Google+

Menghentikan pendarahan dengan YOGA

Menghentikan pendarahan dengan YOGA

Latihan yoga yang dilakukan menyatu dengan rutinitas sehari-hari akan menurunkan komposisi senyawa tertentu pada darah dan mengurangi infeksi (luka) yang umumnya muncul karena penuaan tubuh dan juga karena stress, ini dibuktikan oleh hasil penelitian.

Penelitian diselengarakan oleh para peneliti dari Universitas Negeri Ohio, penelitian ini menunjukan bahwa para wanita yang secara rutin melakukan Yoga akan menurunkan jumlah senyawa cytokine interleukin-6 (IL-6) di darah mereka. IL-6 adalah senyawa yang berperan penting dalam reaksi terhadap pembengkakan pada tubuh dan berimplikasi pada penyakit jantung, stroke, diabetes tipe-2, rematik serta penyebab penyakit-penyakit yang terkait melemahkan daya tahan seiring dengan makin bertambahnya usia.

Untuk studi ini, para peneliti mengumpulkan 50 wanita , berusia rata-rata 41 tahun. Ron Glaser, seorang penulis dan professor pada ilmu virus molekuler, ilmu kekebalan dan genetika medis , berkata bahwa studi ini memiliki implikasi sangat jelas pada kesehatan. “kami tahu bahwa pembengkakan memainkan sebuah peranan penting dalam penyakit. Yoga tampaknya menjadi sebuah jalan yang sederhana dan menyenangkan untuk menambah suatu upaya pencegahan yang bisa menurunkan resiko berkembangnya penyakit jantung, penyakit gula dan sejumlah penyakit lain yang terkait dengan akibat penuaan tubuh. Yoga adalah sebuah cara yang mudah yang bisa dilakukan orang-orang untuk mengurangi resiko mereka terhadap paparan penyakit”, katanya.

sumber MH edidi 73 maret 2010

Penggak - bangkitkan budaya diskusi informal ala Bali

Penggak - bangkitkan budaya diskusi informal ala Bali

Pemikiran-pemikiran besar dalam masyarakat kerap kali muncul dalam diskusi kecil di sebuah tempat yang tidak resmi. Bisa disudut-sudut kota, warung kopi atau di pinggir jalan dengan komunitas masyarakat abangan/pinggiran. Dibandingkan dengan forum resmi seperti seminar, loka karya, siding-sidang dewan perwakilan rakyat dan sebagainya, kerap kali diskusi bersifat formal terbatas pada tata tertib, pakem, terbatas pada permasalahan (topik), terbatas waktu dll. Makanya melalui forum seperti itu akan menghasilkan gagasan atau rumusan seringkali terbatas.

Kondisi ini akan sangat terasa berbeda dengan kelompok masyarakat tertentu berkumpul di suatu tempat seperti warung kopi atau dibawah pohon besar dalam suasana diskusi tak resmi tanpa pemandu, tanpa ada batasan tata tertib, tanpa batasan waktu, dan topiknya bias ngalor ngidul. Pola diskusi dimana semua peserta aktif menjadi pembicara dengan gagasannya masing-masing. Diskusi santai, tak resmi. Otak peserta dlam keadaan santai, tak kaku, tak stress, tak ada motif-motif tertentu yang membebani pikiran. Diskusi berlangsung alami, bebas tanpa keterikatan, kepala plong… dari diskusi (lebih pas dikatakan sebagai ngomong-ngomong) seperti sering kali melahirkan gagasan besar, gagasan yang tak banyak dimuati kepentingan.

Pola-pola diskusi seperti ini diterapkan oleh masyarakat bali sejak jaman dahulu. Penggodokan sebuah ide sering dilakukan di sudut-sudut pemukiman masyarakat, bersantai di suatu tempat sekedar ngopi, melepas lelah, atau sambil mengelus ayam kurungan. Sambil mereka bertemu disana, bersosialisasi, atau berdiskusi kecil.

Diskusi di sebuah penggak (tempat kumpul seperti pos dekat-deket warung) kerapkali menghasilkan gagasan yang secara lembaga adalah sifatnya non formal. Untuk mendapatkan legitimasi masyarakat secara kelembagaan maka seringkali hasil obrolan di penggak dibawa ke forum banjar atau desa untuk menjadi keputusan. Bahkan seringkali gagasan sebenarnya sudah selesai di penggak, kemudian di bawa ke forum banjar hanya untuk mendapatkan legitimasi.

Artinya tempat seperti penggak merupakan dapur pemikiran masyarakat secara tak resmi. Disinilah keunggulan gaya diskusi tradisional bali, menggunakan tempat-tempat tak resmi, sudut-sudut pemukiman, gubuk reod untuk sebuah diskusipanjang, bebas alami, yang melahirkan gagasan besar. Gaya ini tidak memerlukan biaya besar kalau dibandingkan seminar, lokakarya ataupun siding dewan yangsegala logistic, akomodasi dan tetek bengeknya menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. Sehingga dengan demikian diskusi gaya penggak mestinya dikembangkan sebagai sebuah komunitas social dalam menggali potensi masyarakat.

Sumber Taksu bali

Dewi Gayatri; Ibu segala mantra

Dewi Gayatri; Ibu segala mantra

Semua literatur kitab Weda menyatakan bahwa Gayatri merupakan Dewi segala mantra. Namun keberadaan sang Dewi belumlah tenar di lingkungan masyarakat Hindu Bali, sebab untuk membentuk personalitas serta siapa dan bagaimana Beliau, serta dalam hal apa saja Beliau dipuja, masyarakat Hindu Bali belum banyak yang paham. Untuk itulah melalui artikel ini mencoba membedah Dewi Ilmu ini dengan sedikit ulasan yang terkesan back to India.

Ada banyak Dewi dalam ikonografi Hindu yang mewakili Ilmu Pengetahuan dan mantra suci. Kesemuanya memegang banyak atribut yang melambangkan hal tersebut. Namun dari sekian banyak Dewi, Gayatri adalah yang utama. Bergesernya Beliau sebagai Dewinya Ilmu Pengetahuan secara murni oleh Bhatari Hyang Aji Saraswati, mungkin disebabkan karena Gayatri lebih menekankan pada aspek Ilmu Pengetahuan secara apuruseya, mantra Weda yang transcendental. Sedangkan untuk Dewi Saraswati, Beliau meramu seluruh Ilmu yang ada, baik para widya dan apara widya.

Dewi Gayatri banyak dipuja di bharatawarsa dan lengkap dengan segala bentuk sadhana yang khusus ditujukan untuk menghormati Beliau. Dalam wujud Dewi Gayatri sering terlihat berkepala lima dan dengan mengenakan mahkota yang berkilauan. Namun mahkota yang tengah-tengah berhiaskan bulan sabit sangat mirip dengan bulan sabit yang dikenakan oleh Bhtara Siwa.

Beliau terlihat dengan sepuluh tangan yang masing-masing memegang; sankha kala, kapak cemeti, genitri, cakra, bunga padma, sakhu kamandalu, gada, sedangkan dua tangan yang berada di depan terlihat dengan posisi abhaya mudra, memberkati setiap pemuja-NYA dengan lembut dan penuh kasih. Beliau duduk di atas bunga padma berwarna merah, dan kepala Beliau yang paling depan ditengah-tengah tepatnya di selaning lelata (antara alis) Beliau terdapat mata ketiga layaknya mata Bhatara Siwa. Dewi Gayatri juga sering terlihat dengan sekelompok angsa yang mengitari.

Inilah mhamantra Gayatri yang pertama kali diturunkan…
Om bhur, Om bhvah, Om svah,
Om maha, Om janah, Om tapah, Om satyam,
Om tatsavitur varenyam,
Bhargo devasya dhimahi,
Dhiyo yo nah pracodayat,
Om apo jyotih,
Raso mritam brahma,
Bhur bhuah svah Om
.

Mantra ini awalnya terdapat di dalam kitab Reg Veda Samhita III. 62. 10. setelah itu pada kitab Yayur Veda Samhita dan Sama Veda Samhita. Dewi Gayatri sering disamakan dengan Dewi Savita yang secara harafiah memiliki arti matahari. Ini sebuah hal yang menunjukan bahwa Tuhan adalah bersinar dan Dewi Gayatri adalah Dewinya mantra yang memberikan kecemerlanghan pikiran.

Namun secara umum, mantra Gayatri yang diterima dewasa ini adalah hanya diucapkan sampai kata bhur, bvah, svah, kata maha, janah, tapah, satyam tidak dikumandangkan sama sekali. Secara terperinci ada banyak mantra Gayatri untuk setiap Dewata yang berbeda. Dengan demikian, ini menunjukan bahwa Dewi Gayatri adalah Dewi yang merangkum semua mantra pujian untuk setiap Dewata. Maka ini juga yang menjadikan bahwa Dewi Gayatri desebut dengan Dewinya mantra Weda.

Dalam beberapa pujian untuk Beliau disebutkan;
Ya sandhyamandalagata ya tri murti-svarupini
Sarasvati ya savitri tam vande veda mataram
.
Artinya;
“oh Dewi yang berada pada lingkaran sinar matahari, yang adalah berbentuk Tri Murti, yang adalah Saraswati ataupun Sawitri, hamba menghaturkan sembah kepada Gayatri, Ibu segala macam Weda”.

Jika Dewi Gayatri dikatakan sebagai Ibunya Weda, maka secara otomatis Dewi Gayatri merupakan sang Dewi jagat raya, sebab Weda sendiri adalah tidak berbeda dengan dunia nyata dan yang tidak nyata. Ini dibenarkan sebab dalam sebuah peristiwa, pernah suatu kali; Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa mengambil rupa sebagai bayi mungil untuk mendapatkan kasih dari Dewi Gayatri.

Bayi-bayi tri murti ini menangis keras dan membuat sang Dewi kembali. Anak Ilahi ini ditidurkan dalam sebuah ayunan yang talinya tergantung di angkasa luar. Jadi tidak salah jika terdapat salah satu mantra yang digunakan untuk mengagungkan Dewi Gayatri seperti berikut;
Ya visva janani devi ya tri murti svarupini
Gayatri-rupini ya hi tan vande sapta matrkam
“oh sang Dewiyang merupkan Ibunya jagat raya, yang adalah berbentuk Tri Murti yang merupakan Gayatrio, hamba menghaturkan sembah sujud yang berbentuk tujuh Ibu”.

Jejak-Jejak Peradaban Veda Di Inggris

Jejak-Jejak Peradaban Veda Di Inggris
Photobucket
Kalau kita lihat satu tempat dengan tempat lainnya, kita sering menemukan bahwa nama sekarang dari suatu negara berhubungan atau turunan dari nama Vedic aslinya. Nama “British Isle” disebut sebagai Angulisthan, merujuk pada sebuah tempat (sthan) yang adalah sebuah negeri sebesar jari tangan kalau dibandingkan dengan Eropa, yang diibaratkan sebagai sebuah pohon palem dari satu tangan. Istilah inilah, Angulisthan, yang kemudian jadi diucapkan sebagai Anguliand, dan kemudian England. Nama Britania juga berasal dari Sanskrit Brihat-sthan, yang berarti sebuah tempat yang agung atau pulau agung.

Oleh karena itu, England pernah berada di bawah administrasi Veda menggunakan bahasa Sanskrit yang memberinya nama untuk pertama kali. Harap diingat juga nama-nama seperti Afganisthan, Baluchisthan, Pakisthan, Turkmenisthan, Turghasthan (Turki), Arvasthan (Arabia), Kurdisthan, dll, dll…. Siapakah yang memberi nama daerah-daerah yang mempunyai nama akhir yang demikian itu?

Banyak nama kota di Inggris juga memiliki afiliasi dengan Sanskrit. Sebagai contoh, London adalah sebuah kota Veda yang sudah sangat tua. Nama Sanskritnya di jaman dahulu kala adalah Nandanium, yang adalah sebuah istilah Sanskrit untuk tempat hunian yang sangat menyenangkan. Pada jaman Romawi, itu disalah-ucap menjadi Londonium. Inilah yang kemudian disingkat menjadi London. Dalam bahasa orang-orang Eropa huruf “L” sering menggantikan huruf “N” dari kata-kata Sanskrit. Itulah sebabnya kenapa nama Sanskrit Svetanana (perilaku adil/bersih) diucapkan oleh orang Russia menjadi Svetlana.

