Setelah
berhasil mengusir I Gusti Munang dari Puri Agung Sukawati, Dewa Agung Made
membagi wilayah kekuasaan menjadi 2. Baliau memanggil adiknya Cokorda Ketut
Segara dari Sangeh untuk menempati Puri Agung Tegallalang, dan menyarankan agar
melanjutkan pembangunan Pura Duwur Bingin tempat beliau bersemadi bersama-sama
panjak tatadan, seperti: Ki Pulasari, Gde Tebuana, Pasek manik Mas, Pande dan
lain-lain.
Mula –
mula Cokorda Ketut Segara merasa resah menerima tugas sebagai penguasa tunggal di Tegallalang,
karena daerah Tegallalang merupakan kawasan angker, yang sering dipergunakan
untuk adu kesaktian ilmu hitam. Menyadari hal itu Dewa Agung Made memberikan
sebuah cincin bertuah warna putih yang bernama Tri Pujangga Sakti, yang
berkhasiat menolak gering, dan pengasih jagat.
Dewa
Agung Made berhasrat besar melanjutkan pembangunan Pura Duwur Bingin. Beliau
tangkil ke Batur untuk mohon anugrah Bhatara Ulun Danu Batur. Setelah beliau
mohon tirta pakuluh, Dewa Agung Made kembali ke Puri Tegallalang. Pada saat
tirta tersebut diambil oleh seorang pemangku, ditemui sebuah permata Mirah
Bolong pada sangku tirta tersebut. Permata Mirah Bolong tersebut kemudian
dijadikan sebagai Pretima yang tersimpan di Pelinggih Gedong sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar