Google+

Sri Smara Kepakisan (1380 – 1460 M)

Dalem Ketut Ngulesir - Raja Bali III 


merupakan putra bungsu Sri Kresna Kepakisan. Dengan adanya kemerosotan pemerintahan di Samprangan, Akhirnya Kyai Klapodyana / Kyai Kubon Tubuh (Kyai Bendesa Gelgel) mengambil inisiatif mencari Dalem Ketut Ngulesir. Dhalem Ketut Ngulesir ditemui di rumah judi di desa Pandak Tabanan, sedang bermain judi. 

Setelah dengan berbagai usaha, Setelah didaulat dan diyakinkan oleh Kyai Bendesa Gelgel, sampai-sampai Kyayi Bendesa Klapodyana menyerahkan rumahnya untuk istana raja, baru bersedia menggantikan kakaknya. Beliau beristana di kediaman Kyai Bendesa Gelgel, yang kemudian disebut Suweca Linggarsapura. Maka, mulailah Kerajaan Gelgel dengan raja Ida I Dewa Ketut karena tampannya bergelar Sri Smara Kepakisan atau Dalem Ketut Smara Kepakisan.

Sekilas Perjalanan Dalem Tarukan ( Dalem Tampuwagan )


merupakan putra ke dua Raja bali I, Sri KresnaKepakisan. Untuk menghindari konflik dengan saudara beliau Dalem AgraSamprangan, beliau memilih untuk keluar dari Puri Samprangan dan menetap di Daerah Tarukan di sebelah utara Puri bedahulu (istana Sri Arta Sura Bumi Banten).

Setelah selesai membangun Puri, Dalem Tarukan menikahi seorang gadis dari Gunung Lempuyang. Karena belum mempunyai putra, beliau mengajak kemenakannya, yaitu cucu Dalem Wayan, Raja Blambangan, bernama: Kuda Penandang Kajar untuk tinggal bersama-sama di Puri Tarukan. Kuda Penandang Kajar adalah seorang pemuda yang tampan, gagah, dan mempunyai kekuatan batin yang tinggi, khusus untuk meneliti apakah tanah ada kandungan emasnya atau tidak. Karena itulah Puri Tarukan sangat mewah dan terkesan kaya raya karena dipenuhi ornamen emas murni. Dalem Tarukan sangat menyayangi kemenakannya.

Dalem Agra Samprangan (1373 M)

Raja Bali II



Setelah DalemKresna Kepakisan wafat maka putra beliau yang tertua yaitu Dalem Sri Agra Samprangan menggantikan beliau menjadi adipati di Bali dan masih berkeraton di Samprangan. Menurut Babad Dalem , Sri Agra Samprangan mempunyai putri I Dewa Ayu Muter 
Di awal pemerintahan Dalem Sri Agra Samprangan (tahun 1373 M atau 1295 isaka) terasa situasi di Puri Samprangan memburuk, yaitu adanya upaya mengadu domba Raja dengan adik-adik beliau yang dilakukan oleh para Menteri dan pembantu dekat Raja. Untuk menghindari pertengkaran, maka kedua adik Dalem yaitu Dalem Di-Madia dan Dalem Ketut, memilih tinggal di luar istana.

Sri Kresna Kepakisan (Raja Bali I 1352 - 1380 M)

Adipati Bali I setelah ekspedisi Majapahit

DALEM WAWU RAWUH

Wakil Kerajaan Majapahit di Bali


Sikap Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang menentang dan tidak bersedia tunduk dibawah kekuasaan Majapahit menimbulkan ketegangan antara Kerajaan Bali dan Kerajaan Majapahit. Maka kerajaan majapahit pun menyerang Bali dan berhasil mengalahkannya. Setelah berhasil menguasai Bali dengan menaklukkan Raja Bali Kuna Sri Astasura Ratna Bumi Banten pada tahun 1343 M, sesuai dengan sumpah Palapa yang didengungkan Rakyan Gajah Mada, maka terjadi kekosongan kekuasaan di Bali. Expedisi Majapahit ini dilakukan pada jaman pemerintahan Tribuwana Tunggadewi yang berkuasa pada periode 1328 – 1350 M.

