya Atman

Percaya adanya Atman / Atma Tatwa merupakan Point Kedua dari pokok kepercayaan Agama Hindu (Panca Srada)

Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kreta adalah badan. 
Demikian Atman itu menghidupi sarva prani (mahluk) di alam semesta ini.
"Angusthamatrah Purusa ntaratman
Sada jananam hrdaya samnivish thah
Hrada mnisi manasbhikrto
yaetad, viduramrtaste bhavanti". (Upanisad)
Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.

Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)

Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)

Yang merupakan bagian dari pokok kepercayaan dari Umat Hindu (Panca Srada)
Janmadyasya yatah” [Kitab Brahmasutra I.I.2]
artinya:
Tuhan ialah merupakan darimana asal mula semua ini.
Sarwam khalv idam brahma…” (Chandogya Upanisad III.14.1)
Artinya:
“Semua yang ada sesungguhnya Brahman…”

Sesungguhnya, setiap agama yang ada dan berkembang dimuka bumi ini, bertitik tolak kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang mendorong kita harus percaya terhadap adanya Tuhan itu dan berlaku secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, menyebabkan kepercayaan itu semakin mantap. Semuanya itu pasti ada sebab- musababnya, dan muara yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang mengatur semuanya ini, Tuhan pula sebagai penyebab pertama segala yang ada.

Weda Sumber Ajaran Agama Hindu

Weda Sumber Ajaran Agama Hindu

Pengertian Weda
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.

Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.

Tujuan Agama Hindu - Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma

Tujuan Agama Hindu

Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata "A" dan "gam". "a" berarti tidak dan "gam" berarti pergi atau bergerak.

Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut ajaran dharma - Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.

Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.

Tujuan Agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah
"Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma"
yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa. 

Penelitian Ilmiah Reinkarnasi Kehidupan

Penelitian Ilmiah Reinkarnasi Kehidupan

Reikarnasi/Punarbhawa/Samsara berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara.

Di dalam Weda disebutkan bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian diikuti oleh kelahiran”.

Dalam suatu sloka disebutkan:
Sribhagavan uvacha:
bahuni me vyatitani
janmani tava cha ‘rjuna
tani aham veda sarvani
na tvam vettha paramtapa
. (Bh. G. IV.5)

artinya:
Sri bhagawan (Tuhan) bersabda :
banyak kelahiran-Ku di masa lalu
demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu
tetapi engkau sendiri tidak Parantapa.

Reinkarnasi memiliki hubungan yang erat dengan Karma yang mana keduanya merupakan suatu proses yang terjalin erat satu sama lain. Reinkarnasi dapat dikatakan sebagai kesimpulan atas semua karma yang telah didapat dalam suatu masa kehidupan. Baik buruknya karma yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat kehidupannya pada reinkarnasi berikutnya.

Dengan keyakinan terhadap reinkarnasi ini dan hubungannya dengan karma, maka umat harus sadar bahwa kehidupan sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperbaiki diri demi kehidupan yang lebih baik pada masa datang.


Memahami Edgar Cayce Menembus Masa Lalu

Gejala reinkarnasi kehidupan merupakan dunia penelitian yang sedang populer saat ini pada banyak kalangan ilmuwan Barat.

Banyak sekali manusia di dunia, khususnya anak-anak, tanpa sengaja ataupun secara kebetulan mendapati dirinya bisa mengingat kembali kehidupan mereka sebelumnya, dan mengenai gambaran perinciannya sangat nyata dan dapat dipercaya. Dalam artikel ini akan diperkenalkan monograf reinkarnasi kehidupan yang ditulis oleh Doktor Gina Cerminara setelah melalui penelitian yang panjang.

Bangsa China sering mengatakan bahwa seseorang yang memiliki keberuntungan atau nasib baik adalah diperoleh dari kebajikan atau amalnya pada kehidupan sebelumnya, sedangkan yang nasibnya malang adalah akibat karma yang ditimbulkan pada kehidupan sebelumnya.

