Sistim Kasta di Bali
Sampai saat ini umat Hindu di Indonesia khususnya di Bali masih mengalami polemik. Hal ini menyebabkan ketidaksetaraan status sosial diantara masyarakat Hindu. Masalah ini muncul karena pengetahuan dan pemahaman yang dangkal tentang ajaran Agama Hindu dan Kitab Suci Weda yang merupakan pedoman yang paling ampuh bagi umat Hindu agar menjadi manusia yang beradab yaitu memiliki kemampuan bergerak (bayu), bersuara (sabda) dan berpikir (idep) dan berbudaya yaitu menghormati sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa tanpa membedakan asal usul keturunan, status sosial, dan ekonomi.
Banyak Orang terpengaruh terhadap
propaganda pandangan orang-orang Barat tentang Kasta, padahal di Hindu
(Veda) tidak ada kasta yang ada adalah "WARNA".
Apa itu KASTA..?
Kasta, dalam Dictionary of American English
disebut: Caste is a group resulting from the division of society based on class
differences of wealth, rank, rights, profession, or job. Uraian lebih luas
ditemukan pada Encyclopedia Americana Volume 5 halaman 775; asal katanya adalah
“Casta” bahasa Portugis yang berarti kelas, ras keturunan, golongan, pemisah, tembok, atau batas.
Timbulnya istilah kasta dalam masyarakat Hindu adalah karena adanya proses
sosial (perkembangan masyarakat) yang mengaburkan pengertian warna. Pengaburan
pengertian warna ini melahirkan tradisi kasta yang membagi tingkatan seseorang
di masyarakat berdasarkan kelahiran dan status keluarganya. Istilah
"kasta" tidak diatur di dalam kitab suci Weda. Kata "Kasta"
itu sendiri dalam bahasa Sanskerta berarti "kayu".
Empat Kasta tidak sama dengan Catur Warna
dalam Weda. Kasta tidak pernah ada dalam tradisi Hindu baik Zamannya Wayang
Mahabaratamaupun Zaman Majapahit. Kasta
mulai ada di India semenjak kedatangan Bangsa Arab dan Kristen, Bangsa Arab dan
Kristen terbiasa dengan perbudakan (baca Imamat,timotius dll, Juga An Nisaa, al
Mu’kminuum).
Istilah kasta dilekatkan pada agama Hindu
mulai ada semenjak Max Muller, menterjemahkan Weda kedalam Bhs Inggris. Max
Muller menterjemahkan Catur Warna sama dengan empat colour/ras. bukti kesalahan
Muller: Bagawan Wiyasa (jawa disebut Abiyoso) berkulit hitam, hidung
lebar, bibir tebal, mata mellotot, jelas
bukan ras Arya yang berkulit terang, hidung mancung, mata biru. Kasta yang kaku
tidak pernah ada di India sebelumnya contohnya: Bambang ekalaya seorang rakyat biasa bisa menjadi
ksatrya, Radeya anak kusir kereta bisa menjadi adipati/ksatrya, Govinda anak
gembala sapi bisa menjadi raja, Narada anak pelayan (Babu) bisa menjadi
Brahmana. Di Jawa sebelum runtuhnya Majapahit seorang perampok Ken Arok, bisa
menjadi Raja, seorang pengangon kuda, Damar Wulan bisa menjadi Raja Majapahit
dengan gelar Brawijaya.
Di Bali kasta mulai ada semenjak runtuhnya majapahit. Sebelumnya, pada jaman pemerintahan Sri Kresna Kepakisan (Raja Bali I) belum dikenal adanya sistim kasta, saat itu masih mengunakan sistim warna yang sesuai dengan ajaran Dharma. Setelah kedatangan pendeta suci Danghyang Nirarta yang pindah ke bali akibat terdesak kerajaan Islam dan kemudian diangkat jadi penasehat Raja Gelgel. Danghyang Nirarta tiba di Bali sekitar abad 15, hampir bersamaan dengan kedatangan Portugis di India (kerajaan Goa India jatuh ketangan Portugis th. 1511 ) dan Istilah kasta mulai diperkenalkan di India.
Di Bali kasta mulai ada semenjak runtuhnya majapahit. Sebelumnya, pada jaman pemerintahan Sri Kresna Kepakisan (Raja Bali I) belum dikenal adanya sistim kasta, saat itu masih mengunakan sistim warna yang sesuai dengan ajaran Dharma. Setelah kedatangan pendeta suci Danghyang Nirarta yang pindah ke bali akibat terdesak kerajaan Islam dan kemudian diangkat jadi penasehat Raja Gelgel. Danghyang Nirarta tiba di Bali sekitar abad 15, hampir bersamaan dengan kedatangan Portugis di India (kerajaan Goa India jatuh ketangan Portugis th. 1511 ) dan Istilah kasta mulai diperkenalkan di India.
Kasta sebenarnya ada di mana-mana ketika
peradaban belum begitu maju. Atau kelas-kelas sosial di masyarakat ini berusaha
dilestarikan oleh golongan tertentu yang kebetulan “berkasta tinggi”. Dari sini
muncul istilah-istilah yang sesungguhnya adalah versi lain dari kasta, seperti
“berdarah biru”, “kaum bangsawan” dan sebagainya yang menandakan mereka tidak
bisa dan tak mau disamakan dengan masyarakat biasa. Bagi mereka yang berada “di
atas” entah dengan sebutan “darah biru” atau “bangsawan” umumnya mempunyai
komplek pemukiman yang disebut keraton atau puri.
Di masa sekarang ini, kraton atau puri tentu tak punya kuasa apa-apa, namun penghuninya berusaha untuk tetap melestarikannya. Ada pun penerimaan masyarakat berbeda-beda, ada yang mau menghormati ada yang bersikap biasa saja.
Di India kasta itu jumlahnya banyak sekali.
Hampir setiap komunitas dengan kehidupan yang sama menyebut dirinya dengan
kasta tertentu. Para pembuat gerabah pun membuat kasta tersendiri.
KASTA di BALI yang berlaku sampai saat ini
Riwayat Kasta dibali dimulai ketika Bali dipenuhi
dengan kerajaan-kerajaan kecil dan Belanda datang mempraktekkan politik pemecah
belah, kasta dibuat dengan nama yang diambilkan dari ajaran Hindu, Catur Warna.
Lama-lama orang Bali pun bingung, yang mana kasta dan yang mana ajaran Catur
Warna. Kesalah-pahaman itu terus berkembang karena memang sengaja dibuat rancu
oleh mereka yang terlanjur “berkasta tinggi”.
Pada masyarakat Hindu di Bali, terjadi
kesalahan pahaman kasta dibali dan kekaburan dalam pemahaman dan pemaknaan warna, kasta, dan
wangsa yang berkepanjangan. Dalam agama Hindu tidak dikenal istilah Kasta.
Istilah yang termuat dalam kitab suci Veda adalah Warna. Apabila kita mengacu
pada Kitab Bhagavadgita, maka yang dimaksud dengan Warna adalah Catur Warna,
yakni pembagian masyarakat menurut Swadharma (profesi) masing-masing orang.
Sementara itu, yang muncul dalam kehidupan masyarakat Bali adalah Wangsa, yaitu
sistem kekeluargaan yang diatur menurut garis keturunan. Wangsa tidak
menunjukkan stratifikasi sosial yang sifatnya vertikal (dalam arti ada satu
Wangsa yang lebih tinggi dari Wangsa yang lain). Namun demikian, tidak dapat
dipungkiri bahwa masih ada warga masyarakat yang memiliki pandangan bahwa ada
suatu Wangsa yang dianggap lebih tinggi daripada Wangsa yang lain. Untuk
merubah pandangan seperti ini memang perlu sosialisasi dan penyamaan persepsi.
Oleh karena itu, lebih baik tidak diperdebatkan lagi.
Yang jadi persoalan, ketika kasta
diperkenalkan di Bali di masa penjajahan itu, nama-nama yang dipakai adalah
nama Catur Warna: Brahmana, Kesatria, Wesya, Sudra. Jadi, pada saat itu semua
fungsi Catur Warna diambil alih oleh kasta, termasuk gelarnya.
Celakanya kemudian, gelar-gelar itu diwariskan turun temurun, diberikan kepada anak-anaknya tak peduli apakah anak itu menjalankan fungsi sosial yang sesuai dengan ajaran Catur Warna atau tidak. Contohnya, kalau orang tuanya bergelar Cokorde, jabatan raja untuk di daerah tertentu, anaknya kemudian otomatis diberi gelar Cokorde pada saat lahir. Kalau orangtuanya Anak Agung, juga jabatan raja untuk daerah tertentu, anaknya yang baru lahir pun disebut Anak Agung. Demikianlah bertahun-tahun, bahkan berganti abad, sehingga antara kasta dan ajaran Catur Warna ini menjadi kacau.
Dalam pergaulan sehari-hari pun masyarakat
yang berkasta sudra (Jaba) berkedudukan sangat rendah. Seperti misalnya seorang
yang berasal dari kasta sudra harus menggunakan Sor Singgih Basa, untuk
menghormati kasta-kasta yang lebih tinggi.
Kasta itu dibuat dan dikemas sesuai dengan
garis keturunan Patrinial, diantaranya:
- Kasta brahmana merupakan kasta yang memiliki kedudukan tertinggi, dalam generasi kasta brahmana ini biasanya akan selalu ada yang menjalankan kependetaan. Dalam pelaksanaanya seseorang yang berasal dari kasta brahmana yang telah menjadi seorang pendeta akan memiliki sisya, dimana sisya-sisya inilah yang akan memperhatikan kesejahteraan dari pendeta tersebut, dan dalam pelaksanaan upacara-upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh anggota sisya tersebut dan bersifat upacara besar akan selalu menghadirkan pendeta tersebut untuk muput upacara tersebut. Dari segi nama seseorang akan diketahui bahwa dia berasal dari golongan kasta brahmana, biasanya seseorang yang berasal dari keturunan kasta brahmana ini akan memiliki nama depan “Ida Bagus untuk anak laki-laki, Ida Ayu untuk anak perempuan, ataupun hanya menggunakan kata Ida untuk anak laki-laki maupun perempuan”. Dan untuk sebutan tempat tinggalnya disebut dengan "Griya".
- Kasta Ksatriya merupakan kasta yang memiliki posisi yang sangat penting dalam pemerintahan dan politik tradisional di Bali, karena orang-orang yang berasal dari kasta ini merupakan keturuna dari Raja-raja di Bali pada zaman kerajaan. Namun sampai saat ini kekuatan hegemoninya masih cukup kuat, sehingga terkadang beberapa desa masih merasa abdi dari keturunan Raja tersebut. Dari segi nama yang berasal dari keturunan kasta ksariya ini akan menggunakan nama “Anak Agung, Dewa Agung, Tjokorda, dan ada juga yang menggunakan nama Dewa”. Dan untuk nama tempat tinggalnya disebut dengan "Puri". Sedangkan Masyarakat yang berasal dari keturunan abdi-abdi kepercayaan Raja, prajurit utama kerajaan, namun terkadang ada juga yang merupakan keluarga Puri yang ditempatkan diwilayah lain dan diposisikan agak rendah dari keturunan asalnya karena melakukan kesalahan sehingga statusnya diturunkan. Dari segi nama kasta ini menggunakan nama seperti I Gusti Agung, I Gusti Bagus, I Gusti Ayu, ataupun I Gusti. Dimana untuk penyebutan tempat tinggalnya disebut dengan "Jero".
- Kasta Sudra (Jaba) merupakan kasta yang mayoritas di Bali, namun memiliki kedudukan sosial yang paling rendah, dimana masyarakat yang berasal dari kasta ini harus berbicara dengan Sor Singgih Basa dengan orang yang berasal dari kasta yang lebih tinggi atau yang disebut dengan Tri Wangsa - Brahmana, Ksatria dan Ksatria (yang dianggap Waisya). Sampai saat ini masyarakat yang berasal dari kasta ini masih menjadi parekan dari golongan Tri Wangsa. Dari segi nama warga masyarakat dari kasta Sudra akan menggunakan nama seperti berikut : Wayan, Made, Nyoman dan Ketut. Dan dalam penamaan rumah dari kasta ini disebut dengan "umah".
KEHIDUPAN KEMASYARAKATAN KASTA
Pada jaman dahulu, kasta sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Kasta di Bali mulai kental
saat masa penjajahan Belanda, sehingga penjajah dapat dengan leluasa memisahkan
raja dengan rakyatnya. Selama berabad-abad penduduk Bali telah diajari bahwa
kasta yang tinggi harus lebih dihormati, sehingga bila kita berbicara dengan
orang yang berkasta tinggi, baik lebih muda, lebih tua, atau seusia, kita harus
menggunakan bahasa bali yang halus. Tetapi bila bicara dengan orang berkasta
rendah, kita tidak diwajibkan menggunakan bahasa halus.
