Google+

Sirarya Ngurah Tabanan I – Babad Arya Tabanan

Sri Magada Nata / Arya Yasan - Raja Tabanan II

Arya Pucangan I, Putera sulung Arya Keceng tidak tertarik memegang pemerintahan. Maka kerajaan Pucangan (Buwahan) diperintah oleh adiknya Arya Pucangan II bergelar Arya Ngurah Tabanan.

Adapun Kyai Tegeh Kori pindah ke Badung, di sebelah selatan Setra Badung. Beliau memerintah wilayah Badung, membuat bendungan di Pegat. Selanjutnya menurunkan warga besar yang disebut Para Gusti Tegeh. Sedangkan yang paling bungsu seorang perempuan tetap tinggal di istana Pucangan.
Sri Megada Nata mempunyai putera :
  1. Arya Ngurah Langwang
  2. Ki Gusti Made Kaler / Utara ( menurunkan Keluarga Besar Jero Subamya )
  3. Ki Gusti Nyoman Dawuh / Pascima (Menurunkan Keluarga Besar Jero Pameregan)
  4. Ki Gusti Ketut Dangin / Wetaning Pangkung ( Menurunkan Pragusti Lod Rurung, Kesimpar & Srampingan )
  5. Ki Gusti Samping Boni ( Menurunkan Pragusti Ersania, Kyayi Nengah & Kyayi Titih )
  6. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak ( Menurunkan Pragusti Ancak & Angligan )
  7. Ki Gusti Ketut Lebah

Arya Kenceng - babad arya kenceng

Arya Kenceng Pendiri Kerajaan Pucangan/Buwahan

adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan Bali bersama Mahapatih Gajah Mada. Banyak versi mengenai keberadaan Arya Kenceng, dalam beberapa babad, misalnya Babad Arya Tabanan, dinyatakan bahwa Arya Kenceng adalah adik dari Arya Damar, yang lain mencatat Arya Kenceng identik dengan Arya Damar, dan beberapa naskah lontar menyatakan beliau adalah anak dari Arya Damar.

Adwaya Brahman Shri Tinuheng Pura ( Beliau yang di hormati di Singasari & Majapahit ) beristrikan Dar Jingga ( Sira Alaki Dewa / beliau yang bersuami seorang Dewa ), berputra :
  1. Raden Cakradara (suami Tribhuwana Tungga Dewi)
  2. Arya Damar / Adityawarman Raja Palembang
  3. Arya Kenceng
  4. Arya Kuta Wandira
  5. Arya Sentong
  6. Arya Belog (arya tan wikan)

Sekilas tentang Arya Damar

Adityawarman / Arya Damar 

yang bergelar Udayadityawarman Prataparakramarajendra Mauliwarmadewa, adalah seorang panglima Majapahit abad ke-14 yang kemudian menjadi uparaja (raja bawahan) Majapahit untuk wilayah Sumatera. Di katakan bahwa Arya Damar menjadi raja di Palembang, sebab penulis babad Jawa menganggap Palembang yang dulunya pusat Sriwijaya, mengacu pada Melayu atau Sumatera. Sebenarnya Arya Damar alias Adityawarman bukan menjadi raja di Palembang melainkan di Hulu Batang Hari Jambi, tepatnya di Kerajaan Darmasraya yang merupakan kerajaan kakeknya yaitu Prabu Mauliwarmadewa yang merupakan ayah dari Dara Jingga ibu dari Adityawarman.

Adityawarman adalah pendiri Kerajaan Pagaruyung di Sumatra Barat pada tahun 1347, dan ia adalah seorang panglima Kerajaan Majapahit yang berdarah Melayu. Ia adalah anak dari Adwaya Brahman seorang kerabat Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari yang memangku jabatan sebagai Menteri Hino yaitu jabatan tertinggi setelah Raja pada masa pemerintahan Kerajaan Singhasari.