Di dalam sebuah buku "Many Mansions", Doktor Gina Cerminara melalui contoh peristiwa reinkarnasi membeberkan karma kehidupan sebelumnya dengan kesehatan kehidupan sekarang dan hubungannya dengan kehidupan manusia, telah membuktikan hubungan yang erat pada pandangan tentang reinkarnasi dan karma yang beredar di masyarakat dari generasi ke generasi.

Pandangan yang terdapat dalam buku dengan pengalaman kuno Bangsa China secara kebetulan memiliki pandangan yang sama bahwa karma pada kehidupan sebelumnya adalah sumber penderitaan kehidupan sekarang dan nasib malang, semua penuturan ini bukan hanya mendidik orang untuk belajar disiplin berbuat baik, namun memiliki hubungan sebab akibat nyata di dalamnya.

Edisi pertama buku "Many Mansions" Gina Cerminara diterbitakan pada tahun 1995.
Menurut pernyataan Morey Bernstein, bahwa buku ini pernah mendorongnya memasuki penelitian terhadap reinkarnasi. Karya terkenal Bernstein, The Search for Bridey Murphy, pada tahun 1956 dapat dikategorikan sebagai jalan masuk sesudahnya hingga sekarang untuk membangkitkan penelitian reinkarnasi.

"Many Mansions" berhasil disusun oleh Geenha Sheminnala dari basis dokumen Edgar Cayce dalam wacana reinkarnasinya.
Adalah merupakan sebuah buku referensi berharga yang telah dikumpulkan untuk penelitian reikarnasi. Edgar Cayce adalah seorang cenayang yang mana dalam kondisi terhipnotis, dia bisa melakukan diagnosis penyembuhan penyakit pada penderita di luar jarak ribuan Li (satuan ukuran panjang Tiongkok, 1 Li = 500 M). Doktor Gina Cerminara mengisahkan tentang bagaimana Cayce menembus lorong waktunya, menguraikan sumber sebab akibat pada kehidupan sebelumnya, melakukan penentuan diagnosa yang sulit dipercaya.

Pengobatan terhadap gadis kecil bernama Shalma Alabama adalah sebuah contoh kasus menonjol Cayce engan menggunakan fungsi mata seribu Li-nya yang gaib (kemampuan clairvoyance). Shalma sama sekali telah kehilangan fungsi kesadaran dan pemikirannya, dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dan dokter tidak bisa menemukan sebab musababnya. Kakaknya kemudian minta pertolongan Cayce. Cayce berbaring diatas kursi tidur, masuk dalam kondisi terhipnotis dan melakukan diagnosa terhadap gadis kecil. Dia bagaikan sebuah mesin Sinar-X, melihat dengan jelas daerah penyakit yang diderita oleh gadis kecil itu. Sebuah geraham sumsumnya dan diantara sebuah giginya yang lain, menghimpit sebuah saraf, jika saja gigi itu dicabut, dan setelah tekanannya hilang, maka akan normal kembali dengan cepat. Dokter melakukan operasi rongga mulut pada posisi menurut apa yang dilukiskan olehnya, dan Si gadis kecil kemudian sehat kembali. Namun yang paling ajaib adalah pada keseluruhan proses tersebut, Cayce tidak perlu menemui penderita tersebut secara individu, dalam keadaan terhipnotis, di luar jangkauan ribuan Li, Cayce bisa melakukan diagnosa dan pengobatan terhadap penderita.

Sebuah contoh kasus lain yang menonjol adalah seorang bayi premature di Kentucky, AS, saat 4 bulan setelah lahir menderita suatu penyakit kejang klonus parah, semua Dokter mengatakan bahwa dia tidak akan lama bertahan hidup. Dalam keputusasaan, Ibunya mohon pertolongan Cayce. Dalam keadaan terhipnotis, Cayce mendiagnosis kejang klonus bayi tersebut adalah akibat penggunaan yang over dosis pada semacam obat, dan bisa melalui penggunaan semacam penawar racun untuk menguranginya. Dengan tidak menghiraukan pertentangan para dokter, Ibu dari bayi tersebut bersikeras menuruti anjurannya. Cayce memberikan penawar racun dengan dosis maksimum pada bayi, hasilnya penyakit kejang klonus nyaris terhenti, panasnya juga telah menurun, dan bayi tersebut juga tertolong.