Nama-nama lainnya adalah yang masih berkaitan dengan nama Lord Rama, salah satu inkarnasi Tuhan. Kota-kota seperti Ramson dan Ramsgate secara langsung berhubungan dengan Lord Rama, paling tidak namanya. Nama-nama orang seperti Ramsey McDonald dan Sir Winston Ramsey dekat dengan nama orang India Ramsahay. Kata ramrod (tongkat-rama) diturunkan dari batang kayu yang sangat besar yang dipakai sebagai tongkat pendobrak oleh bala tentara Rama untuk membuka paksa pintu gerbang Alengka (Lanka).

Akhiran Sanskrit puri, sebagaimana ditemukan dalam nama-nama kota di India seperti Sudamapuri atau Jagannatha Puri, diubah menjadi “bury” di Inggris, yang berarti kota praja. Kita temukan dalam bahasa Inggris kota-kota seperti Shewsbury, Ainsbury, dan Waterbury. Topografi Salisbury yang berbukit-bukit juga membuktikan bahwa itu merupakan sebuah bentuk perusakan dari istilah Sanskrit Shail-eesh-pury, yang berarti suatu areal perbukitan dengan sebuah kuil Vedic. Canterbury secara linguistik juga berhubungan dengan apa yang dalam Sanskrit adalah kata Sankarpury, yang berarti sebuah kota praja Lord Shankar, Shiva. Ini kalau anda mengucapkan “C” sebagai “S” dan mengganti “T” dengan “K” dalam nama Center, yang bukannya tidak biasa dalam perubahan antara Sanskrit dengan bahasa Inggris. Ini juga mengindikasikan bahwa sebelum British Isle berganti agama Kristen dalam abad ke-enam A.D., Canterbury tadinya adalah tempat kedudukan seorang pemimpin spiritual Veda. Jadi, Archbishop dari Canterbury tadinya adalah seorang pendeta atau guru Veda, atau seorang Sankaracharya, dari mana datangnya nama Sankarpury.

Hubungan lainnya adalah terminologi dalam bahasa Inggris “shrine”, yang merupakan bentuk perusakan dari kata Sanskrit shwar. Ini adalah rujukan bagi kota-kota India yang dikenal sebagai pusat-pusat pemujaan Shiva pada masa silam, seperti Tryambakeshwar, Lankeshwar, Ghrishneshwar, dan masih banyak lagi yang lain. Di Inggris kita kenal kota-kota seperti Lancashire, Pembrokeshire, Hampshire, dan Wiltshire. Devonshire berasal dari Sanskrit Devaneswar, yang berarti Lord atau dewa-dewa. Kota-kota tersebut hampir pasti memiliki kuil-kuil Shiva yang besar dan luas, itulah sebabnya kenapa mereka masih dinamai dengan cara seperti itu.

Di Scotlandia kita menemukan kota Marayshire, nama yang merupakan perusakan dari nama salah satu deity Sanskrit Moreshwar. Tempat ini merupakan sebuah situs Veda pada jaman dahulu sebagaimana dapat dikenali dengan adanya figur-figur sapi masih kelihatan terukir di batu-batu karang. Sapi Nandini adalah tunggangan Lord Shiva. Tempat ini pastinya memiliki banyak kuil Shiva yang telah dihancurkan oleh para pengikut Kristen fanatik.

Kita juga bisa membandingkan nama Edinburgh dengan Sanskrit. Veda diucapkan sebagai Eda setelah kedatangan agama Kristen di Eropa. Eddas, naskah-naskah sangat kuno Skandinavia, adalah gema dari Sanskrit Vedas. Edinburgh di Skotlandia adalah perusakan dari istilah Sanskrit Vedinpur, yang berarti Kota Veda.

Hubungan lainnya adalah terminologi dalam bahasa Inggris “shrine”, yang merupakan bentuk perusakan dari kata Sanskrit shwar. Ini adalah rujukan bagi kota-kota India yang dikenal sebagai pusat-pusat pemujaan Shiva pada masa silam, seperti Tryambakeshwar, Lankeshwar, Ghrishneshwar, dan masih banyak lagi yang lain. Di Inggris kita kenal kota-kota seperti Lancashire, Pembrokeshire, Hampshire, dan Wiltshire. Devonshire berasal dari Sanskrit Devaneswar, yang berarti Lord atau dewa-dewa. Kota-kota tersebut hampir pasti memiliki kuil-kuil Shiva yang besar dan luas, itulah sebabnya kenapa mereka masih dinamai dengan cara seperti itu.

Di Scotlandia kita menemukan kota Marayshire, nama yang merupakan perusakan dari nama salah satu deity Sanskrit Moreshwar. Tempat ini merupakan sebuah situs Veda pada jaman dahulu sebagaimana dapat dikenali dengan adanya figur-figur sapi masih kelihatan terukir di batu-batu karang. Sapi Nandini adalah tunggangan Lord Shiva. Tempat ini pastinya memiliki banyak kuil Shiva yang telah dihancurkan oleh para pengikut Kristen fanatik.

Kita juga bisa membandingkan nama Edinburgh dengan Sanskrit. Veda diucapkan sebagai Eda setelah kedatangan agama Kristen di Eropa. Eddas, naskah-naskah sangat kuno Skandinavia, adalah gema dari Sanskrit Vedas. Edinburgh di Skotlandia adalah perusakan dari istilah Sanskrit Vedinpur, yang berarti Kota Veda.

Di India, kota praja dan perbentengan yang dikelilingi tembok pengaman dikenal dan diucapkan sebagai “Cote”, yang adalah sama dengan Kot seperti dalam Siddhakot, Agrakot, Lohakot, Bagalkot, dan Amarkot. Di Inggris, juga, kota praja dan kastil yang diikelilingi dengan tembok pengaman masih mengandung nama-nama Sanskrit “Cote” sebagaimana dapat dilihat pada nama-nama seperti Charlcote, Northcote, Heathcote, dan Kingscote.

Pacuan kuda terkenal di Ascot bukanlah sebuah kebetulan tempat untuk olah raga. Nama Ascot berasal dari nama Sanskrit Aswacot, yang berarti kota kuda, yang merupakan sebuah warisan dari pemerintahan administrasi Kshatriya Veda pada jaman dahulu.

Ini memperlihatkan semua nama diberikan oleh orang-orang pada jaman dahulu yang berbicara Sanskrit ketika mereka memerintah wilayah-wilayah itu. Jadi itu tidak mengejutkan bahwa bagian-bagian dari Inggris masih mengandung terminologi Sanskrit bahkan setelah semua jejak-jejak ayunan sejarah India atas Inggris sepertinya telah dihapuskan.

Terdapat lebih banyak lagi kata-kata dalam bahasa Inggris yang akarnya berasal dari Sanskrit, seperti dijelaskan di dalam buku Some Blunders of Indian Histirical Research, pada halaman 251. Pada adalah Sanskrit untuk ‘kaki’, yang berhubungan dengan sejumlah besar kata-kata bahasa Inggris, seperti Pedeatrics, pedestal, pedestrian, dan biped. Akar kata Sanskrit lainnya adalah dant, yang berarti ‘gigi’, darimana kita dapat kata-kata dentist, dentistry, dan dental. Istilah Sanskrit lainnya adalah mritya, berarti ‘kematian’, darimana kita mendapat kata-kata mortuary, morgue, mortal, dan immortal. Kata man diturunkan dari kata Sanskrit manas, berarti ‘pikiran’, mind, thingking, atau rational being. Kata bahasa Inggris door adalah Sanskrit dwar. Istilah Inggris Monarch berasal dari istilah Sanskrit Manawarka, yang berarti matahari (yang bersinar) diantara manusia. Dalam tradisi Veda, monarki dianggap sebagai sinar kemuliaan, kekuasaan, dan penjaga dunia.

Daftar perbandingan kata-kata termasuk di bawah ini:
INGGRIS SANSKRIT
Ca-tholic === Sa-Devalik (ia sang penyembah kuil)
Friar === Pravar (pertapa)
Convent === Sonvent (bangunan suci)
David === Devi-da (diberkati oleh Ibu Dewi)
Church === Churcha (tempat memberikan ceramah religius)
Churchill === Churcha-cholak (orang yang memimpin khotbah)
Papa/Pope === Papa-ha (penebus dosa)

Tuan rumah yang tidak disangka-sangka dari sejumlah kata-kata Sanskrit yang terus tetap ada dalam bahasa Inggris merupakan bukti yang sangat kuat atas orang-orang India Veda pernah berayun di Eropa. Contoh-contoh seperti itu lebih banyak lagi dapat dilihat pada Bab Enam buku ini.

Bukti lebih banyak lagi tentang warisan Veda di Inggris dapat dikenali dengan adanya temuan bahwa saat membangun kembali daerah-daerah yang hancur di kota London setelah selesainya Perang Dunia II, sebuah patung dewa India Mitra, dewa matahari, ditemukan tertimbun di bawah pondasi sebuah bangunan tua. Dikatakan bahwa bangsa Romawi telah memperkenalkan penyembahan dewa matahari di Britania selama pemerintahan mereka di sana. Semua ini berarti bahwa apakah orang-orang Veda India sendiri yang langsung pergi ke Inggris, atau bisa juga peradaban Veda sampai ke Inggris melalui perantaraan orang-orang Yunani atau Romawi kuno.

Melalui aliran yang sama, British Museum di London memamerkan sebuah mosaik burung merak yang berhasil diangkat dari sebuah penggalian di British Isle. Walaupun merak adalah burung daerah tropis dan dianggap suci, dan juga adalah tunggangan dewi Sarasvati dan dewa Murugan dalam tradisi Veda, itu merupakan sebuah corak yang populer pada jaman Veda Eropa dahulu. Ini adalah sebuah bukti visual tentang masa lalu Veda di Britania Raya.

Lebih jauh lagi, bukti tentang praktek kremasi lazim dilakukan di Britania kuno ditemukan dalam bentuk kendi-kendi berisikan abu suci yang disimpan di bawah sebentuk batu di tempat pemujaan.

Aspek-aspek religius tertentu yang dibawa dari tradisi Veda juga dapat dilihat dengan cara lain, sebagaimana dijelaskap pada halaman 12 dari Some Missing Chapters of World History karya P.N. Oak. “Katedral St. Paul di London, dibangun kembali oleh Christopher Wren setelah kebakaran besar yang melanda London lebih dari 300 tahun yang lalu, masih mempertahankan beberapa tradisi pra agama Kristen. St. Paul tadinya adalah sebual kuil Gopal atau Chrisn (Krishna).

Ini dia beberapa buktinya: Pusat altarnya dipisahkan dari dinding bagian belakang oleh sebuah lintasan jalan sempit yang melingkar. [Ini sebagai jalur bagi orang-orang untuk berjalan mengitari altar, sebuah kebiasaan yang khas kuil-kuil Veda]. Altar utama dibuat tidak untuk mengabadikan Jesus tetapi berupa palang Veda delapan arah mata angin. Di depan altar, tidak seberapa jauh, terdapat patung burung elang emas dalam posisi berdiri. Burung elang itu adalah [Garuda] tunggangan dewa Vishnu. Di atas reling melengkung penopang langit-langit terdapat doa-doa Latin yang dimulai dengan kata OM yang ditulis dalam huruf kapital yang tebal. Di sepanjang dinding tembok bagian dalam adalah sketsa relief dari para pertapa dan yang lain-lain sedang berendam, mandi suci dalam sungai Gangga”. Oleh karena itu, sepertinya ini menandakan bahwa banyak dari tempat-tempat suci terpenting atau gereja-gereja penganut Kristen sekarang ini tadinya adalah kuil-kuil atau tempat-tempat suci Veda.

Praktek menyematkan bulu burung (merak) pada topi orang-orang Eropa, dan bahkan bulu burung (merak) yang terlihat di atas mahkota penguasa Muslim bersumber dari peniruan gaya Lord Krishna yang pada jaman dahulu adalah orang yang pertama kali diketahui mengenakan sehelai bulu merak di puncak mahkotanya. Itu memperlihatkan bagaimana dunia pada jaman dahulu memuja-muja Lord Krishna.