Sistim Kasta Di Bali

Sistim Kasta di Bali

Sampai saat ini umat Hindu di Indonesia khususnya di Bali masih mengalami polemik. Hal ini menyebabkan ketidaksetaraan status sosial diantara masyarakat Hindu. Masalah ini muncul karena pengetahuan dan pemahaman yang dangkal tentang ajaran Agama Hindu dan Kitab Suci Weda yang merupakan pedoman yang  paling ampuh bagi umat Hindu agar  menjadi manusia yang beradab yaitu memiliki kemampuan bergerak (bayu), bersuara (sabda) dan berpikir (idep) dan berbudaya yaitu menghormati sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa tanpa membedakan asal usul keturunan, status sosial, dan ekonomi.

Banyak Orang terpengaruh terhadap propaganda pandangan orang-orang Barat tentang Kasta, padahal di Hindu (Veda) tidak ada kasta yang ada adalah "WARNA".

Apa itu KASTA..?


Nama Orang Bali

Nama Orang Bali

Nama orang Bali ini merupakan salah satu keunikan yang ada di Bali dan hingga saat ini sebagian besar orang Bali masih menggunakannya.
Mungkin Anda yang bukan orang Bali bertanya-tanya; mengapa nama depan orang Bali ada kemiripan satu sama lainya. 

Orang Bali umumnya memiliki nama depan seperti I Putu, I Wayan, I Gede, I Made, I Nyoman, I Ketut, dst. Ada juga yang memiliki nama depan seperti: Ida Bagus, Cokorda, I Gusti, Anak Agung, dst. Lalu apa sebenarnya makna dari nama depan tersebut?

Nama Orang Bali pada umumnya relatif panjang. Sebagai contoh I Dewa Agung Made Mahendra. Cukup panjang bukan? Itu padahal nama intinya hanya satu kata yaitu “Mahendra”, bisa jadi lebih panjang lagi jika nama intinya lebih dari satu kata.

Lalu apa maksud dari “I Dewa Agung Made” pada nama saya?

Sejarah Kota Cakranegara - Lombok

Pada masa pemerintahan Dalem Watu Renggong (abad XV), kerajaan Gelgel di pulau Bali mengalami puncak kebesaran. Daerah kekuasaannya sampai di luar pulau Bali meliputi : Lombok, Sumbawa, dan Blambangan.[1]
 
Setelah Dalem Watu Renggong meninggal, ia digantikan oleh dua orang putranya yang belum dewasa, yaitu yang sulung bernama I Dewa Pemayun, kemudian setelah di angkat menjadi raja bergelar Dalem Bekung dan yang lebih kecil bernama I Dewa Anom Saganing, bergelar Dalem Saganing.
Karena umurnya masih muda, dalam menyelenggarakan pemerintahannya, mereka di dampingi oleh lima orang yaitu :
  1. I Dewa Gedong Arta,
  2. I Dewa Anggungan,
  3. I Dewa Nusa,
  4. I Dewa Bangli,
  5. I Dewa Pasedangan.

sekilas tentang Arya Banjar Getas ( babad Lombok dan babad Seleparang )

Hingga saat ini, sudah cukup banyak babad di Lombok yang sudah dikenali bahkan sudah dtranskripsi ke dalam tulisan latin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di antara babad-babad tersebut misalnya; babad Lombok, babad Seleparang, Babad Sakra, Babad Praya dan lain-lain. Pada umumnya, babad-babad tersebut mengungkapkan peristiwa penting yang pernah dialami ditempat-tempat tertentu, misalnya, Babad Sakra yang menceritakan penyerangan Karangasem ke daerah Sakra, atau babad Praya yang menceritakan penyerangan yang dilakukan Karangasem ke Praya.

Babad Lombok menceritakan tentang riwayat dari Nabi Adam hingga hancurnya dua kerajaan besar di Lombok yakni Pejanggik dan Seleparang, sementara Babad Seleparang hanya mengambil sebagian dari rentang peritiwa tersebut yakni kehancuran Pejanggik dan Seleparang.