Meskipun Cayce sama sekali buta akan ilmu kedokteran, dan juga tidak pernah membaca buku anatomi, namun dalam keadaan terhipnotis dia bisa menggunakan istilah anatomi dan medis untuk melakukan diagnosa, dan hasil diagnosanya sangat tepat. Hasil pengobatan menunjukkan dia juga telah menyembuhkan epilepsy (ayan) seorang uskup Kanada, radang sendi parah yang diderita oleh seorang siswa SMU, dan menyembuhkan sakit kepala migran dokter gigi di New Yor khingga dua tahun lamanya. Juga telah menyembuhkan seorang musisi dari Kentucky yang diagnosis oleh pakar kedokteran terserang suatu jenis penyakit aneh yang tak terobati, dan malah telah membantu menyembuhkan penglihatan seorang lelaki penderita Glaukoma. Semua contoh peristiwa hidup dalam jumlah banyak dan gaib ini membuat Cayce dinobatkan sebagai cenayang Amerika yang paling hebat.

Fungsi kemampuan pandangan jauh Cayce tidak hanya bisa menjangkau diluar ribuan Li, malah kemampuannya bisa secara langsung memeriksa banyak materi di luar tubuh manusia, bisa melihat hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta dan perjalanan nasib manusia, bahkan hubungan manusia pada kehidupan sebelumnya dengan kehidupan sekarang.

Cayce menganggap bahwa nasib malang dan penderitaan manusia pada kehidupan sekarang mempunyai hubungan sebab-akibat yang terjalin dengan karma pada kehidupan sebelumnya, dengan demikian bisa mencari sumbernya dari kehidupan terdahulu.

Karma jasmani manusia dalam buku ini digolongkan dalam 3 jenis;
  1. Boomerang Karma. Seorang professor yang buta matanya, melalui penguraian pengingatan kembali menjelaskan bahwa dia memiliki pengalaman sebanyak 4 kali reinkarnasi. Satu kali diantaranya adalah pada suatu masa, dia adalah seorang anggota suku tak beradab, pekerjaannya adalah menyepuh mata musuh hingga buta dengan menggunakan solder besi panas. Dan oleh karena itu, dalam kehidupannya sekarang, dia harus menerima penderitaan kebutaan pada matanya sejak lahir. 
  2. Organismic Karma. Ini adalah dikarenakan penggunaan suatu organ tertentu secara sewenang-wenang pada suatu kehidupan sebelumnya dan mengakibatkan balasan pathogen dari organismic tersebut. Seorang lelaki yang berusia 35 tahun, sejak kanak-kanak daya pencernaannya sangat lemah, perlu beberapa jam lamanya hanya untuk mencernakan sepotong daging saja. Mengakibatkan kehidupan sehari-harinya terasa sangat mengganggu. Cayce menemukan bahwa orang tersebut pada masa Perancis di bawah kekuasaan Louis ke 13 adalah seorang pengawal istana kaisar, sangat setia dan penuh tanggung jawab dalam tugasnya, namun hobinya makan. Kemudian saat pada suatu kehidupan menjabat sebagai dokter kerajaan di sebuah istana juga seorang ahli masak. Dikarenakan terlalu tak berdisiplin dalam hal makanan pada kedua kehidupan ini, mengakibatkan kesulitan pencernaan makanan pada kehidupannya sekarang, diperlukan pembatasan timbal balik untuk menutupinya.
  3. Symbolic Karma. Salah satu tipe contoh kasusnya adalah tentang seorang remaja yang kekurangan darah sejak kanak-kanak, semua terapi pengobatan tidak menghasilkan efek yang berguna. Ternyata sebelum di lima kehidupan sebelumnya dimana saat Dia pernah menjadi penguasa di Peru, sikapnya sangat sadis dan kejam, meyakini kepercayaannya dengan melakukan pertumpahan darah di mana-mana, yang dengan demikian mengakibatkan dirinya kekurangan darah pada kehidupan sekarang. Contoh kasus pengobatan Cayce, telah memperlihatkan karma seumur hidup terhadap efek penentuan pada nasib kehidupan sekarang.
Doktor Cerminara menggunakan waktu 20 tahun untuk melakukan analisa dan penelitian yang seksama terhadap penemuan Cayce, dan salah satu kesimpulan yang diperolehnya adalah bahwa setiap roh tidak hanya hidup sekali, namun bisa hidup secara berulang kali.