Juga dipahami bahwa para administratur Kshatriya Veda jaman dahulu mempekerjakan penyanyi-penyanyi dan penyair tradisional yang dikenal sebagai Bhaat atau Bard. Itulah kata-kata yang sama yang terus dipakai dalam bahasa Inggris sebagai Poet (sebuah salah ucap dari kata Sanskrit Bhaat) dan Bard. Tradisi yang aslinya berasal di Timur dan kemudian melintas ke Yunani kuno dan kemudian Latin. Dewan penyair Raja Veda Prithviraj, Chand, dikenal sebagai “Bardai”, yang diucapkan sebagai “Bard” dalam bahasa Inggris. Kelanjutan dari tradisi poet atau bard di Britania merupakan salah satu bukti kuat dari penguasa Veda yang berbicara Sanskrit telah mengatur British Isle pada jaman dahulu kala.

Photobucket

STONEHENGE DAN ORANG-ORANG DRUID

Tempat lain yang harus dipertimbangkan dalam hal pengaruh Veda adalah Stonehenge, sebuah tempat misterius yang ada di dataran Salisbury di Wiltshire. Nama Stonehenge datang dari kata Sanskrit Stavankunj, yang berarti pondok tempat untuk bermeditasi. Nama aslinya benar-benar tidak ada hubungan dengan batu-batu bulat besar yang berdiri disana. Beberapa mill dari sana ada sebuah tempat yang dikenal sebagai Woodhenge. Padanan dalam Sanskrit dari kata “wood” adalah vana, diucapkan sebagai “bon”. Jadi, nama Sanskrit untuk tempat itu tentunya adalah Vanakunj, berarti sebuah “forest bower”. Ini memberikan beberapa pemahaman kepada Sanskrit sebagai asal dari nama-nama yang berakhiran “henge”.

Orang-orang Druid, yang dihubungkan dengan Stonehenge, adalah pendeta-pendeta yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sosial pada jaman Eropa kuno. Istilah Druid adalah variasi dari orang-orang Eropa atas istilah Sanskrit Dravid. Salah satu hubungan yang dimiliki orang-orang Druid dengan peradaban Veda dijelaskan oleh P.N. Oak pada halaman 221 dari bukunya Some Missing Chapters in World History yang mana ia menyatakan: “Masyarakat Eropa menyebut orang-orang Druid sebagai orang-orang Hindu Dravida pada jaman dahulu. Kamus menjelaskannya sebagai sebuah kelompok religius kuno yang ada di Gaul, Britania, dan Irlandia pada jaman dahulu.

Dalam hikayat penduduk Irlandia dan Wales, dan kemudian dalam legenda agama Kristen, orang-orang Druid muncul sebagai penyihir dan bukan sebagai pendeta dan ahli filsafat. Ini merupakan indikasi jelas bahwa orang-orang Druid Eropa adalah sama dengan orang-orang Dravida di India. Mereka bukanlah kelompok ras tertentu. Mereka merupakan kelompok religius dari para pendeta dan ahli filsafat yang melakukan keajaiban-keajaiban melalui mantra dan upacara mereka. Secara kebetulan, harus dicatat disini bahwa adalah tidak benar untuk menandai orang-orang Arya dan orang-orang Dravida sebagai kelompok-kelompok ras yang saling bermusuhan. Mereka tidak bermusuhan. Mereka adalah komunitas-komunitas Hindu kuno [yang berbeda] yang kedua-duanya benar-benar mahir dalam pemujaan keagamaan Hindu, pengetahuan dan praktek-praktek Veda. Mereka menyebar ke Eropa ketika para Kshatriya India memerintah dunia. Sebagaimana komunitas di India begitu juga dengan komunitas di Eropa kita menjumpai istilah-istilah Arya dan Druid. Mereka tidak eksklusif satu dengan yang lain. Orang-orang Druid adalah sebuah kelompok yang menjalankan Arya Dharma yang adalah jalan hidup Arya. Karenanya ketika dunia mengatakan bahwa arang-orang Eropa adalah orang-orang Arya apa yang harus disadari adalah bahwa orang-orang Eropa tadinya adalah orang-orang Hindu. Druid, alias Dravida, membentuk sebuah kelompok keagamaan dalam komunitas orang-orang Arya yang percaya akan dan menjalankan Arya Dharma yang sama”.

Istilah Dravid berkaitan dengan para orang bijak paling awal pada saat mulainya Krita-yuga. Akar kata Dra menandakan Drashta, salah satu dari para orang mulia (seer), sementara suku kata yang belakangan vid secara langsung menunjuk kepada ilmu pengetahuan atau orang bijak itu sendiri. Jadi, mereka berasal dari India, seperti juga disebutkan pada halaman 483, Volume II dari Asiatic Researches oleh Reverend Thomas Maurice: “Asal-usul Asiatic dari orang-orang Druid telah lama diakui dalam dunia kepurbakalaan. Mr. Reuben Burrow, praktisi besar astronomi India, merupakan orang pertama yang, setelah melalui sebuah pengujian dan perbandingan yang ketat terhadap takhyul yang berhubungan dengan mytologi dan periodisasinya, secara langsung membenarkan mereka sebagai sekelompok imigran yang terdiri dari ahli-ahli filsafat India”.

Reverend Maurice melanjutkan alur pemikiran ini pada halaman 246, Bagian I, Volume I dari bukunya, Antiquities of India: “Para pendeta ini (orang-orang Druid), kaum Brahmana India, menyebarkan diri mereka secara meluas melalui wilayah Asia bagian utara, bahkan sampai ke Siberia sendiri, dan secara perlahan-lahan bercampur dengan suku-suku pribumi Celtic yang berpostur besar (penduduk Kalatoya sampai selatan Kashmir) terus melanjutkan perjalanannya sampai di Eropa dan akhirnya mendirikan kelompok orang-orang Druid yang adalah sistem Brahmin superstition di Britania purba. Ini saya pertahankan adalah koloni orang Oriental pertama yang menetap di kepulauan (British) ini”.

Ini sangat mirip dengan apa yang dijelaskan oleh Navaratna S. Rajaram dalam bukunya, Vedic Aryanand the Origins of Civilization. Ia mengatakan bahwa orang-orang Druid tercatat dalam pustaka Veda sebagai orang-orang Druhyu. Mereka diusir keluar India dalam sejumlah kampanye oleh para penguasa dari milenium ke-empat B.C., bahkan oleh Mandhatr sejak 4500 B.C. Ini sesuai dengan tradisi orang-orang Druid yang menelusuri asal-usulnya dari Asia setidaknya sejak 3900 B.C. Orang-orang Druhyu ini, yang berasal dari wilayah India barat laut telah dipimpin kembali masuk ke tanah tumpah darahnya oleh raja mereka, Angara. Kemudia Mandhatr mengusirnya kembali keluar dari Punjab dan masuk ke Afghanistan. Setelah itu, berdasarkan catatan-catatan dalam Purana mengindikasikan bahwa mereka pergi lebih jauh lagi ke arah utara dan kemudian barat memasuki Eropa, dimana mereka menjadi orang-orang Druid.

Pada halaman 11 buku The Celtic Druids, Godfrey Higgins manyebut bahwa, “Caesar . . . mangatakan, berbicara menganai orang-orang Druid, bahwa mereka tidak berpikir itu sah menurut hukum untuk melakukan penulisan rahasia agama mereka”. Ini berarti bahwa cara mereka untuk mengajarkan pengatahuan mereka kepada yang lain mereka memelihara tradisi lisan Veda. Pelajaran Sanskrit selalu dilakukan berdasarkan ingatan (tradisi lisan) sebelum itu dituliskan. Dan untuk mengingatnya, mereka secara rutin biasanya melafalkan Vedas dan pustaka Veda lainnya.

Dari halaman 154 buku Matter, Myth and Spirit or Keltic Hindu Links, Dorothea Chaplin menjelaskan, “Orang-orang Dravida adalah para Kshatriya dan semua Kshatriya adalah orang Arya. . . . Manu dalam ayat 43-44 dari bab ke-sepuluh Samhita menyebutkan sepuluh suku Kshatriya sebagai kaum Vrishala, diantara mereka adalah orang-orang Dravida”.

Pada halaman 179 sampai 183 ia melanjutkan ulasannya bahwa orang-orang Druid tidak pernah ambil bagian dalam peperangan, juga tidak pernah membayar pajak dalam rangka itu. Mereka dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Dalam jumlah besar mereka bergabung dalam kependetaan yang mana mereka dikirim oleh orang tuanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diperlukan. Pada saat berumur 5 tahun para murid dikirim ke pasraman milik sang guru selama 12 sampai 20 tahun untuk mengikuti pendidikan dan mempelajari himne-himne suci Veda. Mereka akan mengingat sejumlah besar ayat-ayat. Inti dari pendidikan mereka adalah untuk memahami keabadian jiwa (soul) dan proses reinkarnasi. Pelajaran lainnya adalah astronomy, geography, berbagai cabang filsafat, dan masalah-masalah keagamaan. Jadi, sistem pendidikan Druid juga adalah sistem menurut Veda.

Kemiripan dengan sistem Veda menjadikannya yakin bahwa orang-orang Druid dalam kenyataannya adalah klan orang-orang Druhyu dari India, bagian dari peradaban Veda yang menuntun dan melakukan kendali pengawasan atas tata kemasyarakatan orang-orang Eropa kontemporer. Dama buku yang sama, Chaplin menjelaskan bahwa orang-orang Druid mendiami British Island dan membengun pusat-pusatnya di banyak tempat, yang terpenting diantaranya adalah Avebury, Stonehenge, Woodhenge, Malvern, Mona, Tara, dan Iona. Bahkan orang-orang Celtic ada di bawah kekuasaan orang-orang Druid. Tetapi, tidak hanya orang-orang Druid makmur di Britania, tetapi dalam Complete History of the Druids (hal.27) menjelaskan bahwa, “Agama orang-orang Druid bersemi sangat lama, baik di Britania dan Gaul (Perancis). Ia menyebar sampai ke Italia, seperti nampak melalui perintah pengadilan Augustus kepada orang-orang Roma, agar tidak merayakan misterinya”.

Sebagaimana tercatat pada halaman 182-183 dari Caesar’s Commentaries on the Gallic War, oleh T. Rice Holmes, Julius Caesar menjelaskan bahwa dewa untuk siapa orang-orang Druid melakukan banyak penghormatan adalah Mercury. Ia dianggap sebagai penemu semua kesenian dan pioner dan pemandu bagi para pejalan, dan penyelenggara perdagangan dan kepemilikan kekayaan. Mereka juga memberikan penghormatan untuk Apollo (penyembuh penyakit), Mars (Dewa perang), Jupiter (mahluk celestial tertinggi) dan Minerva (pelopor industri dan kerajinan tangan). Dalam tradisi Sanskrit deity-deity yang sama dikenal sebagai Surya, Mangal, Budha, Indra, dan Lakshmi.

Pada halaman 161 buku The Celtic Druids, oleh Godfrey Higgins, juga dijelaskan bahwa perayaan tanggal 25 Desember dirayakan dengan menyalakan api unggun besar di puncak bukit. Merayakannya dengan menggunakan pepohonan hijau dan terutama sekali mistletoe (sejenis tanaman warna hijau) pada perayaan ini mengkhianati tradisi Druid yang menjadi asal tradisi ini.

Orang-orang Druid tidak hanya merupakan orang-orang dari India, atau yang berorientasi Veda, yang ada di Britania. Dari halaman 113 buku Matter, Myth and Spirit or Keltic Hindu Links, Dorothea Chaplin menjelaskan, “Kerajaan Kent dibangun oleh Jat bersaudara. Baik orang-orang di kerajaan Kent dan juga di pulau Wight semuanya adalah keturunan dari Jat bersaudara”. Jat bersaudara adalah juga klan Kshatriya dari India dan membantu mengelola peradaban Veda di bagian lain dunia ini.

Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Pengaruh Peradaban Veda di Perancis

Pengaruh Peradaban Veda di Perancis
Photobucket
Pengaruh Veda di Perancis dapat dikenali dalam Caesar’s Commentaries on the Gallic War, pada halaman 180-1, yang mana ia menjelaskan bahwa dimana-mana di Gaul (Perancis) terdapat dua kelas manusia; “Druid” dan “Knight”.

Kaum Druid memimpin pemujaan kepada para dewa, melaksanakan ritual, dan menjawab pertanyaan tentang keagamaan. Laki-laki dalam jumlah cukup banyak tinggal bersama mereka untuk belajar dan banyak orang menaruh rasa hormat kepada mereka. Mereka juga bertindak sebagai penegak hukum apabila terjadi perselisihan dan membuat keputusan bisa berupa hadiah atau hukuman. Dengan cara ini, kita bisa mengetahui bahwa kaum Druid pastinya adalah kaum Brahmin wilayah itu, dan kultur Perancis pada masa awal sangat mirip dengan yang ada di Britania.

Mr. Oak menyebutkan pada halaman 831 World Vedic Heritage, “Sebelum bahasa Inggris berkembang menjadi bahasa yang berdiri sendiri, diketahui dengan pasti bahwa orang Inggris berbicara bahasa yang sama dengan orang Perancis. Itu karena bahasa atau bahasa-bahasa yang dipakai di seluruh Eropa merupakan variasi Sanskrit.

“Dalam konteks ini Godfrey Higgins mengamati [dalam The Celtic Druids], ‘Berbicara mengenai orang-orang Gaul (Perancis), Caesar mengatakan, bahwa mereka semua memiliki bahasa yang sama, dengan sedikit variasi dalam dialek mereka. Tetapi ia mengatakan adalah hal biasa bagi mereka untuk melintas ke Britania untuk meningkatkan kemampuan diri mereka dalam ajaran-ajaran kaum Druid, yang hampir membuktikan bahwa kedua negara ini memiliki bahasa yang sama. Dan Tacitus mengatakan secara ekspresif, bahwa bahasa orang-orang Gaul (Perancis) dan Britania tidak begitu berbeda. . . .’ Itulah kenapa bahasa Perancis terus dipakai sebagai bahasa oleh orang Britania untuk jangka waktu lama.

“Ini mencerminkan bahwa tidak hanya Perancis dan Inggris tetapi seluruh Eropa dan keseluruhan dunia pernah berbicara Sanskrit sebagai bahasa umum. Dengan meredupnya imperium Veda dunia, kontinen, region, dan kemudian bahkan setiap negara salah mengira gaya bahasa dan perusakan mereka terhadap Sanskrit sebagai bahasa milik mereka sendiri”.

Dalam hal nama “France”, itu berasal dari akar kata Sanskrit pra, diucapkan sebagai “fra” dalam pengucapan modern. Akar kata Sanskrit pra mengandung konotasinya dalam bahasa percakapan Eropa modern sebagai “pro” yang berarti “cenderung kepada”. Seorang pendeta Veda dalam Sanskrit dikenal sebagai pravarh, yang berarti cenderung kepada var, tingkat spiritualitas yang lebih tinggi. Pravar dalam terminologi Veda masih digunakan di Eropa sebagai “Friar”. Penambahan “nce” dalam nama “France” adalah bentuk jamak “Fra”, yang berarti sekelompok orang (Vedic Friars atau Druids) yang memiliki kecenderungan kepada kebebasan spiritual. Ini adalah tujuan hidup menurut Veda. Sehingga pemakaian nama Friar oleh orang Kristen juga membuktikan hubungannya dengan Veda.

Nama Paris juga sebuah turunan Vedic, dan merupakan versi yang dipendekkan dari nama dewi Veda Parameshwari. Pada jaman Romawi Paris dilafalkan sebagai Parisorium, yang merupakan perusakan dari nama Sanskrit Parameswarium, yang berarti tempat pemujaan dewi Parameswari. Ini berarti bahwa disana pasti pernah ada sebuah kuil untuk memuja dewi Parameswari di bantaran Sungai Seine. Kota yang berkembang diseputanya menjadi dikenal sebagai Parameswarium. Setelah Perang Mahabharata di Kuruksetra dan gangguan dalam skala internasional atas administrasi pemerintahan Veda, nama Sanskritnya akhirnya disebut Parisorium. Dan setelah kekuasaan Romawi berakhir, namanya kemudian disingkat menjadi Paris. Orang Perancis lebih jauh lagi menyingkatnya menjadi “Pari”. Inilah suatu tanda bagaimana nama-nama setempat mengalami perubahan dan bahwa orang-orang Perancis telah melupakan akar-akar Veda mereka.

Untuk menghormati tanah kelahiran mereka, Seine River pada mulanya disebut Sindhu oleh mereka yang datang dari India dan menjadikan Perancis sebagai koloninya. Orang-orang Perancis kemudian hari membuang suku kata terakhir dan apa yang tersisa adalah Sind atau Seine, sebagai namanya sekarang ini.

Terdapat banyak kesamaan lainnya antara bahasa Perancis dengan Sanskrit. Sebagai contoh, orang Perancis biasanya melafalkan “S” sebagai “Z”. Jadi, anda menemukan kata Sanskrit Ishwar, yang berarti “Great Lord” biasa dipakai untuk menyebut para penguasa sementara di berbagai belahan dunia, diucapkan sebagai Caesar, Kaiser, Czar, Kaisar, dan Azar di Mesir kuno. Akar kata Sanskrit “tu”, diucapkan secara lebih lembut menjadi “the” dalam bahasa Inggris dan “des” dalam bahasa Perancis.

Contoh lainnya yang yang memberikan pemahaman terhadap peradaban Veda di Perancis permulaan adalah nama kota Cannes. Huruf “C” dilafalkan sebagai “K” tetapi juga bisa digunakan untuk “S”. Jadi nama Cannes dapat dieja sebagai Sannes, yang secara langsung berhubungan dengan istilah Sanskrit Sanis untuk Saturnus. Jadi, disini mungkin pernah jadi pusat pemujaan Saturnus, dan katedral yang sangat luas disana mungkin pernah menjadi lokasi kuil Veda Saturnus di jaman dahulu.

Istilah “Notre Dame” biasanya diterjemahkan yang artinya “Our Lady”, tetapi sebenarnya itu seharusnya berarti “Our Mother”. Beberapa merasa bahwa Notre Dame tadinya pernah menjadi lokasi sebuah kuil Veda untuk “Mother Goddess”, Bhagavati atau Parameswari. Itu masih merupakan sebuah kuil untuk Dewi Ibu tetapi dalam abad ke-duabelas telah dikonversi menjadi sebuah gereja Kristen. Buktinya adalah bahwa bangunan itu masih memiliki berbagai pola geometrikal, seperti siku-siku, segi enam, segi delapan, dan lingkaran dengan 12 atau 24 jeruji. Desain esoterik seperti itu dikenal sebagai Yantra dalam pemujaan kepada para Dewi Veda. Pola-pola seperti itu mencerminkan banyak daya kreatif yang dibutuhkan selama proses penciptaan jagat raya, yang mana Dewi Ibu Veda ikut berpartisipasi. Anda juga dapat menemukan lambang-lambang 12 zodiak astrologi Veda pada bangunannya. Astrologi Veda berkenaan dengan kelahiran-kelahiran masa lalu dan yang akan datang dari jiwa manusia dan karma-nya. Apabila katedral itu aslinya adalah sebuah bangunan Kristen, lambang-lambang astrologi itu pasti tidak akan ada disana karena astrologi tidak memiliki tempat dalam Kekristenan. Agama Kristen tidak mengakui pengetahuan tentang kelahiran-kelahiran masa lalu dan yang akan datang, begitu juga dengan pengetahuan yang terkait dengan hukum karma. Lambang-lambang zodiak juga menunjukkan bahwa, menurut tradisi, tidak diragukan lagi bahwa itu adalah image dari sembilan planet yang dibangun bersamaan dengan kuil pada masa pra agama Kristen.

Anda juga bisa lihat puncak menara kuil ditutupi dengan gambar-gambar para orang suci, biarawati, burung, binatang buas dan raksasa. Dekorasi menara-menara kuil dengan cara ini juga adalah tradisi Veda. Anda menemukan ini khususnya di daerah India Selatan.

Pada halaman 25 buku Matter, Myth and Spirit or Keltic Hindu Links, Dorothea Chaplin menjelaskan bahwa, “Di Atun di Perancis, ada sebuah patung deity yang disangka sebagai Dewa Kesuburan suku Keltic sedang melawan seekor ular”. Ini pasti adalah Krishna yang sedang menundukkan ular Kaliya. Dia diberi label sebagai dewa kesuburan adalah anggapan keliru dari para ilmuwan Kristen yang dengan gampangnya membuat prasangka dalam benak orang. Kenyataannya adalah bahwa episode Purana tentang Lord Krishna melawan ular berkepala banyak Kaliya sangat populer diantara semua orang yang berasal dari India. Mereka secara alami pasti akan membawa ceritera-ceritera ini dan teks-teks Veda bersama mereka, begitu juga dengan membangun kuil untuk deity-deity mereka, seperti Lord Krishna. Oleh karena itu, Atun pastinya memiliki sebuah kuil kuno untuk memuja Krishna di pusat huniannya dengan katedral sebagai pokoknya.

Pada halaman 822-3 World Vedic Heritage, Mr. Oak menjelaskan bahwa Strabo, ahli geografi kuno, mencatat dalam karyanya Geography of Marseilles bahwa kota ini memiliki dinding perlindungan di sekelilingnya. Disana juga ada sebuah kuil untuk Delphian Apollo, sebuah kuil matahari. Sebuah kuil matahari Veda juga disebut dengan Marichalayas. Jadinya, nama Marseilles diturunkan dari istilah itu.

Verseilles mendapatkan namanya dari kata Sanskrit Vareshalayas, yang berarti tempat pemujaan untuk Great Lord, Vishnu atau Shiva. Pusat Katedral pada jaman dahulu adalah sebuah tempat yang aslinya kuil Veda.

Nama kota Sable juga adalah penyingkatan dari Shibalaya, yang merupakan distorsi nama Sanskrit Shivalaya. Katedral pimpinan di kota itu pastinya adalah tempat yang aslinya sebuah kuil Shiva. Atas dasar ini, Dr. V.V. Pendse, kepala dari Dyanaprabodhini Institution di Pune, India, mengintip melalui sebuah jendela dari salah satu tempat yang disucikan dalam katedral, yang terkunci secara permanen sebagai yang sangat disucikan dan dirahasiakan. Di dalam ia melihat bahwa interiornya mengandung semua pertanda dari sebuah Shiva-linga yang tercabut. Ini lebih jauh membuktikan bahwa Perancis pre-Kristen pernah melakukan dan menjadi bagian dari peradaban Veda di masa lampau.

Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Irlandia

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Irlandia

Bagian lain dari British Isle juga menyajikan banyak bukti bahwa mereka dipengaruhi oleh peradaban Veda. Nama “Ireland” adalah salah ucap istilah Sanskrit Aryasthan, berarti tanah bagi orang-orang Arya (Veda).

Pada halaman duapuluh bagian Pendahuluan buku Collectania De Rebus Hibenicus, oleh Lt. Gen. Charles Vallancey, ia menjelaskan bahwa agama Druid dari Britons ditemukan pada mereka orang-orang Irish, yang sebagian besar diantara mereka adalah para Brahmin. . . . tidak lain adalah deity Brahmin pernah tercatat dalam manuskrip Irish”. Jika ini yang terjadi, ini tentunya berarti bahwa manuskrip-manuskrip pre-Kristen di Inggris, Wales, Scotlandia, dan Irlandia semuanya adalah Hindu, Vedic, naskah-naskah Sanskrit. Vallancey lebih jauh menjelaskan pada halaman 22 bukunya bahwa, “Sir William Jones melihat bahasa Irish sangat dekat hubungannya dengan Sanskrit”. Ini berarti bahwa banyak tradisi Irish hanyalah sisa-sisa dari peradaban Veda.