Misalnya ada seorang ketua organisasi
berkasta Waisya, dengan salah seorang anggotanya berkasta Brahmana. Secara
otomatis, ketua organisasi tersebut harus menggunakan kata-kata yang halus
kepada anggotanya yang berkasta brahmana tersebut. Ada juga kasus seperti
seorang guru yang memiliki kasta lebih rendah dari muridnya. Guru tersebut
harus berkata sopan kepada muridnya yang berkasta tinggi. Walau begitu, bukan
berarti sang murid dapat bertindak sewenang-wenang seperti berkata tidak sopan
terhadap gurunya.
Selain perbedaan dalam menggunakan bahasa,
kasta juga mempengaruhi tatanan upacara adat dan agama, seperti pernikahan, dan
tempat sembahyang. Pada Pura-Pura besar (seperti Pura Besakih), semua kasta
bisa sembahyang dimana saja, tetapi pada Pura-Puta tertentu yang lebih kecil,
ada pembagian tempat sembahyang antara satu kasta dengan kasta yang lain, agar
tidak tercampur.
KASTA DALAM PERNIKAHAN
Kasta juga sangat sering menjadi pro dan
kontra, terutama dalam masalah pernikahan. Pada jaman dulu, masyarakat Bali
tidak diperbolehkan menikah dengan kasta yang berbeda, layaknya pernikahan beda
agama dalam Islam. Seiring perkembangan jaman, aturan tersebut seharusnya sudah
tidak berlaku lagi. Namun sebagian penduduk Bali masih ada yang
mempermasalahkan pernikahan beda kasta.
Pernikahan dengan kasta yg berbeda dibolehkan dengan syarat kasta yang perempuan harus mengikuti yg laki-laki. Jika kasta perempuan dari kasta yg tinggi, menikah dng kasta yg lebih rendah, maka kasta si perempuan akan turun mengikuti suaminya. Begitu juga sebaliknya, Karena di Bali laki-lakilah yg menjadi ahli waris dari generasi sebelumnya.
Pernikahan beda kasta sendiri ada dua
macam, yaitu :
- Kasta istri lebih rendah dari kasta suami. Pernikahan beda kasta ini-lah yang sudah sering terjadi di Bali. Pernikahan semacam ini biasanya memberikan kebanggan tersendiri bagi keluarga perempuan, karena putri mereka berhasil mendapatkan pria dari kasta yang lebih tinggi. Dan secara otomatis kasta sang istri juga akan naik mengikuti kasta suami. Tetapi, sang istri harus siap mendapatkan perlakuan yang tidak sejajar oleh keluarga suami. Saat upacara pernikahan, biasanya batenan untuk mempelai wanita diletakan terpisah, atau dibawah. Bahkan dibeberapa daerah, sang istri harus rela melayani para ipar dan keluarga suami yang memiliki kasta lebih tinggi. Walaupun jaman sekarang hal tersebut sudah jarang dilakukan, tapi masih ada beberapa orang yang masih kental kasta-nya menegakan prinsip tersebut demi menjaga kedudukan kasta-nya.
- Kasta istri tinggi dari kasta suami. Pernikahan beda kasta seperti ini sangat dihindari oleh penduduk Bali. Karena pihak perempuan biasanya tidak akan mengijinkan putri mereka menikah dengan lelaki yang memiliki kasta lebih rendah. Maka dari itu, biasanya pernikahan ini terjadi secara sembunyi-sembunyi atau biasa disebut sebagai "ngemaling" atau kawin lari sebagai alternatifnya. Kemudian, perempuan yang menikahi laki-laki yang berkasta lebih rendah akan mengalami turun kasta mengikuti kasta suaminya, yang disebut sebagai "nyerod". Menurut kabar, sebagian besar penduduk bali lebih menyukai dan lebih dapat menerima laki-laki yang bukan orang Bali sebagai menantu, dari pada menikah dengan laki-laki berkasta lebih rendah, dan mengalami penurunan kasta.
WARNA, apakah itu?
Keterangan yang cukup menarik tentang Catur
Warna yang sering dikaburkan dengan kasta dapat kita lihat dalam kitab Pancamo
Weda (Bhagavad-Gita) yang menjelaskan struktur masyarakat berdasarkan Warna.
Menurut isi dari Bhagavad-Gita ini pembagian masyarakat menjadi empat kelompok-
kelompok yang disebut warna itu, terjadi karena pengaruh "guna" yang
merupakan unsur pembawaan sejak lahir (bakat).
Dalam hubungan ini dijelaskan sistem warna itu atas dasar pengertian fisik.
Di dalam Bab Karma Kanda-nya dijelaskan
bahwa dunia aktif (bergerak, bekerja) dan gerak ini disebabkan oleh guna itu
sendiri. Ada tiga macam guna dikemukakan yaitu
- Satwam, kebajikan
- Rajah, keaktifan
- Tamah, kepasifan atau masa bodoh
Sifat- sifat ini selanjutnya memberikan
pengaruh lebih luas lagi sehingga menimbulkan warna dalam kelahiran manusia di
dunia. Seseorang yang kelahirannya diwarnai oleh Guna Satwam akan menampilkan
sifat- sifat kesucian, kebajikan, dan keilmuan. Seseorang yang diwarnai oleh Guna
Rajah akan menampilkan kehidupan yang penuh kreatif, ingin berkuasa, ingin
menonjol. Berbeda dengan seseorang yang kehidupannya diwarnai oleh Guna Tamah,
akan selalu menampakkan sifat- sifat malas, bodoh, pasif, lamban dalam segala-
galanya.
Ketiga sifat ini terdapat di dalam setiap
tubuh manusia yang lahir dan masing- masing guna ini berjuang saling
mempengaruhi dalam badan manusia. Bagi mereka yang teguh iman maka Satwam
itulah yang menguasainya, sedangkan Rajah dan Tamah itu akan diatasi seluruhnya.
Sebaliknya kalau Rajah lebih kuat, maka Tamah dan Satwam itu akan
ditundukkannya. Begitu pula apabila Tamah yang berkuasa, maka Rajah dan Satwam
akan ditundukkannya. Dengan jalan seperti inilah Bhagavad-Gita
menjelaskan timbulnya garis perbedaan pembawaan seseorang yang disebut Warna
kelahiran dari kecenderungan sifat- sifat guna itu.
Dalam Bhagavadgita percakapan ke-IV sloka
ke-13 ditulis:
Chatur Varnyam Maya Srishtam,
Guna Karma
Vibhagasah,
Tasya Kartaram Api Mam,
Viddhy Akartaram Avyayam
artinya:catur warna adalah ciptaan-Ku, menurut pembagian kualitas dan kerja, tetapi ketahuilah walaupun penciptanya, Aku tidak berbuat dan mengubah diri-Ku.
Warna adalah profesi atau bidang kerja yang
dilaksanakan seseorang menurut bakat dan keahliannya; tidak ada perbedaan
derajat diantaranya karena masing-masing menjalankan karma dengan saling
melengkapi.
Mantram-mantram dari Yajurveda sloka ke-18,
48 antara lain berbunyi:
Rucam No Dhehi Brahmanesu,Rucam Rajasu Nas Krdhi,Rucam Visyesu Sudresu,Mayi Dhehi Ruca Rucam
artinya:
Ya Tuhan Yang Maha Esa bersedialah memberikan kemuliaan pada para Brahmana, para Ksatriya, para Vaisya, dan para Sudra. Semoga Engkau melimpahkan kecemerlangan yang tidak habis-habisnya kepada kami.
Yajurveda Sloka ke 30, 5 berbunyi:
Brahmane Brahmanam, Ksatraya, Rajanyam, Marudbhyo Vaisyam, Tapase Sudram
artinya:
Ya Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan Brahmana untuk pengetahuan, para Ksatriya untuk perlindungan, para Vaisya untuk perdagangan, dan para Sudra untuk pekerjaan jasmaniah.
Profesi yang empat jenis itu adalah bagian-bagian
(berasal) dari Tuhan Yang Maha Esa yang suci, diibaratkan sebagai anatomi tubuh
manusia dalam tatanan masyarakat, sebagaimana Yajurveda sloka 31, 11
menyatakan:
Brahmano Asya Mukham Asid,Bahu Rajanyah Krtah,Uru Tadasya Yad Vaisyah,Padbhyam Sudro Ajayata
artinya:
Brahmana adalah mulut-Nya Tuhan Yang Maha Esa, Ksatriya lengan-lengan-Nya, Vaisya paha-Nya, dan Sudra kaki-kaki-Nya.
Selanjutnya doa yang mengandung harapan
agar masing-masing profesi/ warna melaksanakan swadharma yang baik terdapat
pada Yajurveda sloka 33,81:
Pravakavarnah Sucayo Vipascitah
artinya: para Brahmana seharusnya bersinar seperti api, bijak, dan terpelajar.
Yajurveda sloka 20,25:
Yatra Brahma Ca Ksatram Ca,Samyancau Caratah Saha,Tam Lokam Punyam Prajnesam,Yatra Devah Sahagnina
artinya:
di negara itu seharusnya diperlakukan warga negaranya sebaik mungkin, di sana para Brahmana dan para Kesatriya hidup di dalam keserasian dan orang-orang yang terpelajar melaksanakan persembahan (pengorbanan).
Bhagawata Purana
Di dalam Bhagawata Purana dan Smrti
Sarasamuçcaya pasal 63 dengan tegas dijelaskan bahwa sebenarnya tidak ada suatu
warna kalau tanpa dilihat dari segi perbuatannya.
Dari perbuatan dan sifat-sifat seperti tenang, menguasai diri sendiri, berpengetahuan suci, tulus hati, tetap hati, teguh iman kepada Hyang Widhi, jujur adalah gambaran seseorang yang berwarna Brahmana. Tetapi orang yang gagah berani, termasyhur, suka memberi pengampunan, perlindungan maka mereka itulah yang disebut Ksatrya.
Dari perbuatan dan sifat-sifat seperti tenang, menguasai diri sendiri, berpengetahuan suci, tulus hati, tetap hati, teguh iman kepada Hyang Widhi, jujur adalah gambaran seseorang yang berwarna Brahmana. Tetapi orang yang gagah berani, termasyhur, suka memberi pengampunan, perlindungan maka mereka itulah yang disebut Ksatrya.
Sukra Niti
Purana Sukra Niti memberi keterangan bahwa
keempat warna itu tidak ditentukan oleh kelahiran, misalnya dari keluarga
Brahmana lalu lahir anak Brahmana juga, tetapi sifat dan perbuatan mereka
itulah yang menentukan sehingga mereka menjadi demikian seperti adanya empat
warna itu.
Di sini dijelaskan bahwa sifat-sifat
Brahmana ialah: jujur, suka beramal/ berderma, pemaaf, pelindung, takwa,
cenderung untuk melakukan pertapaan. Dan dijelaskan pula bahwa kelahiran anak
dari seorang Sudra yang dikatakan mempunyai sifat- sifat seperti tersebut di
atas, mereka bukanlah Sudra tetapi mereka adalah Brahmana. Tetapi seorang
keturunan Brahmana yang tidak mempunyai sifat- sifat seperti itu, maka ia
sesungguhnya Sudra.
Dari sumber- sumber tersebut di atas kita
peroleh suatu pandangan dan pengertian yang sama mengenai Catur Warna, yaitu
merupakan pembidangan karya dan sikap mental manusia yang mewarnai
pengabdiannya dalam swadharma masing-masing. Warna itu realistis dan idealnya
semua profesional berbuat sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan
kesejahteraan umat manusia.
Wiana (2000) menjelaskan perbedaan antara
warna dan kasta. Warna merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan fungsi dan
profesi. Dalam ajaran Agama Hindu dikenal adanya empat warna/Catur Warna yaitu
Warna Ksatria |
- Brahmana-orang-orang yang menekuni kehidupan spiritual dan ketuhanan, para cendikiawan serta intelektual yang bertugas untuk memberikan pembinaan mental dan rohani serta spiritual. Atau seseorang yang memilih fungsi sosial sebagai rohaniawan.
- Ksatria-orang orang yang bekerja / bergelut di bidang pertahanan dan keamanan/pemerintahan yang bertugas untuk mengatur negara dan pemerintahan serta rakyatnya. Atau seseorang yang memilih fungsi sosial menjalankan kerajaan: raja, patih, dan staf - stafnya. Jika dipakai ukuran masa kini, mereka itu adalah kepala pemerintahan, para pegawai negeri, polisi, tentara dan sebagainya.