Fenomena Reinkarnasi Biarawati Zaman Mesir Kuno
Banyak orang mendengar cerita soal reinkarnasi.
Yaitu kembalinya jiwa dan roh dari masa lalu ke tubuh seseorang di masa kini.

Persoalan yang sulit dibuktikan, namun benarkah perihal reinkarnasi ini bisa terjadi?

Adalah Dorothy Eady, seorang wanita Inggris yang mengalami fenomena reinkarnasi yang sangat menggemparkan Inggris dan Mesir.
Satu-satunya manusia yang dilaporkan mengalami reinkarnasi seorang tokoh “biarawati” pelayan kuil Osiris di zaman Firaun Seti I Mesir Kuno dari masa 1320–1200 sebelum Masehi. Ia kemudian dikenali sebagai “Omm Sety”.

Kisah spektakuler yang kontroversial tentang Dorothy Eady dimulai dari sebuah tempat di London, Inggris, saat ia berusia 3 tahun. Dalam sebuah insiden, Dorothy kecil terjatuh dari lantai atas rumahnya. Ia mengalami koma dan akhirnya tim dokter yang merawatnya menjatuhkan vonis meninggal dunia pada balita kelahiran 16 Januari 1904 itu. Saat itu tanda-tanda kehidupan dan seluruh organ vital Dorothy memang berhenti beraktivitas.

Transformasi Astral?

Tiada yang tahu bagaimana terjadinya, namun sekian saat setelah tubuh Dorothy akan disemayamkan, ternyata anak perempuan kecil itu tiba-tiba bangkit kembali dari kematian dalam kondisi segar bugar. Seluruh keluarga terperanjat. Namun, tak ada yang tahu bahwa sebuah pintu dimensi dari masa lalu telah terbuka dan sebuah jiwa dari masa Mesir Kuno merangsek masuk ke tubuh Dorothy kecil yang hampir kaku.

“Namun sejak vonis kematiannya, Dorothy Eady yang hidup kembali itu memiliki kepribadian yang berbeda sama sekali dengan Dorothy Eady yang dikenal ayah ibunya. Bocah tiga tahun ini memiliki kepribadian yang jauh lebih dewasa dan senantiasa bermimpi tentang kuil-kuil Mesir Kuno.”

Ia selalu berkisah tentang Mesir Kuno, dinasti Firaun Seti I dan mampu mendeskripsikan kehidupan di sekitar kuil Mesir Kuno seribuan tahun sebelum masehi. Dorothy Eady juga kerap menuntut ayah ibunya untuk memulangkannya ke tempat tinggalnya. Ayah dan ibunya yang keturuan Irlandia itu sama sekali tak mengerti maksud putri mereka tentang “pulang ke tempat tinggalnya”.

Museum
Sejalan bertambahan usia, Dorothy Eady semakin berminat dan tertarik pada literatur dan semua hal yang berbau Mesir. Maka suatu ketika ia diajak berkunjung ke British Museum di London, Dorothy Eady begitu tergila-gila dengan ruang pamer benda-benda peninggalan Mesir Kuno.

Ia merasa bahwa semua peninggalan Mesir Kuno itu adalah bagian dari kehidupannya. Ia menciumi patung-patung Dewa Mesir, memeluk peti-peti mummy dan bertingkah aneh dengan suaranya tiba-tiba lebih berat dan sarat kerinduan ketika berkata “ini adalah bagian dari keluarga dan rumahku!”

Ia kemudian menyewa tempat tinggal di dekat British Museum dan bergaul dengan Ernest A Wallis Budge seorang kurator dan pakar Mesir di museum tersebut. Ia memperdalam kajian hiroglif dan sejarah Mesir Kuno.