Jadi apa yang terjadi terhadap manuskrip Irish yang sangat banyak itu? Vallancey mencatat pada halaman delapan bagian Pendahuluan bukunya, “Orang-orang Irish dan Wales mengeluhkan penhancuran terhadap manuskrip-manuskrip mereka oleh misionaris pertama Kristen, oleh orang-orang Dane, Norwegia dan lainnya. . .” Ini menjelaskan bagaimana bukti peradaban Veda secara sistematis disapu bersih oleh Kekristenan di Irlandia begitu juga dengan seluruh Eropa. Kemudian ketika para ilmuwan mencoba mengumpulkan manuskrip-manuskrip tersebut dan bukti-bukti lain mengenai masa lampau peradaban Veda Eropa, usaha ini juga dipadamkan melalui kekerasan oleh elemen-elemen Kekristenan.

Deity-deity orang Irish juga sama dengan yang ada dalam Vedic Arya, sebagaimana Vallancey menjelaskan pada halaman 32-34 bukunya: “Orang-orang Pagan Irish memiliki hampir semua deity Hindu. . . Altar pemujaan mereka masih ada di Irlandia sesuai dengan nama-nama mereka. Melalui model argumentasi yang digunakan oleh Dupuis, orang-orang Irish dapat dikatakan sebagai orang Hindu. Pada Prakata dari karya saya Prospectus of an Irish Dictionary, halaman xxiii, adalah daftar dari 18 deity, yang biasa ada dalam Pagan, Irish dan Brahmin. . . “

Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp
vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Italy

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Italy
Photobucket
Nama Italy (dari Etaly) dalam Sanskrit menandakan sebuah negeri yang terletak di bawah suatu kontinen yang sekarang ini disebut Eropa. Dengan menyebarnya peradaban Veda melewati negari-negari timur-tengah lalu memasuki Yunani dan Italy, dewa-dewa Veda masih menjadi faktor utama dalam pemujaan dan legenda-legenda di daerah-daerah tersebut. Tetapi, nama-namanya telah berubah ke dalam jargon lokal untuk menekankan berbagai karakteristik berkenaan dengan penduduk wilayah itu. Kita bisa mengenali ini dalam hal bagaimana dewa Mithra yang populer di Romawi dapat ditelusuri kepada dewa Mitra dalam Veda, yang masuk ke Mediterania melalui Asia Kecil melalui kekuatan militer yang sangat tertarik dengan filsafat Veda.

Lebih jauh, banyak dewa-dewa Romawi lainnya berasal dari timur, khususnya dari tradisi Yunani yang lebih dapat dikenali memiliki karakteristik sesuai dengan deity-deity Veda. Sebagai contoh, Zeus adalah Dyaus, Jupiter adalah Diupeter (atau Dyaus Pitar, Vedic Indra), Minerva adalah Pallas Athen, Diana adalah Artemia, Venus (Vedic Lakshmi) menjadi Aphrodite, Neptune adalah Poseidon, Vulcan adalah Hephaestus, Ceres adalah Demetri, Liber adalah Dionysus, Mercury menjadi Hermes, dan Hermes sebelumnya adalah dewa Mesir kuno Thoth.

Hal menarik mengenai Hermes diuraikan oleh Dr. Ginsburg dalam Life of Levita. Disebutkan bahwa cara dewa Hermes disembah adalah sebagai sebuah phallus, didirikan di atas sebuah batu datar, kemudian dilumuri/diurapi dengan minyak, mirip dengan cara pemujaan dewa Shiva sebagai linga yang dibasuhi air suci Gangga, yang melambangkan cara Shiva menerima curahan air sungai Gangga di atas kepalanya seperti air yang turun ke bumi dari dalam surga.

Salah satu alasan kenapa begitu banyak deity Veda ditemukan disini adalah bahwa Roma mengadakan hubungan dagang dengan India selama banyak tahun. Sebuah contoh tentang bagaimana luasnya perdagangan antara Roma dan India dapat dilihat pada Susupalgarh. Ini adalah sebuah benteng yang terletak di bagian timur India, tiga mill selatan Bhubaneshwar. Itu dibangun sekitar abad ke-tiga B.C. dan ditinggalkan pada abad ke-empat A.D. Penggalian yang dilakukan terungkap adanya uang coin Romawi dan India yang berasal dari abad ke-satu dan ke-dua.

Contoh lainnya tentang hal ini diberikan oleh Franz Cumont pada halaman 110 bukunya, Oriental Religions in Roman Paganism. Disini ia menjelaskan, “Cukup mudah bagi divinitas Phoenician Coast untuk menyebrangi laut (menuju Roma). Diantara mereka adalah Adonis sosok wanita berkabung dari Byblos; Balmarcodes ‘Lord of the Dance’, yang datang dari Beruit; Marna, penguasa hujan, disembah di Gaza; dan Maiuma yang hari kelautannya dirayakan pada setiap musim semi di tepi pantai dekat Ostia sebagaimana halnya di Orient”.

Penguasa Tarian secara umum dikenal sebagai Shiva, atau Nataraja. Tetapi, Shiva, seperti halnya Krishna, memiliki ratusan nama, juga, Balmarcodes merujuk kepada Balmukundas, sebuah nama Sanskrit untuk Lord Krishna sebagai anak-anak yang memberikan pembebasan. Maiuma adalah Dewi Ibu (Mother Goddess) Uma, pasangan Lord Shiva. Hari suci kelautan adalah karena para pelaut ikut berpartisipasi dalam pemujaannya. Marna adalah perusakan dari Maruna, merujuk kepada nama Varuna.

Bahkan sekarang ini kita bisa melihat patung Lord Shiva berdiri di atas air mancur di sebuah taman umum di Bologna, Italy. Walaupun ia mungkin digambarkan dengan karakter fisik Romawi, anda masih bisa melihat ia memegang trident (senjata trisula), dan tudung dari dua ekor ular di bahunya yang melingkar di lehernya. Di seluruh Italy dapat ditemukan patung Ganesha, Shiva, dan dety-deity Veda lainnya dalam penggalian-penggalian arkeologi. Ini menjadi bagian dari masa lalu Veda di Italy, walaupun temuan-temuan seperti itu tidak pernah diumumkan oleh rejim penguasa Kristen.

Italy….

Tidak saja orang-orang Italy permulaan memuja Lord Krishna dan Shiva, mereka juga mengetahui Ramayana dan menggambar episode-episode Ramayana pada berbagai plakat dan jambangan. Ratusan gambar dari episode Ramayana tersebut di dalam rumah-rumah kuno ditemukan di seluruh Italy dalam penggalian arkeologi dan dituangkan dalam buku-buku dan laporan-laporan. Tetapi, para ilmuwan Kristen dengan senang hati tidak acuh terhadap apa yang dilukiskan oleh gambar-gambar itu. Mr. Oak secara pribadi memiliki koleksi reproduksi dari lukisan-lukisan Etruscan kuno tersebut.

Beberapa dari pemandangan itu termasuk Rama, Sita dan Lakshmana berjalan beriringan melintasi hutan, seperti uraian dalam Ramayana. Yang lain memperlihatkan Bharat, adiknya Rama mempersiapkan diri untuk bertemu Rama. Yang lain memperlihatkan Vibhisan sedang membujuk Ravana supaya melepaskan Sita yang telah diculiknya. Ada juga seorang Kausalya sedang berbagi minuman suci kesuburan dengan kedua madunya, Kaikeyi dan Sumitra. Lukisan lain menggambarkan anak-anak Rama, Lava dan Kusha menghalau kuda pengorbanan yang dilepaskan Rama. Satu lagi memperlihatkan Subali dan Sugriva sedang berkelahi memperebutkan Ruma (Tara), istri Sugriva.

Pada halaman 812 dan 813 dari World Vedic Heritage kita bisa melihat gambar-gambar seperti apa penduduk permulaan Italy dan Etruscan. Kedua gambar ini muncul dalam History of Rome oleh Mr. Smith, dan Long Missing Links oleh Iyengar. Satu memperlihatkan Pompey, Konsul Roma, mengenakan tanda pengenal tilok Veda “V” di atas dahinya. Gambar yang lain memperlihatkan kaisar awal Etruscan (abad ke-dua B.C.) mengenakan lencana tilok Veda yang sama di atas dahinya dan tengkuknya begitu juga ia mengenakan dhoti, jubah tradisional India.

Kota Roma juga diberi nama mengikuti nama Lord Rama. Huruf Sanskrit “A” diganti dengan “O” untuk pelafalan orang Eropa, seperti Nasa (hidung) dalam Sanskrit ditulis sebagai “nose” dalam bahasa Inggris. Ini mencerminkan bahwa seluruh kekaisaran Romawi aslinya adalah bagian dari imperium Lord Rama.

Sebagaimana dijelaskan lebih kanjut pada halaman 255 Some Missing Chapters of World History, “Sebuah bukti tambahan adalah bahwa tanggal dibangunnya kota Roma masih benar-benar diingat oleh orang-orang Italy yaitu 21 April 753 B.C., yang sangat unik karena mungkin tidak ada kota kuno lain yang diingat secara sangat tepat tanggal pembangunnya. Kenapa dan bagaimana kemudian hanya Roma saja yang diingat secara tepat tanggal pembangunannya? Itu karena tanggal Ramanavami (perayaan kelahiran Rama) dalam tahun 753 B.C. jatuh pada tanggal 21 April.

“Namun bukti lainnya adalah bahwa kota Italy lainnya, Ravenna, diberi nama mengikuti nama Ravana, musuh besar Rama. Karena Rama dan Ravana saling bermusuhan, Roma dan Ravenna secara diametris terletak berseberangan satu dengan yang lain, satu di pantai sebelah barat dan yang lain di pantai sebelah timur Italy”.
Sejalan dengan penyebaran kebudayaan Romawi ke arah barat, maka lebih banyak lagi tergabung dewa dan dewi seperti milik bangsa Celtic, yaitu Suli, dewi di Bath, yang dikenali sebagai Minerva. Maponus dikenali sebagai Apollo, dan Mars (Vedic Skanda) memiliki banyak kesamaan dengan dewa-dewa lainnya. Nama dewa Romawi Janus adalah bahasa Latin untuk dewa Ganesh. Sebuah uraian tata cara penyembahan Janus secara praktis adalah sebuah duplikasi dari bagaimana cara Ganesh disembah.

Semua ini mengindikasikan bahwa orang-orang Italy pada jaman dahulu adalah bagian dari peradaban Veda, atau adalah orang-orang Hindu, para pemuja Lord Rama dan Krishna. Legenda-legenda mereka adalah Vedic, mereka memuja pantheon Veda, dan pemimpin pendeta mereka, Paus (the Pope), mengatur ritual Veda karena ia aslinya adalah seorang pendeta Veda.


Paus (Pope) dan Vatican

masih berhubungan dg jejak2 peradaban veda di Italy……..

Dalam Sanskrit Paap (papa) berarti dosa. Ditambah dengan huruf “ha” menjadi Papa-ha, menunjuk kepada orang yang menghapuskan (remove) dosa. Sebagai konsekwensinya, Papa-ha adalah julukan dan tugas dari pimpinan tertinggi yang melekat sebagai administratur Veda di Eropa. Dari ini muncul penyingkatan ucapan orang Eropa atas kata Pope. Kata-kata lain yang berhubungan dengan ini yang sumbernya dari Sanskrit adalah “papacy” dan “papal”, yang merujuk kepada yang berkenaan dengan dosa, atau panduan memperolehnya. Pa adalah akar kata Sanskrit yang mempunyai arti melindungi, dari mana istilah Pope yang berarti bapa, seperti seorang ayah melindungi anak-anaknya. Istilah “Pontiff” (Uskup) adalah sebuah perusakan dari istilah Sanskrit Pundit atau puntah.