- Waisya-orang yang bergerak dibidang ekonomi, yang bertugas untuk mengatur perekonomian atau seseorang yang memilih fungsi sosial menggerakkan perekonomian. Dalam hal ini adalah pengusaha, pedagang, investor dan usahawan (Profesionalis) yang dimiliki Bisnis / usaha sendiri sehingga mampu mandiri dan mungkin memerlukan karyawan untuk membantunya dalam mengembangkan usaha / bisnisnya.
- Sudra-orang yang bekerja mengandalkan tenaga/jasmani, yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi pelayan atau pembantu orang lain atau seseorang yang memilih fungsi sosial sebagai pelayan, bekerja dengan mengandalkan tenaga. seperti: karyawan, para pegawai swasta dan semua orang yang bekerja kepada Waisya untuk menyambung hidupnya termasuk semua orang yang belum termasuk ke Tri Warna diatas.
Warna Waisya |
Menurut Veda, Brahmana menempati posisi yang diagungkan, artinya Veda mendukung masyarakat yang dipimpin oleh orang-orang Intelektual/Bijaksana (Civil society) dan tidak sekedar kekuasaan/kekuatan.
Apa yang terjadi di India adalah distorsi dari ajaran-ajaran Veda, di Indonesia sendiri kasta tidak ada, yang ada adalah wangsa (garis leluhur).
Wangsa yang ada di Bali sebagai contoh hanya sebagai pengenal bahwa garis leluhurnya mereka dahulu berasal dari keluarga tertentu :
Warna Sudra |
soroh pande, artinya keluarga mereka pada jaman dahulu adalah "pengrajin/pande-besi",
Arya Kenceng Tegeh Kori contoh lain artinya jaman dahulu keluarga mereka dari kelompok "Arya" (ksatria yang berasal dari jawa masuk ke Bali)
Jadi tidaklah benar kalau umat Hindu itu mengenal kasta, ini merupakan bentuk pelecehan. Maka masyarakat Bali dan nama Hindu menjadi buruk, banyak saudara - saudara dibali masih salah paham tentang Kasta, apalagi orang-orang lain yang tinggal di luar Bali. mungkin karena Umat Hindu kurang mensosialisasikan secara gamblang apa itu wangsa/warna.
Nama Orang Bali itu bukan kasta tapi Wangsa
contoh :
nama saya misalnya “I Wayan Bagus”, dan leluhur saya dulu adalah Ksatria yaitu keturunan Dalem Tarukan, apakah saya sudra??? Tentu bukan!
Karena Saya seorang Pegawai Pemerintahan bekerja mengabdikan diri pada negara. Maka saya seorang KESATRIA - Pegawai pemerintah (punggawa istana)
nama saya misalnya “I Wayan Bagus”, dan leluhur saya dulu adalah Ksatria yaitu keturunan Dalem Tarukan, apakah saya sudra??? Tentu bukan!
Karena Saya seorang Pegawai Pemerintahan bekerja mengabdikan diri pada negara. Maka saya seorang KESATRIA - Pegawai pemerintah (punggawa istana)
siapa itu para SUDRA ???
Para sudra adalah orang – orang yang bekerja di swasta, buruh, konsultan dan atau orang yang digaji orang lain karena usaha kerja kerasnya.
siapa itu para WESIA ???
Para wesia adalah orang – orang yang Pemilik Usaha, Bisnisman, Investor yang memiliki karyawan dan menggaji orang lain untuk kemajuan usahanya.
siapa itu para BRAHMANA ???
Para brahmana adalah orang – orang yang berprofesi sebagai guru, guru spiritual, pemangku (pinandita) dan Pandita (begawan, mpu, pedanda)
Hubungan di antara golongan pada warna
hanya dibatasi oleh “dharma”-kewajiban yang berbeda-beda tetapi menuju satu
tujuan yakni kesempurnaan hidup. Jadi, catur warna sama sekali tidak
membeda-bedakan harkat dan martabat manusia dan memberikan manusia untuk
mencari jalan hidup dan bekerja sesuai dengan sifat, bakat, dan pembawaannya
sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Sedangkan kasta merupakan penggolongan
status sosial masyarakat dengan mengadopsi konsep catur warna (brahmana,
ksatria, wesyia, dan sudra) yang gelar dan atribut namanya diturunkan dan
diwariskan ke generasi berikutnya. Artinya, walaupun keturunannya tidak lagi
berprofesi sebagai pendeta atau pedanda tetapi masih menggunakan gelar dan nama
yang dimiliki leluhurnya yang dulunya menjadi pendeta atau pedanda. Ini sangat
tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seseorang yang belum tentu atau tidak
memiliki sifat-sifat brahmana harus disebut sebagai brahmana, dan juga terjadi
pada kasta yang lainnya.
Terlebih lagi nama dan gelar warisan masing-masing leluhurnya sekarang ini semakin diagung-agungkan dan digunakan untuk mempertajam kesenjangan di antara golongan kasta yang ada. Tetapi, jika nama dan gelarnya yang dipakai keturunannya hanya dijadikan sebagai tanda penghormatan kepada leluhurnya, maka tindakan ini merupakan tindakan yang sangat mulia dan terhormat.
TRANSFORMASI KEKUASAAN DI BALI
Menurut Agus Salim Pola perubahan sosial ada dua macam yaitu
- datang dari negara (state)
- datang dari bentuk pasar bebas (free market).
Perubahan yang dikelola oleh pemerintah
berorientasi pada ekonomi garis komando yang datang secara terpusat, sedangkan
dari pasar bebas-campur tangan pemerintah sangat terbatas. Negara memberi
pengaruhnya secara tidak langsung, sehingga pasar bebas lebih dominan. Jika
pada bagian struktur kekuasaan masyarakat Bali telah disampaikan bagaimana
sistem kekuasaan Bali melalui sistem kasta, namun setelah mendapat pengaruh
globalisasi kehidupan masyarakat Bali yang diwujudkan dalam usaha pengalihan
sistem kasta menjadi sistem warna. Adapun gambaran mengenai sistem warna dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Bagi sebagian orang di Indonesia dan mungkin
sebagian masyarakat Bali tidak mengenal sistem Warna dalam masyarakat Bali
karena selama ini mengenal bahwa sistem pembagian masyarakat Bali hanya
berdasarkan kasta saja. Namun tidak dapat dipungkiri memang kasta telah menjadi
suatu sistem pengelompokan dan pemetaan kuasa masyarakat di Bali.
Warna adalah suatu sistem pembagian atau
pengelompokan masyarakat berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jika seseorang tersebut bekerja sebagai seorang pendeta
atau menjalankan fungsi-fungsi kependetaan maka dia akan berfungsi sebagai
warna brahmana, jika orang tersebut bekerja sebagai pemimpin di masyarakat maka
dia akan berfungsi sebagai wangsa ksatriya, atau jika seseorang bekerja sebagai
seorang pejabat penting lainnya dia akan disebut sebagai orang yang menjalankan
warna weisya, dan jika seseorang yang melaksanakan pekerjaan sehari-harinya
sebagai buruh atau tenaga lepas dari seseorang maka ia dikatakan sebagai
seseorang yang menjalankan fungsi sebagai warna sudra.
Akhir-akhir ini perdebatan mengenai kasta
dan warna di Bali semakin menuai banyak pendapat, baik itu yang bersifat
menerima apa adanya sebagai warisan leluhur, ada yang mencoba mengkritisi
sebagai bentuk protes sosial dan upaya untuk menciptakan sirkulasi elit, ada
yang mencoba memilahnya sesuai dengan situasi yang ada misalnya menerapkan
konsep kasta ketika pada situasi adat istiadat namun menerima sistem warna
sebagai praktek dalam kehidupan modern, dan terakhir ada yang menganggap bukan
permasalahan serius ketika kekuasaan bisa diraih dengan berbagai macam cara.
Salah satu pendapat yang mencoba
mengkritisi kasta dan warna, sebagaimana yang disampaikan oleh Made Kembar
Kerepun, bahwa sistem Kasta di Bali merupakan sebuah rekayasa yang dibuat oleh
masyarakat di Bali yang sangat cerdas dimana untuk menguatkan rekayasa tersebut
para masyarakat yang disebut dengan aktor cerdas tersebut dengan sengaja
membuat acuan-acuan dalam teks yang dalam kehidupan masyarakat Bali disebut
dengan lontar yang bertujuan untuk membuat perlindungan utuk menguatkan
rekayasa tersebut, dimana penulis mengemukakan sebagai payung hukum, dan
pembenar. Made Kembar juga menyampaikan bahwa dengan adanya rekayasa tersebut
telah merugikan, mensubordinasi, memarjinalkan, bahkan mendiskriminasi kaum di
luar lingkungan Tri Wangsa dalam kehidupan sehari-hari.
Di Bali tranformasi kekuasaan pada
masyarakat ditunjukkan oleh terjadinya pergeseran pada pemegang kekuasaan.
Dimana pada kekuasaan dengan sistem kasta menempatkan Puri sebagai penguasa
penuh, namun dengan adanya pengaruh pandangan baru terhadap masyarakat Bali
merubah peta kekuasaan itu sendiri yang ditandai dengan lahirnya elit-elit baru
di masyarakat Bali.
Selain dari dominasi terhadap jabatan Pemerintahan
(Gurbernur dan Bupati), indikasi terhadap memudarnya kekuasaan Puri – puri di
bali juga bisa dilihat dari munculnya elit-elit baru yang mampu menguasai
sumber-sumber ekonomi masyarakat Bali. Dengan pengaruh globalisasi dengan
sistem kapitalismenya adanya elit baru di bidang ekonomi tersebut membuat
terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap siapa yang berkuasa, karena
dengan melihat kondisi perekonomian masyarakat Karangasem maka masyarakat akan
cenderung “ikut” pada pemilik modal.
Kekacauan Sisitim kemasyarakatan antara KASTA
dan WARNA ini lama-lama menjadi kesalah-pahaman. Konsep kasta sangat
bertentangan dengan konsep warna dalam ajaran agama hindu. Namun, kesalahan
pemahaman tentang kasta dan warna masih saja terjadi dan terus berlangsung
hingga sekarang ini. Misalnya, ada anggapan bahwa yang berhak menjadi
rohaniawan (pendeta Hindu) hanyalah mereka yang keturunan Brahmana versi kasta,
yang nama depannya biasanya Ida Bagus. Mereka yang tak punya nama depan Ida
Bagus disebut bukan keturunan Brahmana, jadi tak bisa menjadi pendeta. Begitu
pula kasta lainnya, yang berhak menjadi pemimpin hanya keturunan Kesatria.
Orang seperti I Made Mangku Pastika yang tak punya “nama gelar” tak akan bisa
menjadi pemimpin karena kastanya hanya Sudra. Kenyataan saat ini tentu sudah
beda. Saya sendiri yang saat walaka (sebelum menjadi pendeta) bukan bernama
awal Ida Bagus, toh nyatanya bisa menjadi pendeta atau Brahmana saat ini. Jika terjadi kesalahpahaman yang
berkelanjutan maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi konflik,
perpecahan, dan kekacauan di masa yang akan datang.
Tidak dapat dipungkiri banyak konflik yang terjadi akibat perbedaan kasta ini, seperti Konflik antar masyarakat yang terjadi pada Bulan Maret 2007 di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung-Bali merupakan salah satu buntut dari tidak harmonisnya hubungan antara kaum brahmana dan sudra. Puluhan rumah kaum “kasta brahmana” dirusak dan dihanguskan oleh masyarakat sehingga masyarakat yang rumahnya hancur harus dievakuasi dan diamankan serta ditampung di MAPOLRES (Markas Polisi Resor) Klungkung. Perlu dipertanyakan kenapa ini terjadi? Tak bisa dibayangkan lagi bagaimana benci dan marahnya masyarakat terhadap kaum brahmana sehingga tega melakukan hal-hal yang anarkis ini. Belum ada penjelasan dari aparat berwenang mengenai penyebab kejadian ini. Walaupun demikian, patut diacungi jempol para masyarakat di sana bisa berdamai dan hidup berdampiangan kembali serta membuat pernyataan damai di antara masyarakat yang berkonflik.
Demikianlah kesalah-pahaman itu, akhirnya
dikoreksi terus menerus setelah majelis agama Hindu (Parisada Hindu Dharma
Indonesia) berdiri pada 1959. Jauh sebelumnya, yakni pada 1951, DPRD Bali sudah
menghapus larangan perkawinan “antar-kasta” yang merugikan “Kasta” bawah
seperti Sudra.
Kesulitan yang dihadapi dalam menghapus Kasta di Bali itu tentu
karena masalah ini sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun, bahkan berganti
abad. Namun yang menyebabkan kesalah-pahaman itu bisa dijernihkan adalah adanya
toleransi dan merupakan kesepakatan yang tak perlu ditulis, yakni masyarakat
akhirnya memperlakukan nama-nama depan yang dulu merupakan gelar pemberian
penjajah tetap bisa dipakai sebagai nama keturunan. Tetapi tidak ada kaitan
dengan fungsi sosial, juga tak ada kaitan dengan ajaran Catur Warna. Artinya,
siapa pun berhak menjadi Brahmana (rohaniawan atau pendeta), tidak harus dari
keluarga Ida Bagus. Siapa pun berhak menjadi pemimpin (misalnya Bupati atau
Gubernur), tak harus dari yang bergelar Kesatria versi kasta masa lalu.
Era modernisasi ikut mengubur perjalanan
kasta di Bali. Banyak orang yang tidak memakai nama depan yang “berbau kasta”,
dan nama itu hanya dipakai untuk kaitan upacara di lingkungan keluarga saja.
Apalagi nama-nama orang Bali modern sudah kebarat-baratan atau ke
india-indiaan. Juga faktor pekerjaan di mana orang yang dulu disebut berkasta
Sudra, misalnya, kini memegang posisi penting, sementara yang berkasta di
atasnya menjadi staf. Dengan demikian hormat-menghormati sudah tidak lagi
berkaitan dengan “KASTA” yang feodal itu.
Ketika Mayor Jenderal Polisi I Made Mangku
Pastika mencalonkan diri sebagai Gubernur Bali, ada elite politik di Jakarta
yang tak yakin dengan kemenangannya. Alasannya ternyata sangat aneh. Dia
mengatakan, pemimpin di Bali harus dari orang yang berkasta tinggi. Kalau
kastanya rendah seperti Sudra tak akan bisa terpilih sebagai Gubernur Bali.
Lantas dia menyebut nama gubernur-gubernur Bali sebelumnya, seperti Dewa
Beratha, Ida Bagus Oka, Ida Bagus Mantra. Made Mangku Pastika dianggap berkasta
Sudra.
Pernyataan ini membuktikan bahwa masalah kasta di Bali masih membingungkan banyak orang dan masalah kasta masih dikait-kaitkan dengan berbagai macam pekerjaan. Di Bali sendiri masalah kasta sudah tidak relevan lagi dibicarakan, dan boleh disebutkan sudah tidak lagi menjadi “kesalah-pahaman”. Mungkin hanya masih berlaku di pedesaan dan itu pun pada kalangan tua. Generasi muda Bali sudah lama meninggalkan kasta. Dengan demikian menjadi aneh terdengar justru di luar Bali orang masih membicarakan kasta dengan segala embel-embelnya seperti di masa lalu.
Ajaran Catur Warna dalam Hindu adalah
menempatkan fungsi sosial seseorang dalam kehidupan di masyarakat. Orang boleh
memilih fungsi apa saja sesuai dengan kemampuannya. Fungsi sosial ini bisa
berubah-ubah. Pada awalnya semua akan lahir sebagai Sudra. Setelah memperoleh
ilmu yang sesuai dengan minatnya, dia bisa meningkatkan diri sebagai pedagang,
bekerja di pemerintahan, atau menjadi rohaniawan. Fungsi sosial ini tidak bisa
diwariskan dan hanya melekat pada diri orang itu saja. Kalau orangtuanya
Brahmana, anaknya bisa Sudra atau Kesatria atau Wesya. Begitu pula kalau
orangtuanya Sudra, anaknya bisa saja Brahmana. Itulah ajaran Catur Warna dalam
Hindu.
I Made Mangku Pastika pun bisa menjadi
Gubernur Bali, yang kalau dikaitkan dengan kasta masa lalu, tergolong Sudra.
Wakil Gubernur adalah Anak Agung Puspayoga, yang kalau dikaitkan dengan kasta
masa lalu, tergolong Kesatria. Staf di kantor gubernuran banyak yang bernama
depan Ida Bagus, yang jika dikaitkan dengan kasta masa lalu adalah Brahmana.
Kalau saja kasta versi masa lalu masih dianggap eksis, tentu aneh Gubernur Bali
orang Sudra, wakil dan stafnya orang Kesatria bahkan Brahmana. Ini tentu tak
masuk logika, karena itu logikanya memang sudah tak benar.
Dari penjelasan diatas jelas sudah perbedaan pandangan mengenai kasta, warna, dan wangsa. Kita sebagai umat Hindu yang memiliki intelektual sudah menjadi kewajiban memahami konsep ini agar tidak terjadi pandangan yang salah yang dapat menyebabkan kesenjangan sosial antarumat Hindu lebih-lebih bisa menyebabkan konflik yang berkepanjangan. Namun, sekarang ini nampaknya ada usaha-usaha untuk semakin mempertajam kesenjangan umat Hindu khususnya di Bali. Sebagai contoh mengenai pembagian wewenang, hak dan kewajiban pendeta. Pedanda (pendeta yang berasal dari kalangan Kasta Brahmana) memiliki wewenang yang jauh lebih tinggi dari pada pemangku (pendeta yang berasal dari Kasta Sudra). Pendanda bisa menyelesaikan kelima upacara keagamaan yang ada dalam agama hindu di Bali yang lazim disebut sebagai Panca Yadnya.
Dalam Bhagawad Gita secara jelas disebutkan
bahwa dasar persembahan kepada Tuhan adalah “keiklasan” dan sama sekali tidak
berdasarkan besar atau kecilnya persembahan dan siapa yang menyelesaikan
upacara karena semua manusia sama di hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Apa
yang dijelaskan di dalam ajaran suci Agama Hindu ini juga mempertegas bahwa
tidak ada perbedaan di antara kita semua. Kita semua mahluk Tuhan dan tak perlu
lagi ada pengkotak-kotakan yang berakibat pada perpecahan. Cintailah semua
ciptaan Tuhan, semoga damai!
Terbuktilah kini, bahwa kasta masa lalu itu
sudah terkubur. Yang tetap berlaku adalah ajaran Catur Warna, orang diberi
kebebasan untuk menjadi Brahmana, Kesatria, Wesyaa maupun Sudra, asalkan mampu.
Artikel yang terkait dengan Sistim Kasta di Bali:
- Catur Warna - Strata Sosial dalam Agama Hindu
- Panca Sradha - Pokok Keimanan Hindu
- SEJARAH Lahirnya Sistim KASTA
- Nama Orang Bali
- Riwayat Kasta di Bali
- Kesalahpahaman Kasta dan Wangsa di Bali
- Arya Pre-Gusti Menjadi Warna Sudra
- Kawin Lari salah satu alternatif pernikahan Adat Bali
- Catur Warna dan Profesionalisme
- Tat twam Asi, antara konflik dan perdamaian
- Pura Dasar Bhuana, pemersatu umat
- Mencari Kawitan Orang Bali
- Tugas, Peran dan Fungsi Warna, bukan Kasta ataupun Wangsa
- Sekilas Ajaran Hindu - Ajaran Dharma
- Produk Pasupati - pelengkap ritual adat dan upacara yadnya di Bali
- Orang Bali WAJIB ketahui hal ini
Demikian pemaparan tentang SISTIM KASTA DI BALI Mudah
- mudahaan semua mengerti tentang hal ini, buat yang tidak setuju mohon maaf
kalo pemahaman ini salah.
great.....
BalasHapusterima kasih..
Hapussaya sudah beberapakali membaca tetang topik ini tapi saya belum tau bagaimana meluruskan pemikiran orangbanyak tentang kasta, mohon di share bila ada caranya :)
BalasHapusmenurut saya... biarkanlah itu, karena bila dipaksakan akan menjadi masalah lebih besar... karena jarang seorang manusia yg merasa tingi mau direndahkan...
Hapusbaiknya, berikan dia buku2 pemahaman tentang agama, atau kasi artikel ini sebagai masukan, minimal mereka mengerti.. apa itu kasta, wangsa dan warna... nanti, mereka akan malu sendiri dengan keadaan saat ini. suksma
Sejujurnya saya mengatakan belum tentu setiap orang yang kastanya dianggap lebih tinggi merasa tinggi derajatnya, kalau dicari prosenrase berapa prosen yang bicaranya kasar, ngapak-apak, malah banyak yang sopan ucapannya, tapi karena pandangan orang begitu tahu namanya berisi Ida Bagus, Ida Ayu, Anak Agung, I Dewa, dsb. sudah dicap berkasta tinggi pasti akan "ngagu" akhirnya sudah timbul perasaan lain, malah ini justru yang tidak benar, tidak ada rasa tattwam asi, Soal kehormatan lain dimana anda diremehkan, jaman ini sudah beda dengan jaman dulu, kalau tak pernah diremehkan ya jangan berfikir meremehkan, menganggap orang lain sombong maka kita yang mendahului sombong, ini tentu kurang baik. Kalau dalam perkawinan, adat istiadat, itulah namanya kebiasaan, siapa yang dapat mengubah kebiasaan kecuali jaman yang mengikisnya secara perlahan, marilah kita sama-sama menghormati hak orang lain, termasuk melalui tulisan tak perlu memojokkan, karena karma phala itu akan mengenai semua orang. Terimakasih
HapusAduh benar sekali itu Bli, di masyarakat banyak terjadi demikian. Karena tahu saya bernama Anak Agung, malah dia manggil aja sudah biasa "Gung" tentu saya terima, malah ucapannya kasar dan sinis, apa salah saya? Ini orang mengerti atau bagaimana. Saya tanyakan malah dia pegawai. Kok beda, sementara yang lainnya malah sangat halus dan hormat. Saya tentu akan sangat hormat dengan orang yang hormat pada orang lain, tapi yang ngapak-apak itu ingin rasanya membalas biar dia ngerti. Terimakasih
Hapusjangan terlalu diamsukan ke dalam hati bila masih ada semeton kita yang menjunjung KASTA...
Hapusingatkan saja.... bila masih ingat agama atau kawitan, berarti dia ingat posisinya...
bila masih kukuh dengan kasta, kembalikan biarkan saja...
itu tanda dia orang bego yang ingin dijunjung... alias pengetahuannya masih jauh dari kita tentang agama khususnya catur warna...
Maaf klo tidak berkenan tolong di luruskan. Mnurut saya pribadi kasta jaman dulu mungkin sekarang cukup masuk akal karena untuk mengisi jabatan khusus di butuhkan orang2 berkarakter khusus di samping didikan. Dan kasta ato wangsa berhubungan dengan watak karakter warisan orang tua ato leluhur jadi hanya perlu sedikit d asah lewat pendidikan. Tidak semua orang bisa pintar cerdas, ato punya keberanian dan kekuatan sama tapi kemungkinan besar jika orang tua ato leluhurnya berkarakter kuat, pintar cerdas ato pemberani ato kuat kemungkinan keturunannya juga mewarisi gen nya walaupun tidak keseluruhannya. Menurut saya tidsk smua msnusia sama rata karakter dan kemampuan nya walaupun sama tingkat pendidikannya
Hapusuntuk menghormati leluhurnya untuk wangsa brahmana dan ksatria saya panggil ajik, karena jasanya dulu membawa leluhur saya kebali tetapi bahasa saya sesuaikan dengan lawan bicara. orangnya jabag biar pemangku, pedenta diluar pura puri atau geria saya jabagin juga. karena mereka saya anggap orang sebagai contoh
HapusBagus sekali
BalasHapusterima kasih...
Hapussaya mau tanya, apa dari kasta brahmana itu boleh jg ya bkerja kaya jd PNS tapi bkn jd kya pendeta gitu??
BalasHapustrus antara Cokorda dan Anak Agung itu sama derajatnya?? (mksd saya itu tinggian mana? Cokorda atau Anak Agung?) hhehehehhe :p maaf banyak tanya
kl berbicara kasta akan berbeda dengan warna...
Hapuswalau kasta BRAHMANA tp kl saat keseharian menjadi PNS, maka warnanya akan menjadi KSATRIA.. dan bila menjadi buruh maka warnanya menjadi SUDRA...
mengenai Cokorda dan anak agung
cokorda dalam awal era keberadaannya dalam jaman feodal merupakan "putra dari permaisuri" dan menjadi Putra mahkota. sedangkan adik dari putra mahkota dan putra dari selir raja disebut anak agung
tapi.. saat ini, sehubungan adanya ketakutan atau mungkin karena ketidak tauan, penamaan tersebut masih terkesan rancu...
jangan di lihat apa yg menjadi pekerjaan meraka di era sekarang, tp ini bertujuan untuk mencari jati diri ygsebenarnya agar pemuda jaman sekarang tidak melupakan silsilah keturunannya dulu. agar tidak lupa dgn apa yg sudah diwariskan sejak dulu,,,.,.
Hapussalah satu ajaran dibali adalah selalu bakti kpd leluhur..
Hapustetapi bakti dg leluhur bukannya harus sprt dl, krn era sekarang adalah era bersosialisasi...
sehingga bila ingin hidup sejahtera,disamping ingat dan bakti kpd leluhur termasuk ortu, ingatlah dg lingkungan... itu tujuan warna dlm hidup.. silahkan baca ulang dr atas, pahami ajaran dg hati tenang..
oh kalo pendapat beli seperti itu, kemulan, merajan, Pura kawitan tidak penting di pertahankan ya di jaman modenen ini?
Hapusbetul, sesungguhnya leluhur kita adalah manu. Dan sekarang manu ke 7 waiwasta manu. Seharusnya menghormati sesama manusia. Bukan berdasarkan wangsa. Wangsa tinggi tetapi sifat adharma sama saja mempermalukan diri sendiri dan mengecewakan leluhur. Jika setiap saat membawa nama wangsa atau leluhur sesungguhnya mereka harus tau jati diri dan asal mula mulanya. Kita berasal dari manu ke 7;waiwasta manu seharusnya mematuhi hukum dalam kitab suci weda yaitu manawa Dharma sastra, manu samhita dll. Disana dijelaskan paling kecil yaitu :tidak boleh memakan daging karena makanan tsb dianggap makanan tamascika. Daging hanya boleh dimakan hasil persembahan karena dibali tidak lepas dari namanya persembahan sesuai sejarah dalam ramayana maupun rsi markandeya, yaitu wali dwipa. Jika seseorang makan daging tanpa persembahan maka sudah mengecewakan leluhur nya. Maka dari itu hormatilah dan cintailah semua orang jangan memandang latar belakang, karena sesungguhnya kita adalah keturunan manu.
Hapussaya mau tanya.. apakah hubungan beda kasta itu d larang.. dan apa saja dampak na jika hubungan itu tetap d lanjutkan ?
BalasHapussampai sekarang.. sumber tertulis yang berkaitan dengan keberadaan agama belum ada.. tapi kalau sumber pengukuhan feodal sangat banyak.. tapi anehnya.. mereka belum memahami.. bila semeton bali dianggap kasta lebih rendah trus bagaimana dengan semeton tanpa kasta dari luar bali...? itu sebenarnya pembodohan yang merendahkan derajat mereka yang mengokohkan kasta...
Hapusdan dari maka itu mereka harus cari tau jati diri mereka.,.,. kalo sudah seperti ini mereka sudah melupakan silsilah mereka, itu disebabkan oleh beberapa faktor
Hapus1. leluhurnya setelah meninggalkan tidak pernah menceritakan jati diri mereka terhadap anak cucu meraka
2. setelah mereka mendapatkan pekerjaan dan hidup mewah maupun hidupnya kini melarat, jadi mereka gak menganggap penting silsilah kehidupan garis keturunan meraka dan mungkin berfikiran buat apa itu diketahui .,.apakah akan bisa merubah nasib
wah...
Hapusmohon lebih mencermati bacaan diatas...
mogi rahayu...
bli ada pertanyaan nih.
Hapus1. bisa jelasin ga, ukuran budaya dan agama.
2. bali yang berkembang agama apa budaya.
3. kalau menyamakan hindu dengan yang alin, ada beberapa budaya harus di hapus karena bertentangan dengan ajaran hindu sepreti wangsa. karena kita semua berdarah merah dan membawa baretnya masinging.adanya pura yang berkaitan dengan wangsa di bali apa harus di hapus ?
suksma atas infonya.
BalasHapussuksma mewali...
Hapusbli kalo ngakan dan sang ayu masuk ke wangsa apa ya?
BalasHapuskalau wangsa sudah pastinga masuk satria wangsa.. tp tergantung sekarang profesinya mendukung atau tidak...?
HapusSaya mw brtanya,soal pernikahan beda kasta. Apabila seorang wanita berkasta/warna lbh tinggi menikah dgn pria yg brkasta/warna lbh rendah,apakh betul pernikahan mereka tdk boleh dipuput oleh pedande? Dan apakah bnar itu dkutuk pada kehidupan mendatang mereka tdk bs terlahir sbg manusia?suksma bli
Hapusmengenai itu, tyg belum mendapatkan sumbernya...
Hapusjadi, kl ga ada sumber sastranya ya ga dijamin kebenarannya... hny penafsiran oknum saja
Bli kalo boleh tanya ..asal usul pande besi itu dari mana giih..?
Hapusninik tyang berasal dari puri pemecutan yg tentu saja memiliki kasta lebih tinggi dari kakek sya yang kastanya jaba, pernikahan mereka emang dilakukan dengan kawin lari, akan tetapi lama kelamaan kluarga dari ninik sya mulai memahami dan menerima bahwa anaknya melakukan kawin nyerod yg tentu sja pada waktu itu membuat kluarga tersebut merasakan malu di msyarakat, dan hasilnya tidak terjadi efek apa" yang diakibatkan dari perkawinan tersebut, saya sebagai cucu malah sangat diterima baik saat berkunjung ke puri, untuk masalah sebab akibat yg terjadi itu hanya saja sugesti yg sudh ditanamkan pada leluhur kita yang akan menyebabkan dikutuk atau semacamnya, itu hnya rasa takut yang ditanamkan pada kita untuk masa terdahulu agar tidak berdampak pada rasa malu yang ditanggung oleh keluarga di masyarakat akibat perkawinan tersebut
HapusSEBENARNYA DARI YANG SAYA KETAHUI SAAT INI MENGAPA PERBEDAAN KASTA ITU MASI SANGAT TERLIHAT..
KARENA KITA SANGAT TAKUT TENTANG PENDAPAT MASYARAKAT YANG AKAN MENGUCILKAN KITA DARI BAGIAN MASYARAKAT BANJAR MAUPUN DESA, KARNA SUGESTI YANG MASYARAKAT TERIMA DARI LELUHURNYA AKAN BERDAMPAK BURUK PADA PERKAWINAN TERSEBUT...
YANG KITA TAKUTKAN SEBENARNYA HANYA MASYARAKAT!!!
made ari = > dalam ajaran agama hindu tidak ada hal seperti itu.manusia dilahirkan telanjang. toh itu diranah budaya, jadi labrak aja aturannya. dan buktikan sendi apa yang akan terjadi. (maaf ya tidak tau jaman dulu leluhur kita bagaimana merumuskannya)
Hapusinfo yang bagus. Sangat mendidik.
BalasHapusTapi tolong digali lagi tentang Pedande dan Pemangku, karena kalau dilihat dari fungsi tugas Brahmana "dari golongan brahmana" yang biasa disebut dengan Pedande dan Brahmana "dari golongan sudra" yang biasa disebut dengan Empu adalah sama. Sedangkan untuk pemangku kalau dilihat dari fungsi tugasnya adalah pembantu dari Brahmana sendiri untuk memuput suatu upacara yang bersifat intern (makanya ada yang namanya mangku desa, mangku puseh, mangku dalem, mangku maksan dan banyak lagi). Jadi bisa diumpamakan dengan Presiden dan para Mentrinya. Jadi kalau bicara tentang perbandingan Brahmana, bukan antara Pedande dengan Pemangku, tapi Pedande dengan Sri empu.
Maaf kalau ada yang salah.
wangsa brahmana ada bberapa macam...
Hapusdari golongan guru dan dari golongan pemuka agama/upacara keagamaan
brahmana yg berasal dari golongan pengenter upacara keagamaan ada 2.. yaitu pandita (dwijati) dan Pinandita (ekajati). dari 2 golongan tersebut sudah tentu jelas garis batas wewenang dan tugasnya..
berbicara mengenai pandita, agama hindu hanya mengenal 1 pandita yaitu yg telah menyandang dwijati, mengenai sebutannya itu mengikuti wangsa yang diatur setelah keberadaan raja klungkung... jadi apapun sebutannya beliau tetaplah pandita.
Pertama yang ingin saya tanyakan adalah kalau dalam hindu tidak ada kasta namun warna, bagaimana pengaturannya jika Pangeran William dari Inggris atau Putra Mahkota Naruhitu dari Tahta Bunga Kerisan Jepang masuk hindu dan ingin mengganti nama mereka? nama hindu (bali) apa yang harus mereka pakai? apakah putu atau anak agung atau tjokorda mungkin? mengingat di tempat yang sebelumnya mereka berkedudukan sebagai keluarga kekaisaran.
BalasHapusyang kedua adalah, saat seorang sudra (dalam konteks kasta) beralih menjadi seorang brahmana (dalam konteks warna) mereka berganti nama diksa, misalkan saja I Putu di diksa menjadi Ida Pandita Mpu. lalu kenapa saat seorang sudra (dalam konteks kasta) beralih menjadi seorang ksatria (dalam konteks warna) tidak diganti nama juga menjadi anak agung atau mungkin tjokorda. seperti gubernur kita saat ini, kenapa tidak mendapat "gelar ksatrianya", jika memang yang diatur dalam hindu adalah warna bukan kasta yang berdasar keturunan. mohon penjelasannya atas ketidak-mengertian saya ini. terimakasih.
mengenai penamaan akan mengikuti penugran yang diberikan oleh beliau yang muput upacara sudiwadani..
Hapusmengenai wangsa, sudah tentu mengikuti warna secara hindu, bila dia msh sbg pejabat negara sudah tentu dia memiliki warna "ksatria", tp bila setelah sudiwadani (msk hindu) dia menjadi kuli/buruh/pegawai biasa, tentu warnanya "Sudra"
perlu diingat "warna itu melekat pada pekerjaan/kegiatan yg saat ini dijalankan"
yg boleh mengganti nama adalah yg melewati upacara dwijati. bila belum melaksanakan upacara tersebut sudah tentu namanya tidak berubah.
Om Swastyastu, ada satu pertanyaan yang perlu dijawab lebih tegas yaitu bagaimana kalau Pangeran William dari Inggris atau Putra Mahkota Naruhitu dari tahta Bunga Kerisan Jepang masuk Hindu, dan ingin mengganti nama mereka? nama Hindu (Bali) apa yang harus mereka pakai? Oleh yth. Umaseh Pasupati dijawab penamaan akan mengikuti panugrahan oleh beliau yang muput upacara sudiwadani !. Sesungguhnya sudi wadani dilakukan oleh Parisada, dan Upacara selengkapnya dipuput oleh pandita, atau mungkin pinandita. Dalam konteks pemberian nama biasanya dilakukan oleh ida pandita, yang disesuaikan dengan kehendak keluarga, dan yang lebih penting dikaitkan dengan nama leluhur. Oleh karena bila kedua nama tersebut hendak berganti nama mengikuti orang Bali, maka dia akan memulai membuat nama yang dapat saja digunakan untuk keturunannya seperti "Watek Lod" yaitu orang asing yang menanyakan sorohnya setelah masuk Hindu, yang pernah dimuat di Majalah Warta Hindu Dharma dulu. Disinilah nama itu penting untuk mengetahui leluhur, bukan untuk "ngagu" kepada orang lain, karena di jaman sekarang ini kita saling hormat menghormati, tanpa melupakan "dresta" sebagai ciri agama Hindu di Bali. Tanpa dresta tak akan ada Bade, Naga Banda, Lembu, wadah, atau sejenisnya pada saat orang ngaben di Bali. Lantas apa yang akan dicari para turis ke Bali. Inilah salah satu ciri khas Bali, yang harus kita jaga bersama bukan untuk saling bertengkar atau mengaku lebih tinggi !! Begitulah kira-kira semoga kita saling menyadari. Hormat kepada orang lain adalah kewajiban dan kesadaran kita, bila kita ngagu berarti kita tak sadar !!! Mohon maaf bila ada kurang berkenan
HapusSebelumnya terimakasih atas informasinya. Mohon maaf saya mau meluruskan, bahwa dalam surat An-Nisa' dan Al-Mu'minun tidak ada satu pun ayat yg menyuruh kepada perbudakan. Jika ada, mohon ditunjukkan kepada saya. Untuk menafsirkan ayat2 Al-Qur'an harus memperhatikan banyak hal. Mulai dari tata bahasa arab yg digunakan, riwayat yg menyertai turunnya ayat tsb, penyebab diturunkannya ayat tsb, kondisi sosial+ekonomi pada saat itu, dan yg tidak kalah pentingnya adalah kaitan dengan ayat2 yg lain. Setelah dilalui itu semua, bru boleh mengambil kesimpulan tafsir. Mohon jangan hanya dibaca secara harfiah bunyi ayatnya saja, namun juga tafsirnya utk mengetahui konteks ayat tsb. Bisa dari tafsir ibnu Katsir.
BalasHapusSaya takut jika ada pihak yg menyimpulkan bahwa Al-Qur'an menyuruh kepada berbudakan.
Justru kesimpulan mengenai status manusia di Al-Qur'an hanya dilambangkan dengan derajat. Sedangkan tinggi rendahnya derajat manusia hanya dibedakan oleh banyak/sedikitnya amalan ibadah kebaikan yg dia laksanakan dan tidak dipengaruhi sama sekali oleh jabatan atau status keduniaan yg lain. Dan Al-Qur'an selalu memerintahkan penganutnya untuk memerdekakan budak.
Mohon maaf sekali, jika ada kesalahan itu pasti dari saya sendiri. Jika ada kebaikan, itu datangnya dari Allah.
mohon maaf...
Hapusini kita membahas artikel yg mana ya..?
:D
wkwkwkwkwkwkk
Hapusmabok
Masih di artikel ini kok, kalimat terkahir di paragraf ke 5, " (baca Imamat,timotius dll, juga An Nisaa, dan al Mu'kminuum)
HapusLupa ya? :)
ooo mungkin sy salah baca (tafsir)...
Hapustp mohon jelaskan tentang menikahi (sex dg) budak Surat An-Nisa' (4) Ayat 23 dan Al Mu'minuun: 5-6...
nikmati dulu budaknya, atau tebus/jual untuk membebaskan dia dari tuan yg lama ke tuan yg baru?
atau apa....???
mohon jelaskan... :)
di Imamat 25:44 dan timotius ataupun lukas 17:7-10...
terutama Timotius 6:1...
ibarat atau apa...? sy jg kurang paham :)
mohon penjelasan tafsir, krn itu ayat suci :)
Mungkin mksd anda ayat an-nisa' ayat 24 , karena ayat 23 adalah ayat untuk larangan menikahi saudara seikatan. Tafsir dari ayat 24 (Dan) diharamkan bagimu (wanita-wanita yang bersuami) untuk dikawini sebelum bercerai dengan suami-suami mereka itu, baik mereka merdeka atau budak dan beragama Islam (kecuali wanita-wanita yang kamu miliki) yakni hamba-hamba sahaya yang tertawan, maka mereka boleh kamu campuri walaupun mereka punya suami di negeri perang, yakni setelah istibra’ atau membersihkan rahimnya (sebagai ketetapan dari Allah) kitaaba manshub sebagai mashdar dari kata dzaalika; artinya telah ditetapkan sebagai suatu ketetapan dari Allah (atas kamu, dan dihalalkan) ada yang membaca uhilla bentuk pasif ada pula ahalla bentuk aktif (bagi kamu selain yang demikian itu) artinya selain dari wanita-wanita yang telah diharamkan tadi (bahwa kamu mencari) istri (dengan hartamu) baik dengan maskawin atau lainnya (untuk dikawini bukan untuk dizinahi) (maka istri-istri) dengan arti faman (yang telah kamu nikmati) artinya campuri (di antara mereka) dengan jalan menyetubuhi mereka (maka berikanlah kepada mereka upah mereka) maksudnya maskawin mereka yang telah kamu tetapkan itu (sebagai suatu kewajiban. Dan kamu tidaklah berdosa mengenai sesuatu yang telah saling kamu relakan) dengan mereka (setelah ditetapkan itu) baik dengan menurunkan, menambah atau merelakannya. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan ciptaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam mengatur kepentingan mereka.......
HapusDan maksud dari Hamba Sahaya. Yang dimaksud hamba sahaya yang disuruh menebus dirinya ialah seorang budak hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan yang dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh memerdekakan dirinya dengan syarat harus menebusnya atau membayarnya dengan sejumlah harta tertentu.
terima kasih atas info yang telah anda berikan,,
BalasHapustapi akan lebih baik jika anda mengunjungi situs kami di http://unsri.ac.id
segera tyg akan berkunjung ksn.. suksma :)
Hapusapakah 10th kedepan 'wangsa' masih sangat kental di Bali? bisakah itu terhapuskan? apakah salah saya yg brahmana menikah dgn org bali biasa (sudra)? mohon sarannya, terimakasih :)
BalasHapustyg kira wangsa tidak akan bisa dihapus... krn itu mslh keturunan (lelintihan)
Hapustp... minimal pandangan kasta sudah hilang
mengenai pernikahan beda wangsa, itu sebenarnya sudah bnyk dijalankan
sekarang tergantung pengetahuan dan cara pandang keluarga serta pengaruh lingkungan disekitarnya...
contoh... di daerah gianyar, karangasem dan daerah tabanan sudah bnyk menjalankan.. dan sama kasusnya.. wangsa brahmana dengan wangsa sudra, ksatria cokorda jg dg sudra.. smua tidak masalah...
bahkan skg tren...
wangsa tinggi menikah dg org tanpa wangsa (org non bali).. kl dibilang diskriminasi, tanpa wangsa sama dengan tanpa status... krn itu pengetahuan dan wawasan sangat penting
semoga sedikit pandangan itu bs membantu...
Om Swastyastu, Salam hormat Umaseh Pasupati
HapusDari penjelasan bapak saya sangat terkesan, rasanya sulit mencari orang yang obyektif seperti bapak, tidak ada memojokkan sana-sini, yang beginilah yang harus Umat Hindu cari, bukan yang suka memprovokasi, sehingga menimbulkan pertentangan disana-sini. Namun jika setiap orang seperti anda, maka kedamaianlah yang selalu terjadi
Dari: Ida Bagus Gde Parwita
suksma atu...
Hapustyg hanyalah pengumpul informasi, mohon masukannya juga untuk menyempurnakan setiap tulisan tyg ring blog puniki...
Terima kasih beli atas info dan referensi bacaan yang bagus ini. Karena banyak orang di luar sana yang tidak begitu paham makna Kasta yang sebenarnya. Termasuk saya yang berasal dari Jawa. Sakses!
BalasHapussuksma..
Hapusartikel yang sangat bagus.
BalasHapuscuman ada 1 hal yang ingin saya tanyakan. mengenai pernikahan antara mempelai wanita dari suku bali yang berkasta dengan mempelai pria yang diluar suku bali. apakah wanita itu akan dibilang nyerod ataukah masih dengan kastanya ?
karena di masyarakat luas, hal ini masih jadi suatu hal yang agak buram.
kita tidak membahas kasta..
Hapusapabila membahas kasta sudah tentu kastanya hilang, seperti halnya wangsa yang melekat, akan hilang bila menikah keluar dari wangsa keluarganya dan ikut wangsa dirumah barunya.
sekian...
maaf sebelumnya saya ikut nimbrung dan sedikit memberikan suatu pertannyaan dan suatu gambaran.. yg perlu diingat disini adalah perlu dibedakan antara wangsa dan warna. jika ini ditafsir sama ini tentu akan membingungkan.. dalam Bhagawad Gita catur warna disini perananya difungsikan untuk pengelompokan profesionalisme kerja (kaitannya dengan peranannya dalam dharma Negara tan ketatanegaraan) dari suatu kerajaan/pemerintahan. yg mana dari keseluruhannya menjadi suatu kesatuan sinergitas yg amat penting dalam menjalani roda pemerintahan. satu profesi itu tidak ada maka dijamin roda pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik. ibarat seperti badan manusia. ilmuan/para cendikia/para tokoh spiritual/maha Rsi merupakan pondasi utama(kepala dari sang Badan), pemimpin dan ptajuri ibarat lengan sebagai power negara/kerajaan, para pedagang sebagai tokoh-tokoh penggerak roda perekonomian, dan sudra sebagai profesional-profesional dalam penggerak pembangunan/pekerja yg handal. ini perlu dipahami, disini tidak ada yg tinggi dan rendah namun terkai dengan peranan... tidak ada tinggi dan rendah namun yg mana yg lebih dihormati.
BalasHapuskaitannya dengan wangsa di bali sesunggunya tidak adan sistem warna (apa lagi kasta), yang ada di Bali adalah sistem siwa sisya/guru dan sisya dimana griya sebagai pusat pendidikan (pasraman) dalam menempa ilmu spiritual dan bahkan ketatanegaraan. karena di Bali menganut sistem Siwa Sidhanta (Siwa Budha). sistem warna baru muncul ketika jaman kolonial masuk Bali yg mempengaruhi sistem perpolitikan kerajaan. perlu dikoreksi sedikit bahwa bahwa Dang Hyang Nirartha yg mengawali sistem wangsa itu sesungguhnya keliru. kita hendaknya sebelum memberikan suatu argumen hendaknya dikaji terlebih dahulu agar tidak menimbulkan kekeliruan yg dapat menimbulkan dampak yg fatal. sesungguhnya sistem wangsa sudah ada sebelum Dang Hyang Nirartha masuk Bali. wangsa disini terkai dengan wit/wed asal keturunan (darah/genetik) dan kaitannya dengan pemujaan terhadap leluhur. makanya di Bali ada yg namanya pura Paibon/kawitan/padharman. dan adanya pemberian nama gelar seperti Pande, Pasek, Dewa, Bendesa, Anak Agung Ida Bagus dll. dan perlu di telusuri secara benar kenapa gelar itu diberikan (dapat diperoleh) agar pemahaman kita menjadi terbuka dan paham betul akan apa yang ada di tempat yg disebut dengan pulau Bali ini, dan tidak terjerumus pada stigma yg negatif dan terkadang mempermasalahkannya karena ketidak pahaman kita akan ke Balian kita. yg semua itu merupakan suatu petanda dan identitas kekeluargaan. coba kita bayangkan kalau kita tidak diwarisi petanda tersebut? bersukur kita dibekali petanda kita jadi tahu wit kita. jangan disamakan dengan warna. Beliau (Dang Hyang Nirartha) pada saat menjadi Bhagawanta Kerajaan Gelgel hanya memberikan suatu piteket utuk membuat silsilah agar jelas kelak dikemudian hari dan pretisentana kelak tidak kebingungan dalam mencari kawitannya masing-masing. kita hendaknya betul-betul pahami dan dalami terlebih dahulu sehingga karena ketidak pahaman itu ditah menjadi menyalahkan budaya kita sendiri. perlu diingat wangsa disini terkait dengan penandaan kekeluargaan yg merupakan suatu bentuk budaya nusantara, jika orang cina hal ini disebut dengan Marga, dan SUKU Minangkabau juga mengenal sistem marga (sistem kekeluargaan itu). sehingga dalam hal ini Warna dengan wangsa jelas sangat berbeda... karena warna terkait dengan sistem ketata negraan sedangkan wangsa terkait dengan sistem kekeluargaan dan gelar juga yang merupakan ranah budaya.
pertannyaan yg mengganjal di benak saya. jika ada seseorang yg paginya berprofesi sebagai guru dan sorenya menjual skilnya dengan membuka les prifat atau ada juga yg berjualan/ berdagang masuk dalam tataran mana? ada juga tentara kemudian melatih anak didiknya (mengajar) dalam latihan, ia masuk dalam kategori yg mana?
mari mencati dan mari menggali nilai luhur yg kita miliki.. terimakasi. shanti.....
inggih suksma masukannya...
Hapuskita akui pernyataan jro memang benar, hanya saja... dalam aplikasi belakangan ini piteket tsb dijadikan pengkastaan...
mengenai warna... dalam sastra sudah dijelaskan. warna merupakan profesi pokok seseorang..
bila seseorang menaruh kehidupan tulang punggungnya sbg seorang guru, maka warna org tsb adalah "brahmana" walaupun org tsb memiliki "pekerjaan sampingan"..
Di mata Tuhan,manusia adalah sama dan tidak ada perbedaan sama sekali klo semua mau jadi orang yang berkasta semua yang berinkarnasi di alam roh manusia semua pilih yang berkasta biar ingin disanjung atau dihormati di dunia nanti.Namun di zaman ini kemampuan,bakat adalah syarat dalam suatu prestasi karir dalam mendapatkan pekerjaan karena pekerjaanlah yang memberikan kehidupan bukan dari kasta bahkan saat ini orang yang dianggap sudra menjadi pimpinan atau bos dari orang golongan berkasta dan ini adalah fakta yang terjadi sehingga Tuhan tidak pernah membedakan-bedakan rejeki kepada umat manusia di bumi karena hanya dilihat dari sistem kasta.
BalasHapussuksma.. mogi rahayu..
HapusDi bali khususnya desa-desa kuno yang ada seperti Kintamani,Payangan dan Taro masih ada beberapa Pura/Kahyangan yang tidak dibolehkan menggunakan Ida Pedanda sebagai sulinggih pemuput upacara dan tradisi turun-temurun hanya menggunakan Jro Gede atau Jro Mangku sebagai pemimpin upacara dan bila tradisi itu dilanggar maka terjadi bencana yang ditanggung sendiri oleh sulinggih tersebut baik itu sakit ataupun kematian.
BalasHapusmungkin untuk hal tersebut perlu dicarikan purana atau dasar sastranya agar tidak jadi polemik kedepannya, serta biar tidak menyamarkan kesucian pura akibat istilah "nak mule keto". suksma:)
Hapusyg berlaku di Bali skrng ini adlh WANGSA bkn KASTA.
BalasHapusDan baru berlaku sejak Bali dikuasai/Perintah olh Keturunan orng2 MAjapahit..dgn Tujuan inti KEKUASAAN.
Dan wangsa di zaman dulu sngt penting artinya bgi status sosial di msyrakat..krn pd golongan WANGSA tertentu akn mndapatkan Hak2 Istimewa di msyarakat.
Dan di zaman modern ini msalah WANGSA di bali kembali mnjadi trend dan gaya hidup...ini tak lepas dri pengaruh Zaman KALIYUGA dimana sifat Sombong,Angkuh,Egois,iri dan Dengki tlh membuat buta mata hati dan Fikiran.
Ingat ajaran SAPTA TIMIRA yaitu KULINA = MABUK KARENA GELAR KEBANGSAWANAN.
inggih suksma masukannya... lebih tepatnya wangsa yg dikastakan :)
Hapuskalo kata saya adalah.... orang pintar belum tentu bijak dan orang yang bijak sudah pst pintar ( dlm konteks permasalahan duniawi ) aturan tuhan tidak sama dgn aturan yg dibuat oleh manusia!
BalasHapusjd kesimpulan saya adalah semua yg di dunia tidak ada artinya alias hampa dan yg kekal adalah kehidupan setelah kita meninggalkan dunia ini!
memperdebatkan urusan dunia hnya sia2 belaka minding kita praktekkan darma dlm kehidupan!
berisi adalah kosong, kosong adalah berisi tolong di cari maknanya!
suksma.. namaste _/|\_
Hapussemangat bro..kami selalu mendukung..semoga niat anda benar benar tulus demi kemajuan agama bali dan hindu di bali, bukan mewakili soroh tertentu...agar agama bali bisa lebih hindu dan pantas di sebut hindu bali, agar umat hindu bali tidak terpengaruh untuk meninggalkan hindu menjadi islam bali, kristen bali, buddha bali atau mungkin atheis bali he3
BalasHapusastungkara... moga hindu bali makin ajeg
HapusMohon Maav kekurang pengertian tiang tentang artikel niki..
BalasHapustiang sekarang berkasta brahmana dan untuk warna tiang kurg tau karena tiang menjalani 2 aktifitas yaitu sebagai staff dan juga penekun sepiritual, dan yang ingin tiang mengerti misalakan jika tiang menikah dengan kasta brahmin dan warna sudra, haruskah penamaan untuk anak/keturunan dirubah?
penamaan dibali berdasarkan wangsa, sangat bijak itu diajegkan...
Hapushanya saja, jnglah kedepannya mengkastakan wangsa kita masing2, sehingga melanggar aturan spiritual yg kita jalani bersama.. mogi rahayu
Waduh , Bagus Informasinya Bli , Padat dan Jelas...............
BalasHapussuksma Puniki.............. dan posting Informasi Mengenai Kebudayan Di Bali yang lain Lagi Ya saya Tungu Brow...
ingih suksma, ampura antuk bulan2 niki tyg durung wenten ngumpulang artikel, santukan persiapan akhir tahun :) mogi rahayu...
HapusSuksema artikelnya jro...''tyang tambahkan sedikit,jadi yg membedakan semua mahluk hidup khususnya manusia adalah ''KARMA'' "" OM SANTHI SANTHI SANTHI OM ""
BalasHapusmasalah karma adalah maslah pribadi yang agung... jadi setiap yg tercipta sudah membawa karmanya sendiri, karena hukum karma diciptakan olehNYA untuk mengikat ciptaannya...
Hapussuksma, mogi rahayu..
mohon diulas lebih detail ttg nama2 untuk sudra,apa arti dari wayan,made,nyoman dan ketut ???
BalasHapussampun tyg bahas nike...
Hapussilahkan kunjungi link niki... http://cakepane.blogspot.com/2012/07/nama-orang-bali.html
bagus artikel yg bagus aq org jawa jd ngrti apa itu kasta dan warna, dan arti2 nama
BalasHapusIda Bagus Gde Parwita
BalasHapusSaya sangat setuju untuk tidak lagi mempermasalahkan soal kasta, ataukah warna atau wangsa atau entah apa namanya. Namun dalam hal muput upacara tentu ada wewenang berbeda antara seorang yang masih ekajati, dan dwi jati. Pemangku, Pinandita, ini baru melaksanakan pawintenan saja tentu wewenangnya terbatas, bila dibandingkan oleh sang dwi jati ( yang sudah mapudgala). Sang Dwi jati ini bukan hanya pedanda, bisa Bhagawan, Resi, Empu yang semuanya termasuk golongan pandita. Sebab kalau wewenang ini diambil oleh eka jati ini namanya nyumuka. Saya kira begitu, bukan membeda-bedakan, hal ini karena kita mengenal istilah dwi jati, lahir kedua kali melalui guru nabe. Mohon maaf bila ada hal kurang berkenan.
inggih patut nike jro...
Hapushemat saya, kasta harus segera dihapus diBali..karena paham kasta itu sama dgn penyakit virus yang akan mnegerogoti ke universalan Hindu...
BalasHapustanpa dihapus pun, secara sosial kasta pasti terhapuskan
Hapusbisa dilihat dari kehidupan sosial saat ini...
yang dulunya fanatik kasta, tidak akan bs berbuat tanpa ditunjang oleh warnanya..
jadi... warnalah yg memegang status sosial saat ini, kembali seperti ajaran aslinya :)
Berarti jika ada seseorang naik pangkat dalam pekerjaan (dari karyawan OB jadi atasan),otomatis warna dan kastanya akan naik ya?
BalasHapustentu... warnanya pasti naik...
HapusSaya mau tanya, apakah ada peralihan kasta dari rendah ke kasta yang lebih tinggi?
BalasHapusterimakasih, mohon jawabany...
yang namanya kasta tidak akan ada peralihan...
Hapuskaren kasta menunjukan keturunan...
tapi, dalam pandangan hindu maupun pandangan bali moderen, kasta sudah ditinggalkan
masyarakat bali, sekarang sudah kembali ke paham agama, dimana agama menuliskan aturan warna
nah... mengenai bagaimana "warna sosial" di bali, sudah saya jelaskan di artikel ini, semoga bermanfaat :)
pacar saya bergelar ''anak agung'' dan saya sendiri muslim. saya dan pacar saya sudah 3 tahun dan ingin kejenjang lebih serius. menurut anda, apakah saat pernikahan nanti akan mengalamin kendala? :|
BalasHapusanda cewek atau cwok?
Hapussecara unum tidak akan ada kendala, asal ada kesepakatan dr awal tentang masa depan anda dan keluarga :)
HapusOSA :)
BalasHapussalam kenal tiang mahendra
tiang tertarik mendiskusikan artikel druwe yg membahas tntg sistem kasta di Bali
tiang cumpu indik kasta sebenarnya tidak disebutkan di Veda,tp wangsa punika bukankah didapat berdasarkan perjalanan hidup Beliau para leluhur kita pada jaman dahulu? bisa dibuktikan bahwa yang menurunkan raja-raja kelungkung (Ksatrya) adalah Ida Danghyang Soma Kepakisan yang notabene adalah saudara dari Ida Danghyang Semaranatha,dimana Danghyang Semaranatha menurunkan Ida Danghyang Nirartha yang menurunkan kaum Brahmana Siwa di Bali.
Nah,punapi pendapat ragane indik punika?
OSSSO
om swastiastu...
Hapuspatut kadi nikan jrone..
yening nakenang kasta, pateh kadi nyingak artikel ring ajeng...
sujatine sami mawit sakeng warna sane matiosan, nanging santukan kawikanang sakeng soang2 manusane, ngemolihang warna sane kasungkemang.
intinyane... manusa wikan, ngemargiang warnanyane,,, manusa tan wikan, ngangken warna leluhur/rerama'ne pateh kadi warna sane margiange mangkinang... nanging ipun lali, sire sujatina ragan ipun.. :)
trus adanya "warna" nika munculnya dari mana sujatinnyane jero?
Hapuswarna muncul dr adanya dharma.... napi dharma'n jro, nike sampun sane mewasta warna...
Hapusdarmaning pengusaha, nike mewasta wesia warna...
darmaning prajurit utawi pegawai negeri, nika wastane ksatria warna...
kadi nike sinamian
Becik pisan niki artikelne. Dumogi ajeg, ngiring melancaran ring situs BUWIk.com suksma...
BalasHapusOSA, mau nanya dikit ya? Gusti Randa dan Cok simbara masuk kasta yang mana ya,,,,?
BalasHapuskalau dimasukan ke kastu, sudah tentu dia tidak termasuk 4 kasta diatas (bali)
Hapusjadi logikanya... bila tidak termasuk dalam 4 kasta, maka orang tersebut adalah candala (budak).. he he he
tetapi... bila merujuk pada dasar veda, kedua orang tersebut memiliki warna sudra, yaitu orang2 yang mencari uang dengan mengandalkan bakatnya, jasmaninya...
Mudah2an yg fanatik membacanya! Krn sesuai pengalaman saya yg menyandang "kasta" biasanny ga tau menau. Mrk boleh berkata biasa(kasar) tp ketika temennya berkata biasa(kasar) kok temen yg berkasta marah2. Dasarrr!!! Mecelep buin kepepek i meme sana!
BalasHapusom swastiastu...
Hapusinggih... nike kembali kpd pengetahuan org yang kita ajak berbicara/berkomunikasi...
apabila orang yang kita ajak komunikasi tidak mengetahui sastra, maka mereka akan menganggap dirinya lebih pintar...
Masalah komunikasi tyang rasa siapapun akan tersinggung yen wenten nak sane bicara kasar terhadapnya,tyang sendiri lahir dipuri tapi biasa bicara manut sor singgih basa bali apalagi kepada yang usianya lebih tua apapun wangsanya
HapusSaya seorang yahudi saya pacaran dengan orang berkasta dibali,tolong bantu saya biar naik pangkat
BalasHapusBiar saya berkasta
asal mau menjadi orang bali, anda akan ikut kasta pacar anda...
Hapussangat teramat simple...
tapi, sesuai dengan ajaran kebenaran, Warna anda akan diikuti oleh profesi anda
Suksma Infonya bli, saya sebagai anak rantauan dari Bali sering mendapat pertanyaan mengenai hal ini, dan sekarang saya dapat mengerti lebih jauh dan dapat menjelaskan kepada mereka
BalasHapussaya tunggu artikel artikel bermanfaat lainnya
Suksma
BalasHapusartikelnya sangat jelas terutama buat orang bukan bali
keep writing..
Om swastiastu
BalasHapusOm swastiastu, mohon maaf saya ingin bertanya. Saya adalah laki laki yang lahir dari wangsa ksatria, saya memiliki pacar dari wangsa biasa dan memakai nama wayan. Pacar saya ini berasal dari negara. Namun orang tuanya dan keluarga besarnya di negara tidak mengizinkan saya untuk memiliki hubungan yang lebih serius lagi dengan dia. Padahal jika saya mengacu kepada sistem penamaan kasta bali dahulu pun tidak ada masalah mengenai pernikahan kami. Namun mengapa keluarganya mempermasalahkan saya yang berwangsa ksatria. Dan meminta nya untuk menikahi yang ber"kasta" sudra juga. Apakah ada pelarangan2 adat yang mempengaruhi ini khususnya di daerah negara dan masihkah kecenderungan masyarakat di daerah negara untuk mempertahankan sistem kekastaan dan adat dalam pernikahan yang "ortodox". Karena menilik komentar anda sudah banyak yang melakukan perkawinan berbeda kasta di daerah klungkung gianyar dan karangasem. Bagaimana dengan keadaan di negara?
BalasHapussuksma bli :) mohon penjelasannya :)
Ingat..,!! Kesempatan tidak akan datang untuk ke-2 kali……!!!