Para pakar di British Museum dan ahli Mesir Kuno terperanjat akan pengetahuan dan kemahiran Dorothy dalam menuliskan dan menerjemah hiroglif Mesir Kuno dan kedalaman pengetahuannya tentang detail kuil-kuil Mesir Kuno dari zaman Firaun Seti I. Padahal Dorothy sama sekali tidak pernah belajar dan dibimbing dalam hal tersebut, namun kemampuan itu muncul begitu saja dengan sangat mengagumkan.
“Dorothy sendiri mengaku dirinya adalah titisan dari seorang biarawati pelayan kuil Osiris di Abydos yang pernah hidup di masa antara 1320–1200 sebelum Masehi. Ia merasa telah bereinkarnasi dalam tubuh Dorothy Eady.”

Setelah menikah dengan seorang pemuda Mesir (1933) ia pun mencapai tujuan yang sejak kecil menghantuinya: kembali ke kuil Osiris dan menjejak kaki kembali di tanah Mesir!

Keahlian Dorothy yang luar biasa tentang Mesir Kuno melebihi pengetahuan para sarjana tentang Mesir. Hal ini kemudian menuntunnya pada perjalanan ke Mesir. Ia kemudian mendapat pekerjaan sebagai asiten arkeolog dalam penggalian di situs Giza di Kairo, dan sering dipekerjakan oleh para ahli yang memperdalam kebudayaan tentang Mesir Kuno. Ia melakukan itu selama dua puluh tahun lebih.

Dorothy Eady pernah ikut sebagai pembantu utama dalam proyek penelitian Dr Selim Hassan yang kemudian mempublikasikan Penggalian Situs Giza. Ia pernah juga bekerja pada Dr Ahmed Fakhry sebagai konsultan dan asisten pada penelitian piramid di Dahshur. Dalam dua studi dan penggalian situs Mesir kuno ini perannya sangat menonjol dan sungguh mengagumkan kedua pakar Mesir kuno itu. Dorothy sangat memahami budaya dan arsitektur serta sistem pemujaan dewa-dewa di zaman Mesir Kuno. Ia memberikan gambaran yang detail, menerjemahkan hiroglif degan mudah, dan memberi saran-saran ilmiah yang ternyata sejalan dengan fakta sejarah yang kemudian ditemukan para ahli Mesir.

“Dari berbagai pengalaman kerja dengan para pakar kelas dunia ini ia pun semakin populer di kalangan peneliti budaya Mesir Kuno. Bahkan kisah hidup Dorothy Eady yang berganti nama menjadi Omm Sety (yang artinya ibunda Seti) menarik perhatian dunia.

Kisahnya sudah dibukukan dan difilmkan sebagai fenomena sebuah reinkarnasi!”

Dorothy memang menghabiskan masa tuanya di kuil Osiris di Abydos, dan menjadi penjaga kuil kuno tersebut, karena kemampuan dan keahliannya tentang Mesir Kuno yang amat spektakuler.

Apakah Dorothy memang reinkarnasi dari seorang wanita yang pernah hidup ribuan tahun lalu di sebuah kuil di Mesir?.

diposkan di http://cakepane.blogspot.com

Reinkarnasi, apakah itu???

Reinkarnasi, apakah itu???

Reinkarnasi (dari bahasa Latin untuk "lahir kembali" atau "kelahiran semula") atau t(um)itis, merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan kita saat ini. Yang lahir kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu.

Terdapat dua aliran utama yaitu
  1. mereka yang mempercayai bahwa manusia akan terus menerus lahir kembali. 
  2. mereka yang mempercayai bahwa manusia akan berhenti lahir semula pada suatu ketika apabila mereka melakukan kebaikan yang mencukupi atau apabila mendapat kesadaran agung (Nirvana) atau menyatu dengan Tuhan (moksha). Agama Hindu menganut aliran yang kedua.
Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di kehidupan sebelumnya.

Pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu

Pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sradha, yaitu percaya adanya Tuhan (Hyang Widhi), percaya adanya Atman, percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya adanya Moksa.

A. Percaya Adanya Tuhan ( Brahman/ Hyang Widhi)
Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan berbagai nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun Ia hanya satu, Tunggal adanya.

Ekam eva adwityam Brahma
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.

Eko Narayanad na dityo ‘sti kascit
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya

Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.