Sebagai pimpinan pendeta Veda, Pope biasanya tinggal di dalam pondok atau pertapaan, yang dalam Sanskrit disebut Vatica (bower or hermitage). Bahkan sampai sekarang, itu masih disebut Vatican, yang mengungkap bahwa Sanskrit dan Veda sebagai sumber kedudukan itu. Sayangnya, dibawah perintah dari Constantine, yang baru saja dikonversi sebagai seorang Kristen, tentara Romawi menghancurkan semua sisa-sisa peradaban Veda dan memaksa setiap orang untuk menerima Kekristenan dan meninggalkan semua yang lainnya. Juga pada tahap itulah bahwa pimpinan pendeta Veda di wilayah itu, Papa-ha atau Pope, terpaksa mengalah dari ancaman tersebut. Sepertinya bahwa ia dibunuh oleh Constantine sekitar tahun 312 A.D. yang kemudian mendudukkan Bishop Roma, seorang pendeta kecil, kelompok Kristen yang baru terbentuk. Seluruh dokumen, catatan dan sejarah Veda pada waktu itu tentunya cepat-cepat disingkirkan, disembunyikan atau dihancurkan. Sejak saat itu, Vedic Vatica menjadi Christian Vatican.

Bukti lebih jauh bahwa Vatican tadinya adalah sebuah tonggak Veda ditemukan di dalam Museum Etruscan Vatican. Disini dipelihara dan dipajang lima Shiva-linga Hindu, beberapa diantaranya biasa dipuja oleh Pope Hindu, begitu juga dengan patung Shiva dengan ular cobra sedang mengangkat kepalanya di kepalanya Shiva. Banyak yang lainnya dikatakan ada tersimpan dan disembunyikan di dalam museum dan di dalam gudang bawah tanah Vatican. Apabila ini yang terjadi, sepertinya juga bahwa banyak terdapat patung lainnya seperti Lord Krishna, Rama, Ganesh (dikenal sebagai Janus), Lakshmi (dikenal sebagai Shree lalu Ceres), Brahma (dikenal sebagai Abraham), Vishnu (dikenal sebagai Vista), dll. Disana pasti pernah ada banyak kuil Veda di seluruh area sebelum itu semua dihancurkan.

Banyak ritual Pope sekarang ini berakar dalam tradisi dan kebiasaan Veda. Menyanyikan himne-himne, pemurnian memakai dupa atau wangi-wangian, persembahan dan membagikan makanan, dan bahkan membasuh kaki adalah sisa-sisa dari ritual-ritual Veda sepenuhnya yang biasa dilakukan oleh Pope. Upacara membasuh kaki seseorang saat upacara penting keagamaan yang dilakukan dengan penuh hormat adalah praktek pra-Kristen. Membasuh atau mencuci kaki bukanlah adat kebiasaan orang Kristen karena kongregation orang Kristen mengenakan kaus kaki dan sepatu. Tetapi, itu telah dilakukan sejak jaman dahulu kala sampai dengan saat ini dalam tradisi Veda ketika para pemimpin religius dan guru spiritual memberikan kakinya untuk dibasuh atau dupuja sebagai bentuk penghargaan dan rasa hormat. Oleh karenanya, ritual-ritual tertentu seperti membasuh kaki dalam Kekristenan adalah bawaan dari upacara menurut Veda sebelum agama Kristen. Tetapi, bahkan Pope sekarang ini kelihatannya tidak mengerti bahwa praktek itu bersumber dari Veda.

— eof —
Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Scandinavia

Jejak-Jejak Peradaban Veda di Scandinavia
Photobucket
Nama Scandinavia itu sendiri adalah sebuah indikasi tentang Veda, region yang memiliki akar-akar Sanskrit.
Scanda (atau Skanda) adalah warrior putra Lord Shiva dan menjadi Panglima dari angkatan perang ilahi.
Kata Sanskrit naviya menandakan ekspedisi laut dan pemukiman.
Jadinya ini adalah suatu daerah pemukiman yang diawali oleh kedatangan ekspedisi kelautan atas nama Skanda. Ekspedisi seperti ini dilakukan oleh para prajurit Kshatriya Veda yang tentunya menghuni daerah ini.

Pada halaman 53 dari buku India in Greece, Edward Pococke menelaah bahwa kelompok orang-orang Eropa, Scandinavia dan prajurit Kshatriya India adalah identik. Ini memperlihatkan bahwa para prajurit yang sama dari India yang bermigrasi sampai ke Eropa juga pergi ke Scandinavia. Orang-orang Viking dari daerah ini kemudian hari muncul sebagai pewaris tradisi ini. Ternyata, suku kata terakhir Viking (King) berasal dari kata Sanskrit simha yang berarti singa. Simha diucapkan sebagai “singa”, dan perubahan “S” menjadi “K” akhirnya menjadi “king”. Jadi, orang-orang Viking dianggap sebagai prajurit bagaikan singa.

Seluruh Eropa pada jaman dahulu kala diatur oleh klan Veda yang berbicara Sanskrit yang dikenal sebagai klan para Daitya. Danu dan Merk adalah dua pemimpin dari klan Daitya kuno itu. Dua nama inilah yang dikombinasi menjadi nama Denmark. Count Biornstierna, dia sendiri adalah orang Scandinavia, tidak ragu-ragu lagi dalam menentukan dalam bukunya, The Theogony of the Hindus, “Kelihatannya bahwa pemukim orang-orang Hindu bermigrasi ke Scandinavia sebelum Perang Mahabharata”.

Nama kuno Sveringe untuk Swedia dan Norge untuk Norwegia berasal dari istilah Sanskrit Swarga dan Narka. Istilah Swedia dalam Sanskrit berarti sebuah tempat tanpa keringat, dan narka berarti neraka. Sebuah kota di Norwegia benar-benar bernama Neraka (Hell).

Nama orang-orang Scandinavia seperti Amundsen dan Sorensen juga memperlihatkan karakter dari tradisi Veda. Istilah “sen” di India umumnya dipakai sebagai nama panggilan, tetapi juga sebagai nama perorangan, seperti Ugrasen, Bhadrasen, dan Bimasen.

Ajaran-ajaran kuno Veda yang diikuti oleh para Kshatriya juga dibawa ke Scandinavia. Kemudian itu menjadi Eddas, yang masih menjadi kitab suci paling tua di wilayah itu. Tetapi, karena terhentinya bentuk pendidikan Veda, konten Eddas semuanya berubah dari teks-teks kuno Veda menjadi cerita dongeng memakai bahasa modern setempat. Walau demikian, penelitian secara cermat mengungkapkan banyak kemiripan antara dongengan-dongengan dalam Eddas dengan legenda-legenda Veda dan Purana.

Balada rakyat Norwegia tentang Sigfried, sosok pahlawan yang terlahir dengan sebuah mantel tanduk, adalah peninggalan orang-orang Eropa tentang cerita Karna. Ia terlahir dengan tubuh berlapis baju zirah sebagaimana diuraikan dalam Mahabharata. Juga, cerita yang disebut “Hildebrand Lied”, yang tertua dalam mitologi rakyat Norwegia, adalah episode dari cerita klasik Ramayana.

Mirip dengan rentang waktu menurut Veda, di wilayah Norwegia dikatakan bahwa orang-orang pada jaman dahulu hidup selama ratusan tahun. Juga ada satu set zaman, atau periode waktu, yang mana kondisi akan semakin buruk dengan meningkatnya kekerasan ke dalam suatu masa yang disebut dengan jaman pisau dan kampak. Setelah jaman akhir ini akan ada apa yang disebut Ragnarok, periode annihilasi, penghancuran. Tetapi, setelah ini akan ada suatu masa restorasi yang mana dunia akan kembali kepada jaman kebaikan. Selama Ragnorak, dunia akan dihancurkan oleh nyala api yang datang dari sesuatu yang disebut Surt. Itulah ia yang menghuni dunia-bawah, Hel. Ini sangat mirip dengan versi menurut Veda (Bhagavatam 3.11.30) yang mana dunia dihancurkan oleh nyala api yang datang dari mulut Lord Sankarshana, yang merupakan ekspansi dari Yang Maha Kuasa yang berkedudukan di bagian bawah jagat raya.

Dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan dalam Veda juga sama dengan apa yang ditemukan di Scandinavia, walaupun telah diberi nama berbeda dalam Eddas. Kita menemukan pada halaman 27 dari catatan kaki Volume I dari teks Aryatarangini: “Bahkan saat ini, studi bahasa Sansekerta adalah sebuah usaha yang sangat dihargai diantara orang-orang Finlandia dan Lithuania dan dewa-dewa legendaris mereka sebagian besar identik dengan deity-deity Veda”.

Sebagai contoh, Woden milik penduduk Scandinavia dan Odin milik rakyat Jerman mirip dengan Varuna dalam Veda. Woden adalah dewa yang memerintah melalui kekuatan magis dan menaruh minat terhadap tujuan universal, dan tidak sekedar untuk dunia manusia. Odin memberikan aturan hukum kepada masyarakat. Varuna juga menaruh perhatian terhadap tatanan universal dan memberikan kaidah-kaidah moral untuk dunia. Sosok Woden dan Odin yang berpakaian kerajaan dan tinggal dalam istana wujudnya mirip dengan Varuna yang mengenakan mantel dan jubah keemasan dan tinggal dalam istana yang terbuat dari emas (Rig-veda 5.67.2).

Donar/Thor juga adalah dewa petir milik penduduk Scandinavia, bersenjatakan sebuah pecut halilintar. Ini sangat mirip dengan Indra, dewa hujan dan petir yang juga memakai sebuah pecut sebagai senjata, jadi, adalah dewa perang. Donar/Thor juga mempunyai kemampuan minum melebihi siapapun. Begitu juga, Indra juga dikenal karena minum air Soma dalam jumlah sangat besar (Rig-veda 5.29.7 & 3.48.2).

Bahkan simbolisasi juga diturunkan dari tradisi Veda. Adanya gajah dalam simbul orang-orang Scandinavia adalah indikasi yang sangat meyakinkan tentang lazimnya peradaban Veda di Scandinavia pra-Kristen. Sebenarnya tidak ada gajah di Scandinavia, tetapi gajah dianggap sebagai sebuah simbul dari kebijaksanaan dan kesucian yang sangat ditekankan dalam tradisi Veda. Patung-patungnya ditemukan menghiasi banyak kuil Veda dan istana.

Penggalan bukti lainnya adalah Gundestrup Cauldron. Ini adalah sebuah piala yang sangat besar terbuat dari perak yang berasal dari 150 B.C. yang ditemukan di Denmark. Ia menyajikan sebuah image Pashupati, Lord Shiva sahabat para binatang. Ini menunjukkan bahwa ia pastinya adalah deity yang umum di wilayah itu pada masa Eropa pra-Kristen. Piala ini menyajikan bukti lebih jauh tentang migrasi orang-orang Vedic Arya keluar India dan melalui Iran dan memasuki Eropa.

Juga terdapat sebuah peristiwa yang dimuat di koran-koran tentang sebuah bangkai kapal dari jaman purba di kedalaman lautan Arctic yang berisi image/patung Veda. Jadi para Kshatriya dan para orang bijak Veda pasti telah berlayar lebih jauh lagi ke utara Scandinavia dalam usaha mereka menjelajah dunia.

Informasi yang terkait dengan hal ini disajikan pada halaman 267-9 dalam buku Sanskrit and Its Kindred Literatures: Studies in Comparative Mythology karya Laura Elizabeth Poor: Bangsa Norwegia dikonversi ke dalam agama Kristen jauh belakangan bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya sehingga kosmogoni dan mitologi mereka masih terpelihara secara sempurna dalam kondisi tidak berubah. . . Literatur mereka sangat agung dan puitis. Kitab-kitab mereka yang sangat disucikan adalah dua Eddas, satu puisi, yang lainnya prosa, ditulis dalam bahasa (lidah) Norwegia tua yang pernah jadi bahasa percakapan bagi empat keluarga di seluruh Peninsula Scandinavia. Kata Edda berarti nenek moyang yang agung melalui pengulangan. Puisi Edda, yang lebih tua diantara yang dua, merupakan koleksi dari 37 hikayat. Beberapa diantaranya adalah religius, dan memberikan telaah tentang penciptaan dunia, tentang dewa-dewa dan manusia, beberapa diantaranya tentang cerita sejarah para pahlawan bangsa, satu diantaranya menyajikan sebuah serial peribahasa moral.

“Kisah-kisah balada ditulis sebelum abad ke-enam tetapi mereka baru dikumpulkan dalam tahun 1086 A.D. oleh seorang pendeta Kristen bernama Soemund. Para ilmuwan berpikir bahwa Soemund adalah sebuah nama yang diberikan kepadanya dalam kaitan ini, karena itu berarti mulut yang menyebarkan benih. . .”
Bersamaan dengan invasi Kristen terhadap Eropa, Olaf adalah raja Scandinavia pertama yang beralih menjadi penganut Kristen. Segera setelah ia dibaptis, ia membubarkan tentaranya tahun 1030 A.D. untuk setengah memaksa mengkonversikan seluruh orang Scandinavia menjadi Kristen. Setelah itu, dewa-dewa Veda dari masa lalu digambarkan secara sinis dan salah sebagai jahat dan iblis.

Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.
vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Peradaban Veda dan Suku Maya

Peradaban Veda dan Suku Maya

Photobucket

Imajinasi yang katanya merupakan rekaan ilmiah hasil karya Hollywood telah berhasil menarik perhatian semua orang. Tidak terkecuali masyarakat awam, para kaum itelektual dan rohaniawanpun tidak henti-hentinya berkoar-koar masalah kapan terjadinya kiamat. Suara pro dan kontra datang dari mana-mana. Uniknya, lembaga agamapun ternyata tidak tinggal diam, sampai-sampai sebuah lembaga agama mengeluarkan fatwa larangan menonton film kiamat tersebut.

Kenapa kiamat menjadi isu yang sangat penting bagi umat manusia?
Jawabannya sudah pasti, yaitu ketakutan pada kematian dan sikap materialistis yang berlebih.

Dari mana isu kiamat 2012 ini berawal?
Semuanya datang dari usaha pemecahan misteri kalender suku bangsa Maya Amerika yang terkenal sangat maju dalam ilmu matematika dan astronomi.

Para arkeolog mengasumsikan bahwa berakhirnya siklus penanggalan bangsa maya kira-kira pada tanggal 12 Desember 2012 mengindikasikan bahwa berakhir juga peradaban di Bumi ini.
Celakanya hal ini juga dikaitkan dengan isu orbit Bumi yang tepat dalam satu garis lurus dengan pusat tata surya. Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan kondisi seperti itu, maka angin matahari akan mengarah ke Bumi. Adanya sunspot dan sunflare yang jumlahnya membengkak, menyebabkan adanya efek terhadap medan magnet bumi. Dikatakan juga bahwa hal ini terjadi lagi untuk pertama kalinya sejak 26.000 tahun yang lalu.
Photobucket
Benarkah kiamat akan terjadi pada tanggal 12-12-2012?
Bantahan demi bantahan sudah datang dari berbagai golongan. Dari para ahli astronomi sudah menjelaskan bahwasanya angin matahari sudah biasa menerpa bumi setidaknya dalam kurun waktu setiap 11 tahun dan terbukti bahwa tidak ada masalah akan hal ini.

Tetua suku bangsa Maya sendiri sudah membuka mulut prihal kesalahan tafsir yang dilakukan para ilmuan modern terhadap sistem kalender mereka. Mereka mengatakan bahwa dalam singkronisasi kalender Maya yang menggunakan basis bilangan yang berbeda dengan kalender Masehi menyebabkan seolah-olah terjadi siklus berulang kalender Maya yang jatuh pada tanggal 12 Desember 2012. Adanya akhir siklus ini bukan berarti dunia ini berakhir.
Photobucket
Siapakah Bangsa Maya yang memiliki ilmu astronomi yang sangat canggih tersebut?
Puing-puing peradaban suku Maya yang dulu di hancurkan oleh Christopher Columbus dan koloninya akibat semangat gospel yang membabi buta sekarang malah diakui sebagai peradaban yang sangat modern dan bahkan menggemparkan dunia akibat tafsir terhadap sistem kalendernya.

Sisa-sisa arkeologi Maya kuno mexico tersebar di bagian Yucatan, Campeche, Tabasco, daerah sebelah timur tengah dari Chiapas dan juga sebagian wilayah Quintana Roo, republik Meksiko. Seluasnya sekitar 125.000 mil persegi, jejak-jejak peradaban ini juga dapat ditemukan di bagian barat Republik Honduras, Peten, dataran tinggi Guatemala dan juga di seluruh Honduras. Columbus secara keliru menyebut daerah ini sebagai India. Meskipun ia menyadari kesalahan dan mengoreksinya kemudian, namun penduduk asli Amerika sampai sekarang akhirnya tetap disebut “orang India” atau Indian.
Photobucket
Sudah sangat banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan asal usul bangsa Indian Amerika ini dan hubungannya dengan peradaban kuno yang lain. Beberapa sejarawan meyakini teori yang menyatakan bahwa Suku Indian adalah orang Asia yang menyeberangi Asia melalui Selat Bering di Alaska dan mencapai Benua Amerika sekitar 12.000 – 15.000 tahun yang lalu, dan beberapa kalangan lagi yakin bahwa suku Indian adalah suku asli yang memang dari awal ada di sana. Meski begitu banyak waktu dan biaya telah dihabiskan untuk menguak tabir ini, namun sampai saat ini bangsa Indian kuno tetap terselubung dalam misteri. Mengutip pernyataan Glyn Daniel dari bukunya The First Civilization, “dalam waktu 15 tahun, antara 1519-1533, Bangsa Eropa menemukan benua Amerika dan menghancurkan tiga peradaban secara brutal, yaitu Aztec di Meksiko, Maya dari Yuacatan dan Guatemala serta Inca di Peru.” Elaborasi unik peradaban Maya telah menjadi tantangan tersendiri bagi para penjelajah imajinasi dan ahli sejarah. Maya telah mencapai peradaban tertinggi dalam bidang seni, kerajinan, patung dan hieroglif. Terdapat teori yang tak terhitung banyaknya tentang orang-orang kuno ini. Mereka memiliki peradaban yang luar biasa dalam hal sosial, ekonomi, bidang politik dan agama, kalender mereka dan tulisan-tulisan hiroglif. Meskipun ilmuwan modern telah mencapai keberhasilan signifikan dalam memecahkan sistem kalender Maya, namun tak satu pun yang sudah mampu memecahkan sistem tulisan hiroglif mereka.

Apa hubungan antara peradaban-peradaban tertua di dunia seperti peradaban Mesopotamia dan peradaban Mohenjodaro-Harapah (India) dengan peradaban “dunia baru” Amerika?
Photobucket
Kemungkinan adanya hubungan antara peradaban kuno di Asia, khususnya India kuno dengan kebudayaan Amerika kuno tidak dapat diterima oleh banyak sejarawan. Namun juga terdapat ilmuan-ilmuan terkemuka seperti Mackenzie, Hewitt, Tod, Pococke dan Mrs Nuttal sudah mengumpulkan banyak data untuk menunjukkan peradaban Amerika kuno dipengaruhi oleh peradaban India kuno. Satu hal yang pasti, pada masa pasca-Columbus yang berlangsung sekitar 300 tahun adalah kisah penghancuran kejam dan brutal terhadap bangunan-bangunan, dokumen berharga, dan kuil kuno serta pembantaian yang tidak berprikemanusiaan terhadap penduduk asli Amerika (Indian). Hanya tiga codex dari ‘Chilam Balam’ yang ternyata selamat secara utuh dari tragedi tersebut.

Ada dua penemuan arkeologi khusus yang merujuk tahun 761 M, yang mengarahkan pada hubungan peradaban Maya dengan peradaban kuno India. Yang pertama adalah ukiran dinding (Panel No 3 dari Candi 0-13, di Piedras Negras, Guatemala; direproduksi sebagai Plate 69, halaman 343 dari “The Ancient Maya ‘oleh S. G. Morley) yang terkait dengan puncak peradaban arsitektur dan seni patung bangsa Maya.

Tampaknya bahwa adegan yang digambarkan dalam dinding tersebut sangat berkaitan dengan kisah termasyur ‘Ramayana’ dari India. Di sana diperlihatkan seorang raja duduk di tahta dan satu pelayan dengan dua anak-anak berdiri di sebelah kanan tahta. Seorang penjaga berdiri belakang. Di sisi lain raja, tiga tokoh penting berdiri sedangkan petinggi kerajaan yang lain duduk di depan tahta. Raja di atas tahta tersebut diyakini sebagai Suryavanshi Ram (Rama dari dinasti Surya) dengan dua saudara termasyhur berdiri di sampingnya (Bharata dan laksmana). Kedua anak kecil dalah putranya (Kusa dan Lawa).
Photobucket
Ukiran-ukiran tersebut mengindikasikan adanya hubungan antara India dengan Meksiko yang berlangsung setidaknya pada abad ke-8. Bentuk relief dan ukiran angka-angka dapat dibandingkan dengan yang ditemukan di gua Ajanta dan Ellora di India.

Penemuan arkeologi lain di tempat yang sama yaitu Piedras Negras Guatemala, adalah sebuah batu stela (No 12, Plate No 18, halaman 61 dari “The Ancient Maya ‘oleh SG Morley).

Sebuah kejadian mitologis telah diukir dalam Stela, menggambarkan kematangan arsitektur dan seni bangsa Maya pada tahun 594-889 M. Terdapat gambar dewa dengan delapan tangan (ashtabhuja) yang indah. Bentuk perwujudan dewa dengan delapan tangan ini hanya dimiliki oleh Hindu, lalu kenapa dapat ditemukan di sisa peradaban suku Maya?
Karena penemuan inilah diindikasikan bahwa yang berkuasa di Meksiko pada waktu penaklukan oleh Spanyol adalah ‘Aztek’ atau Ashtak (Delapan).

Di indikasikan bahwa tempat dimana puing-puing ini ditemukan yaitu di Piedras Negras merupakan distorsi pelafalan bahasa sansekerta sebagaimana yang banyak terjadi selama ini. Yaitu dari kata ‘Priyadarsh Nagraj’. Morley telah menjelaskan secara terperinci Budaya dan sosial masyarakat maya dalam bukunya ‘The Ancient Maya’, dimana dia mengutip perkataan Uskup Diego de Landa yang saat itu juga berperan memberhanguskan kebudayaan kuno ini.

Uskup Landa mengatakan: “Orang-orang Maya memiliki jumlah berhala dan candi yang sangat banyak. Para bansawan, pemuka agama dan masyarakat melakukan ritual bersama dan mereka juga melakukan persembahan secara pribadi dihadapan berhala mereka dengan berbagai macam persembahan dan sudah pasti hal ini sangat berhubungan dengan India”.

Beberapa penemuan dan hipotesa terakhir mengatakan bahwa para pelaut dan pedagang dari Asia sudah sangat sering melakukan kontak dengan bangsa Amerika kuno. Pada era Mahabharata dan periode berikutnya raja-raja India memiliki armada laut yang besar yang digunakan untuk melakukan perdagangan dengan Negara-negara di Arab, Eropa, Asia tenggara, dan Samudra Fasifik. Penaklukan Malaya oleh Rajendra Chola, kisah Pelaut besar Buddhagupta (Mahanavik), ekspedisi keagamaan orang India untuk menyebarkan Hindu dan Buddha ke Kamboja, Annam, Bali, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Jepang, Korea, Mongolia dan Cina juga merupakan dasar hipotesa yang kuat akan adanya link antara India kuno dengan Amerika kuno.

Cerita rakyat, Buddha Jatakas juga mengisahkan banyak kisah yang berkaitan dengan petualangan maritime/perjalanan laut yang menegaskan bahwa pengarungan samudra adalah bagian yang penting dari budaya India pada waktu itu.

Pembenaran akan adanya link antara India dan Amerika kuno ini juga dibenarkan oleh Dr V. Ganapati Sthapati yang melakukan pendekatan dari segi Vastu sastra, atau ilmu arsitektur kuno Veda.
Vastusastra memiliki aturan-aturan ketat dan unik dalam seni bangunan tempat suci maupun tempat tinggal. Vastusastra diyakini sebagai aturan-aturan yang diwariskan dari Maya Danava yang banyak di singgung dalam kitab suci Veda sebagai sosok yang memiliki kemampuan magis dan kemampuan seni arsitektur yang tak tertandingi.