BalasHapusKami Hadir Utk Menjawab Kebutuhan Anda.Terhadap Produk Elektronik.Transaksi Aman DanTerpercaya.Kami Menawarkan Berbagai Jenis Type HP,LAPTOP dan CAMERA.DLL, Dgn Harga TERJANGKAU/ SUPER PROMO DI GUNUNG MAS PONSEL TEMPAT BELANJA ONLINE AMAN DAN TERPERCAYA. 100% BEBAS PENIPUAN
MINAT PIN BB: 582F8501 HUB/SMS:0851-4515-5828 klik web resmi kami di http://gunungmas-phone.blogspot.com/
Ready Stock! Samsung Galaxy A8 Rp.2.900.000
Ready Stock! oppo R5 Rp.3.000.000
Ready Stock! Apple iPhone 5 32GB Rp.2.500.000
Ready Stock! Apple iPhone 5S 32GB Rp.3.000.000
Ready Stock! Samsung Galaxy A3 A300H Rp.1.500.000
Ready Stock! Samsung Galaxy A5 A500F Rp.2.000.000
Ready Stock! Samsung Galaxy E5 E500H Rp.1.500.000
Ready Stock! Samsung Galaxy Grand Prime SM-530H Rp.800.000.
Ready Stock! Asus Zenfone 2 ZE551ML RAM 4GB Rp.2.000.000
Ready Stock! Samsung Galaxy S3 I9300 .Rp.1.500.000.
Ready Stock! Samsung Galaxy S6 32GB Rp.3.300.000
Ready Stock! Samsung Galaxy Note N7100.Rp.2.000.000.
Ready Stock! Samsung Galaxy Note 4 SM-N910H Rp.3.500.000
Ready Stock! Samsung Galaxy Note 3 Rp.2.000.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S5 Rp.2.000.000,
Ready Stock ! Samsung Galaxy S4 l9500 Rp.1.500.000
warna merah kuning putih hitam.......akan befungsi sesuai tempatnya ..... dalam pemuput juga begitu..sira atilar ring siwa sengsara pitrania... tidak ada kata fanatik didalam wangsa yang fanatik adalah orang yang ingin selalu diatas..;)
BalasHapuskenapa banyak tidak mau anak seorang imade perempuan tidak dikasi kawin ke orang sane mewasta kesatria.. takut kone tidak dapt mebakti di kemulan...karena sudah jadi jero.. itu tetapi mereka tidak tau konsep kemulan.di kira memuja leluhue karena berada di sanggah atau merajan .. didalam rong 3 kawita kemulan ada yang namnya bapanta ibunta dan raganta dimana yang tengah tengah adalah raganta berarti ia berarti siwa...diman konsep rong 3 yang tengah sebagai padmasari...semua bisa mebakti disana sesuai pengayatan..... itu yang kurang dipahami
BalasHapusbukannya ortodok..didalam kematian sang anak kone tidak boleh menyentuhayah atau ibu ... itu tidak benar sekarang ada dulu waktu remaja atau bajang bisa menyentuh bagian kaki tapi sekarang sudah jero menyentuh dri pundak sampai perut itu boleh tidak menyalahi...itu yang kurang dipahami
Klo menurut pemahaman orang yg menganut kastaisme dan atau dari sejarah,tinggian mana kasta I Gusti Agung dengan I Dewa/Ida I Dewa ya?mohon informasinya.
BalasHapusSebaiknya anda baca link ini dan pahami http://ibnukatsironline.blogspot.co.id/2015/05/tafsir-surat-nisa-ayat-24.html?m=1
BalasHapusJika tuduhan jahat anda tanpa dasar dan tidak ada permintaan maaf anda bisa dituduh penistaan terhadap agama lain
Dan baca link
BalasHapusinihttp://ibnukatsironline.blogspot.co.id/2015/07/tafsir-surat-al-muminun-ayat-1-11.html?m=1
Tidak ada kaitannya pengkastaan hindu oleh islam, jika anda tidak meralat maka anda sejatinya tukang fitnah dan penista agama
Dan baca link
BalasHapusinihttp://ibnukatsironline.blogspot.co.id/2015/07/tafsir-surat-al-muminun-ayat-1-11.html?m=1
Tidak ada kaitannya pengkastaan hindu oleh islam, jika anda tidak meralat maka anda sejatinya tukang fitnah dan penista agama
Ga perlu emosi lah saudaraku, jadilah rahmat bagi seisi alam dgn pengetahuanmu.
HapusGa perlu emosi lah saudaraku, jadilah rahmat bagi seisi alam dgn pengetahuanmu.
HapusGa perlu emosi lah saudaraku, jadilah rahmat bagi seisi alam dgn pengetahuanmu.
Hapuspemberian nama depan di bali tidak bisa di pungkiri itu adalah peninggalan budaya kasta di bali yang masih ajeg.
BalasHapus" Kasta mulai ada di India semenjak kedatangan Bangsa Arab dan Kristen" pernyataan ini perlu ditinjau lg dasarnya. Para peneliti umumnya percaya "kasta" dibawa oleh kaum arya ke india 1500 SM , jauh sebelum yesus lahir, kawan... Bagaimanapun juga peng-kasta-an hadir dalam banyak bentuk, kaya-miskin, cakap-jelek, pintar-bodoh, kulit putih-kulit berwarna, agama ini-agama anu.
BalasHapusSekian lama saya bermain togel baru kali ini saya
BalasHapusbenar-benar merasakan yang namanya kemenangan 4D
dan alhamdulillah saya dapat Rp.330 juta dan semua ini
berkat bantuan angka dari MBAH SANGKIL
karena cuma beliaulah yang memberikan angka
ghoibnya yang di jamin 100% tembus awal saya
bergabung hanya memasang 70 ribu karna
saya gak terlalu percaya ternyatah benar-benar
tembus dan kini saya gak ragu-ragu lagi untuk memasang
angkanya karna 4X berturut-turut saya menang
buat anda yang butuh angka 2d 3d 4d dijamin tembus
hubungi di nomor hp: (~0852~1049~3757~) MBAH SANGKIL
saya jamin beliau akan membantu kesusahan
anda apalagi kalau anda terlilit hutang trima kasih..
Datangnya bangsa arab dan kristen membuat India jadi menerapkan peng-kasta-an?
BalasHapusHmm.. kawan,
Lalu kenapa di arab-nya sendiri dari dulu sampai sekarang justru tak ada kasta2an? Di kristen juga tak ada tuh kasta2an?
Di barat sana, ada yg nama depannya Sir, Her, Lord. Tha's is mirip dg Kasta bro!
HapusKasta itu dri bhsa Portugis (Castil/pengkotakan). Makanya di barat kita prmh dgr/baca nama depan bule ada Sir, Her, Lord. Kasta Tdk ada dlm Hindu. Kasta ada disetiap lapisan Masyrakat. Dmnapun itu. Kasta itu diperjuangkan bukan Warisan. Ketika anda berjuang, sukses, jadi bigbos, kasta anda naik. Jika anda malas, miskin, kasta anda(dipandang) rendah oleh sbgian org. Kasta dlm bhs modern kita kenal dg Status Sosial.
BalasHapusWeda hanya mengenal Konsep Varna(Bakat/Talenta) yg ada Empat jenis. Yakni, Catur Varna (dibaca warna)
Catur(4) Varna dlm Weda disalah artikan mnjadi Kasta(stlh abad ke 14 / Max Muller). Varna adalah bakat/talenta ketika manusia lahir.
Ke 4 VARNA(warna) tsb an;
1.Brahmana(alim ulama) yg berbakat dbidang agama (dg menekuni agama, maka akan dhormati.(anda mnghormati guru agama / kyai anda kan? Ya, kami jga hornati pendeta kami). Mnghormati beda dg menganggap "berkasta" paling tnggi.
2.Ksatria mreka lahir dg bakat pemberani, heroik, ccok jd aparat (polisi TNI, pejabat, abdi negara dll).
3.Vaisya, mreka lahir dg bakat jiwa bisnis yg tnggi (pedagang)/pencipta lapangan kerja.
4.Sudra, mreka yg lahir hanya bsa mencari kerja(berburuh), mnjadi karyawan, tukang yg hanya mngandalkan otot dan otak (10-20%)
Urutan keempat varna diatas bukan brrti tingkatan, tapi bgtulah adanya khidupan. Smua berbakat. Smua bsa multi bakat (multi talenta/varna). Silahkan cari bakatmu, temukanpassion-mu, world is wide enough bro!
Ingat, saat expansi barat, kita kenal dgn "devide et impera", maka dbntuklah Kasta tsb kala pnjajahan, krn mreka mengusung misi 3G (Gold, Gospel, & Glory).
By, Goes Traveler
(Subscribe Youtube ya!)
Butuh Bandar Online terpercaya ?
BalasHapusYuk join aja menjadi member Di TogelPelangi
Menyediakan permainan ;
Togel
Live dd48red blue
serta memberikan prediksi terakurat
DISKON Pemasangan :
4D ; 66%
3D : 59%
2D : 29%
Support 4 Bank terbaik :
BCA
MANDIRI
BNI
BRI
Hot Promosi Jackpot Super Lucky
Promo New Member
Komisi Referal 1%
Daftar sekarang bos : www.togelpelangi.com/daftar
Info dan contact :
BBM D8E23B5C
LINE togelpelangi
No telp.dan W.a +85581569708
Silahkan bos
MANTAAAP! SETUJU SAMA ARTIKEL NYA!
BalasHapussaya tambahkan beli dengan ilmu cucoklogi yang saya miliki. beda jaman beda cerita.
BalasHapusjaba wangsa adalah = jaba wangsa bersaal dari kata jabag dan wangsa. jaba bisa kita konotasikan jabag (adalah orang orang yang jabang terhadap orang lain berbicara kasar, ngapak - apak, tidak bisa menghormati orang lain. biar dia para Idebagus, para gusti maupun para dewa ayu. asal bahasanya jabang terhadap orang lain. berarti......
Artikel yg sangat bagus dan mencerahkan. Tp sy ada sdikit bingung.
BalasHapusDisini admin tegas mengatakan istilah kasta sebenarnya tidak ada di bali (weda). Tapi dlm tulisan anda yg lain (misal di judul: Nama Orang Bali) disana anda tetap menulis kata "kasta" bahkan SEOLAH-OLAH itu sama dengan wangsa. Ini jelas kliatan penulis tidak konsisten. Apa tidak sebaiknya itu diperbaiki? Maaf, ini hanya masukan. Suksma.
https://bayanlarsitesi.com/
BalasHapusGöktürk
Yenidoğan
Şemsipaşa
Çağlayan
U1YX14
Kocaeli
BalasHapusDenizli
Bursa
istanbul
Van
C75JT
Balıkesir
BalasHapusBursa
Mersin
Konya
Van
3İ0
76E68
BalasHapusKayseri Parça Eşya Taşıma
Kayseri Evden Eve Nakliyat
Bitlis Parça Eşya Taşıma
Düzce Parça Eşya Taşıma
Ordu Parça Eşya Taşıma
7F9AB
BalasHapusSamsun Parça Eşya Taşıma
Tekirdağ Evden Eve Nakliyat
Gölbaşı Boya Ustası
Aksaray Şehirler Arası Nakliyat
Hakkari Evden Eve Nakliyat
Sincan Fayans Ustası
Düzce Parça Eşya Taşıma
Bitrue Güvenilir mi
Ünye Oto Lastik
B2EFA
BalasHapusmersin sohbet siteleri
muğla sesli sohbet mobil
en iyi görüntülü sohbet uygulaması
bilecik canlı sohbet sitesi
manisa nanytoo sohbet
mersin bedava sohbet
sesli sohbet mobil
bartın canlı görüntülü sohbet odaları
aydın canli sohbet
7C98E
BalasHapusmaraş sesli sohbet siteleri
istanbul sohbet chat
kastamonu mobil sesli sohbet
amasya kadınlarla rastgele sohbet
görüntülü sohbet uygulama
bartın random görüntülü sohbet
rastgele sohbet odaları
bayburt görüntülü sohbet canlı
manisa sohbet uygulamaları
5C496
BalasHapusJns Coin Hangi Borsada
Soundcloud Beğeni Hilesi
Binance Yaş Sınırı
Coin Üretme
Coin Madenciliği Siteleri
Telegram Görüntüleme Hilesi
Coin Nasıl Alınır
Tumblr Takipçi Satın Al
Spotify Dinlenme Satın Al
AFC48
BalasHapusyearn
arculus
defilama
poocoin
trezor suite
shiba
trust wallet
ellipal
quickswap