Setelah kekalahan Kerajaan Bedulu maka Pulau Bali dapat dikuasai sepenuhnya oleh Majapahit maka Pemerintahan sementara diserahkan kepada Mpu Jiwaksara yang kemudian bergelar Ki Patih Wulung. Beliau menempatkan pusat Pemerintahan di Gelgel. - Namun demikian walaupun Bali sudah dikalahkan Majapahit, tidak berarti rakyat dan tokoh-tokoh Bali Aga sudah menyerah. sering terjadi perselisihan antara orang-orang Bali-Aga dengan pasukan Majapahit yang ditugaskan menjaga keamanan di Bali.

Pura Pedharman Pasek di Besakih

Daivadyantamtadiheta Pitradyantamna tad bhavet.
Pitradyantamtvihhamanah Ksipram nasyati sanvayah.
(Manawa Dharmasastra.III.205).
Maksudnya: Hendaknya seseorang itu melakukan upacara Sraddha terlebih dahulu dan berakhir dengan pemujaan para Dewa. Hendaknya jangan berakhir dengan pemujaan leluhur. Karena pemujaan yang hanya berhenti pada pemujaan leluhur akan cepat hancur bersama keturunannya. 

keterangan:

  1. Bale Piasan
  2. Bale Sakulu (Saka-8)
  3. Bale Menjangan Saluwang Linggih Mpu Kuturan
  4. Bale Pelinggih
  5. Meru Tumpang-7 Linggih Mpu Semeru
  6. Meru Tumpang-3 Linggih Mpu Gni Jaya
  7. Bale Pepelik
  8. Bale Pelinggih Sari
  9. Bale Pengaruman
  10. Bale Lempeh
  11. Bale Panjang

Sekilas Perjalanan Kerajaan Dibali


Di mata masyarakat Bali, babad merupakan warisan Leluhur yang sangat di puja dan diyakini sebagai sebuah kebenaran, masih hidup ditengah-tengah masyarakat Bali sampai sekarang, termasuk para peneliti baratpun merintis jalan melalui studi babad yaitu C.C. Berg telah menulis artikel Javaansch Geschiedschrijving dan Javaansch Balische Historicsche Geschrieten Kidung Pamancangah”(1929) dan seorang ilmuwan dari Australia bernama Helen Creese, menulis Balinise Babad as Historical Sources : A Reinterprestation of the Fall of Gelgel (1991), semua penulis barat itu tidak dilengkapi dengan refrensi yang lengkap dan valid baik dari segi sumber data maupun benang merahnya. Mereka para sejarahwan dan ilmuwan berusaha untuk merekontruksi babad yang bersifat tradisional dan lokal yang dibentuk dari kultur yang membentangkan riwayat, sehingga sifat-sifat dan kultur itu mempengaruhi bahkan menentukan penulisan sejarah (historiografi) selalu mencerminkan kultur yang menciptakannya ( Sartono Kartodirjo, 1968 : 25).

Raja Bali Kuno pra Ekpansi Majapahit Tahun 1343


Prasasti adalah ketetapan resmi yang dikeluarkan oleh para raja Bali Kuno. Prasasti menjelaskan tentang aturan yang telah disepakati bersama. Teks prasasti jarang menjelaskan tentang asal usul keturunan para raja itu. Karena tidak dijumpai secara pasti nama keturunannya, juga secara parsial terputus tahun prasasti yang dikeluarkan dari raja satu ke raja yang lain, maka menimbulkan berbagai macam penafsiran tentang kisah peristiwa apa yang telah terjadi dalam kehidupan mereka terdahulu. Adakah hubungan kekerabatan antara raja satu dengan raja sebelumnya, berapa lama mereka berkuasa, tahun berapa mereka meninggal dan dimana dicandikan? Adakah terjadi pengambilalihan kekuasaan secara paksa dari kerabat dekat raja maupun dari orang luar?