Pada musim semi 1995 Dr V. Ganapati melakukan perjalanan ke Peru untuk meneliti sisa-sisa bangunan kuno di sana. Betapa mengejutkannya dimana disana dia menemukan kesamaan plot, matrik geometri dan sistem pengukuran masyarakat kuno Peru dengan yang tertulis dalam Vasatipurusha Mandala. Beberapa bangunan juga sangat identik dengan kuil kubah yang disebut Vimana di India Selatan.

Dr Sthapati menemukan bahwa sistem pengukuran yang berkembang di India digunakan terutama di wilayah Peru Kushku. Berbagai bangunan juga dibangun secara ketat sesuai dengan prinsip-prinsip Vasati, sebagaimana dikembangkan oleh Maya Danava. Plot, posisi pintu dan jendela, proporsi, bentuk atap, sudut-sudut kecenderungan dari atap, diameter kolom, lebar dinding dan lain-lain secara sempurna sesuai dengan aturan Vasati, yang masih diterapkan di sebagian besar rumah di India saat ini.

Sulit untuk mengatakan bahwa kesamaan seni arsitektur Veda yang berkembang di India dengan yang terdapat di Peru sebagai suatu kebetulan. Tentunya harus terdapat suatu korelasi antara India kuno dengan bangsa kuno yang hidup di Peru.
Photobucket
Apakah Maya Danava yang menurunkan Vastusastra berasal dari Amerika dan mengajarkannya di India ataukah dia pergi dari India ke Amerika dan mengembangkan sistem Vastusastra di sana?

Bagaimana dia bisa melakukan perjalanan sejauh itu?

Hal ini hanya bisa di jawab jika kita memperhitungkan mistik yang dimiliki oleh Maya Danava.

Menurut catatan sejarah Veda, Maya Danava mempengaruhi peradaban manusia selama 8.000 tahun. Maya danava juga digambarkan sebagai makhluk dari sistem planet lain yang memiliki segala macam kekuatan mistik dan ilmu astronomi. Dikisahkan bahwa Maya Danava bekerja sebagai seorang arsitek di India Selatan dan teks-teks Veda (Vastusasta).

Disamping itu juga terdapat indikasi adanya hubungan linguistic antara India dengan Amerika kuno. Sangat banyak istilah kata bangsa Maya yang sangat serupa dengan bahasa Veda, yaitu sansekerta. Contohnya kata “K’ultanlini” yang mengacu kepada kuasa/kesadaran Ilahi memiliki kemiripan dengan kata dalam sansekerta “Kundalini” yang mengacu pada maksud yang sama. Dan demikian juga dengan istilah “yoga” dalam bahasa bangsa Maya disebut “Yok’hah”.

Istilah Bangsa Maya, “Chilambalam” untuk menyebutkan ruang kuil castle-piramid Chichen Itza, ternyata memiliki plot yang sama dengan kuil Vimana di India Selatan. Keduanya dibangun dengan struktur grid persegi 8 x 8. Dalam aturan Vastusastra, Vasati, grid persegi disebut Manduka Mandala. Pusatnya disusun atas 4 persegi yang berkorelasi dengan Brahmasthana (tempat Brahma). Yang menurut aturan Vastusastra merupakan pusat energy ilahi yang sangat kuat sehingga tidak cocok sebagai tempat tinggal.

Baik bangunan yang didasarkan pada Vasati maupun bangunan-bangunan bangsa Maya menempatkan ruangan tersuci pada lokasi yang sama, dimana dalam istilah mereka disebut sebagai Chilambalam yang artinya ruang suci. Yang mengejutkannya, di India selatan setelah Shri Rangam terdapat kuil dewa Siva yang juga memiliki struktur yang sama dan ternyata ruangan sucinya juga di sebut sebagai Chidambaram.

Apakah itu berarti bangsa Maya dan Amerika kuno lainnya adalah penganut Veda?

Referensi:
http: //indiagov. org/perspec/mar99/maya.htm
http:// cylive. com/content/38511/Were_the_Mayan_Pyramids_Built_By_the_Vedic_Architect_Maya
http:// ponniyinselvan. in/ta/node/4805/backlinks
vedasastra.wordpress.com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Metode Beragama dalam Veda

Metode Beragama dalam Veda

Dalam ajaran agama Hindu terdapat konsepsi ajaran yang disebut Tri Pramana.
“Tri” artinya tiga, “Pramana” artinya jalan, cara, atau ukuran. Jadi Tri Pramana adalah tiga jalan/ cara untuk mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak yang meliputi:
  1. Agama Pramana
  2. Anumana Pramana
  3. Pratyaksa Pramana
Dalam Wrhaspati Tattwa sloka 26 disebutkan:

Pratyaksanumanasca krtan tad wacanagamah pramananitriwidamproktam tat samyajnanam uttamam. Ikang sang kahanan dening pramana telu, ngaranya, pratyaksanumanagama.
Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama.

Yoga Mempengaruhi Dunia

Yoga Mempengaruhi Dunia

Photobucket

Yoga kini telah menjadi gaya hidup masyarakat dunia. Tidak pintar namanya jika mengharamkan Yoga karena Yoga arti sebenarnya adalah “mendekatkan diri pada Tuhan”, karena jika mengharamkan Yoga sama saja mengharamkan pendekatan diri pada Tuhan.

Dalam agama Hindu ada empat jenis Yoga,
  1. Yoga Banda merupakan senam Yoga yang diterapkan di seluruh dunia sebenarnya(gerakan tubuh) 
  2. Yoga Asanas yaitu Yoga khusus yang dilakukan dengan cara duduk 
  3. Pranayama Yoga (pernafasan) sama dengan halnya meditasi 
  4. Yoga Mudra yaitu Yoga yang diterapkan dengan gerakan tangan saja
Kesemuanya adalah bagian dari bagian dari Raja Yoga (olah bathin).

Oiya, lihat film animasi Naruto, perhatikan gerakan-gerakan tangan ninja saat hendak mengeluarkan jurus. Itu adalah Yoga Mudra yang telah tersirat dalam Veda. Namun, sudah umum bagi dunia bahwa senam atau gerakan-gerakan Vedic itu disebut sebagai Yoga.

Photobucket

Demikian pendahuluannya.
Kini, ilmu pengobatan modern berada jauh di bawah kehebatan Yoga. Dengan melakukan Yoga, mampu menyembuhkan seseorang dari penyakit yang tidak tersembuhkan oleh penyembuhan medis modern. Banyak dokter Amerika dan Eropa telah mengakui keunggulan Yoga di atas pengobatan modern.

Sumbangan Yoga pada dunia tidak hanya itu. Kalau dipikir-pikir, masih ada seni gerakan lain yang dapat menyehatkan seperti Kung Fu dan Tai Chi yang sebagaimana kita ketahui keduanya adalah sumbangan seni bela diri dari negara Tirai Bambu alias negara Cina. Sumbangan itu telah terkenal di seluruh dunia bahkan dengan jujur saya katakan Kung Fu lebih dahulu tenar dan lebih tenar dari Yoga di dunia dan saya pribadi sangat menyukai Kung Fu.

Kalau kita cermati dengan bijaksana, kita pasti akan bertanya mengapa gerakan Yoga mirip sekali dengan gerakan Kung Fu?

Nah, saya katakan juga, atas sumbangan yang diberikan Cina itu sudah sepatutnya kita sebagai umat Hindu yang harus merasa bangga. Karena, sejarah Kung Fu dimulai ribuan tahun silam di mana seorang Brahmana dari India datang ke sebuah kuil di Cina untuk memberikan pelajaran spiritual. Pada saat pembelajaran, Brahmana dari India itu mendapati murid-muridnya sedang lemas tidak bergairah dalam belajar.
Photobucket
Dengan demikian, Brahmana tersebut mengajarkan Yoga agar mereka bergairah kembali. Tetapi, Brahmana ini memberikan dengan cara berbeda, ia mencoba untuk melakukan Yoga lebih cepat dan berkembanglah menjadi Kung Fu.

Sumber: Majalah Liberty, vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Ilmu Pengobatan-Ayurvedic

Ilmu Pengobatan-Ayurvedic

Kebudayaan Hindu kuno juga memiliki sebuah sistem yang sudah maju tentang obat-obatan.
  • Beberapa referensi paling awal mengenai bangsa India dan obat-obatan herbal untuk menangani penyakit ditemukan di dalam Rig-veda (Buku Sepuluh, Bab 97, dan 145).
  • Penyakit demam juga disebutkan di dalam Atharva-veda (5.22.12-14 & 7.116.1-2),
  • uraian tentang berbagai jenis demam daftarnya disebutkan dalam Vajasaneyi-Samhita [White Yajur-veda](12.97).
  • Taittiriya Samhita (2.3.5) menyebutkan pentingnya perhatian terhadap makanan dan pernafasan.
  • Pengetahuan tentang nadi dan arteri disebutkan di dalam Atharva-veda (1.17.1-4),
  • pembedahan didiskusikan di dalam Rig-veda (1.116.15) yang mana Asvin memasang sebuah kaki palsu terbuat dari besi kepada Vispala, seorang yang buntung kehilangan kakinya dalam peperangan, dan membantu orang pincang untuk bisa berjalan dan orang buta bisa melihat (1.112.8), dan menangani patah tulang (10.39.2). Perkembangan Ayurveda membawa ilmu pengobatan pertama ke tatanan yang lebih baru.

Penyebaran Musik India ke Eropa

Penyebaran Musik India ke Eropa

Banyak hal yang kita nikmati setiap hari dapat ditelusuri kembali ke peradaban Veda. Sebagai contoh, musik bersumber dari Sama-veda.
Sama-veda meletakkan dasar-dasar aturan musik karena banyak ayat-ayat Veda ini dinyanyikan oleh para pendeta saat dilakukan ritual-ritual pemujaan api.
Banyak personalitas ilahi dalam Veda juga digambarkan sambil memegang alat musik, seperti
  • Lord Krishna dengan flute-Nya, 
  • Dewi Saraswati dengan rebab-nya, 
  • begitu juga dengan pertapa lintas kosmis Narada Muni. 
  • Shiva sering digambarkan sedang menari mengikuti irama drum, atau sedang menabuh drum-nya.

Weber, seorang penulis Jerman, di dalam bukunya, Indian Literature (hal. 297) menulis, “Tangga-nada Hindu . . Sa, Re, Ga, Ma, Pa, Dha, Nee juga telah dipakai oleh bangsa Persia, dimana kita menemukannya dalam bentuk do, re, ma, fa, so, le, ci. Itu kemudian masuk ke dunia Barat dan diperkenalkan oleh Guido d’Arezzo di Eropa dalam bentuk do, re, mi, fa, sol la, ti . . . bahkan ‘gamma’-nya Guido (French gramma, English gamut) dapat ditelusur balik ke Sanskrit gramma dan Prakrit gamma dan adalah pengakuan langsung bahwa India sebagai asal mula dari tujuh buah not tangga nada Eropa”.

Informasi lebih jauh tentang bagaimana sistem musik India sampai ke Eropa disajikan oleh Ethel Rosenthal dari hasil penelitiannya yang disajikan dalam bukunya The Story of Indian Music and its Instruments dimana ia mengemukakan, “Dalam buku Indian Empire, Sir William Wilson Hunter menegaskan bahwa sistem urutan notasi telah dihasilkan sebelum jamannya Panini dan ketujuh not itu digambarkan dengan huruf-hurufnya. Diturunkan dari para Brahmin notasi ini melalui perantaraan orang-orang Persia sampai di Arabia, dan kemudian diperkenalkan ke dalam musik bangsa Eropa oleh Guido d’Arezzo pada awal abad ke-11 . . . musik Hindu setelah suatu periode dimainkan secara meluas, tenggelam dibawah kekuasaan para pengikut Muhammad ke dalam keadaan terpasung . . . “

Terkait Cakra dengan India Cord dan Barat Cord sbb:
7. Sahasrara Chakra = Ni = Tea
6. Ajna Chakra = Dha = La
5. Vishuddha Chakra = Pa = So
4. Anahata Chakra = Ma = Fah
3. Manipura Chakra = Ga = Me
2. Svadhisthana Chakra = Re = Rae
1. Muladhara Chakra = Sa = Doe

sumber vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com