Google+

Babad Bali Keturunan Pasek Tangkas Kori Agung

Babad Bali Keturunan Pasek Tangkas Kori Agung

Pada masa pemerintahan I Dewa Ketut Ngulesir sebagai Dalem Gelgel dengan gelar Cri Smara Kapakisan dinobatkan pada Tahun Caka 1302 (tahun 1380 M) dan memerintah sampai dengan tahun Caka 1382 (tahun 1460 M), I Gusti Tangkas diangkat sebagai Anglurah di Kerthalangu bergelar I Gusti Pangeran Tangkas. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama I Gusti Tangkas Dhimadya alias I Gusti Keluwung Cakti. Sayang, anaknya ini tidak bisa membaca. Kebodohannya ini berakibat fatal. Pada suatu hari, dalem Gelgel mengirim surat kepada I Gusti Pangeran Tangkas.

Surat itu dibawa oleh seorang yang dinyatakan bersalah. Surat itu isinya antara lain bahwa si pembawa surat harus dihabisi jiwanya oleh I Gusti Pangeran Tangkas. Namun setibanya perutusan dari Gelgel itu di Kerthalangu, I Gusti Ngurah Tangkas tidak ada dirumah karena sedang berpikat (mencari burung). Kemudian surat tersebut diberikan kepada I Gusti Tangkas Dhimadya. Dan si pembawa surat tadi kembali ke Gelgel dan terhindar dari malapetaka. Sebaliknya, I Gusti Tangkas Dhimadya menemui nasib malang. Akibat buta huruf, akhirnyamenjadi korban pembunuhan di tangan ayahnya sendiri. Sebab di dalam surat tersebut disebutkan siapa yang menyerahkan surat supaya dibunuh. Loyalitas I Gusti Pangeran Tangkas terhadap Dalem tampaknya tanpa perhitungan, sampai mengorbankan anaknya tanpa dosa.

Babad Bali Kisah Gde Pasar Badung

Babad Bali Kisah Gde Pasar Badung

Tersebutlah keturunan Gde Pasar badung diangkat menjadi Bandesa di Desa Kayuan (Karangasem). Sebab itu ia disebut Bandesa Kayuan. Entah berapa lama ia menjadi Bandesa di desa Kayuan, ia lalu menurunkan du anak laki-perempuan yang bernama:

  1. Luh Kayuan
  2. De Kayuan. 
Selagi jejaka, De Kayuan meninggal dunia. Bandesa Kayuan sangat sedih hatinya, karena ditinggal oleh anaknya. Jenazahnya sudah diupakarakan sebagai mana mestinya. Kemudian datanglah brahmana Buddha dari pasraman dalam Wanakeling, Madura. Brahmana yang sedang melakukan perjalanan dharma wisata itu bernama Danghyang Kanaka. Di dalam perjalanannya keliling Bali, beliau sampai di desa Kayuan dan beristirahat di depan rumah Bandesa Kayuan.


Ketika Bandesa Kayuan keluar rumah, ia menjumpai Danghyang Kanaka. Danghyang Kanaka menjelaskan, bahwa beliau datang ke sana di dalam perjalanannya berdharma wisata ingin mengetahui keadaan sebenarnya. Danghyang Kanaka juga menjelaskan, Pulau Bali sangat terkenal keindahannya.

Babad bali Keturunan Pasek Penida

Babad bali Keturunan Pasek Penida

Adapun Pasek Dangka di Banjar Penidakaja, Desa Tembuku, selanjutnya di sebut Pasek Penida, kemudian menurunkan anak laki-laki yang bernama:

  1. Pasek Penida di Banjar Umbalan, Desa Yangapi,
  2. Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi,
  3. Pasek Penida di Banjar Penatahan, Desa Susut, 
  4. Pasek Penida di Banjar Penyalian, Desa Kawan, Bangli,
  5. Pasek Penida di Banjar Kaleran, Desa Bungbungan, 
  6. Pasek Penida di Banjar Muku, Desa Rendang, Karangasem. 
Kemudian Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi menurunkan anak laki-laki, yaitu 


  1. Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi, 
  2. Pasek Penida di Banjar Metratengah, Desa Yangapi, 
  3. Pasek Penida di Banjar Kaja, Desa Kintamani, Bangli. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan atau Pasek Kedangkan

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan atau Pasek Kedangkan

Pada tahun saka 1272 Raja Majapahit mengangkat Sri Kresna Kepakisan sebagai Adhipati Bali berkedudukan di Sampelangan. Pada waktu itu De Pasek Lurah Kadangkan diangkat menjadi pimpinan pasukan Dulangmangap oleh Adhipati Sempelengan Sri Kresna Kepakisan, kemudian De Pasek Lurah Kadangkan menurunkan putra laki-laki, yaitu:

  1. Pasek Dangka di Banjar Dukuh, Desa Nyalian, Klungkung,
  2. Pasek Dangka di Banjar Penidakaja, 
  3. Pasek Dangka di Banjar Kaler, Desa Selumbung,Karangasem,
  4. Pasek Dangka di Banjar Balerpasar, Desa Rendang Krangasem, 
  5. Pasek Dangka di Banjar Batahbuah, Desa Kesiman, Badung. 
Selanjutnya Pasek Dangka di Banjar Dukuh, Desa Nyalian menurunkan tiga anak laki-laki, masing-masing bernama:
  1. Pasek Dangka di Banjar Lebah, Desa Keramas, Gianyar, 
  2. Pasek Dangka di Banjar Kemulan, Desa Jagapati, Badung
  3. Pasek Dangka di Banjar Siladan, Desa Tamanbali, lalu menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Dangka di Banjar Sema, Desa Melinggih, Payangan, Gianyar.

Kemudian Pasek Dangka di Banjar Balerpasar, Desa Rendang menurunkan seorang anak laki-laki yakni Pasek Dangka di Banjar Sakih, Desa Guwang, Sukawati Gianyar. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Ngukuhin

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Ngukuhin

Tentang De Pasek Lurah Ngukuhin di Banjar Pengukuh Peraupan, Desa Peguyangan, Badung, kemudian pindah ke Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar, ia lalu menurunkan putra,yang masing-masing bernama:

  1. Pasek Ngukuhin di Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar,
  2. Pasek Ngukuhin di Banjar Desa, Desa Angantaka, 
  3. Pasek Ngukuhin di Banjar Tengah, Desa Buduk, 
  4. Pasek Ngukuhin di Banjar Gamonganisin, Desa Silamadeg, Tababnan. 
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar Maospahit, Desa Keramas menurunkan anak laki-laki. Yang sulung bernama:


  1. Pasek Ngukuhin di Banjar Kanginan, Desa Tejakula, Buleleng, 
  2. Pasek Ngukuhin di Banjar Bucu, Desa Bungbungan, Klungkung, 
  3. Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub, Desa Celuk, Gianyar, 
  4. Pasek Ngukuhin di Banjar Belah Tanah, Desa Batuan, 
  5. Pasek Ngukuhin di Banjar Kebon, Desa Belahbatuh,
  6. Pasek Ngukuhin di Banjar Bonakangin, desa Belaga, Gianyar.

Lahirnya Kebo Iwa - Arya Karang buncing Ndewasraja Di Pura Pasek Gaduh

Lahirnya Kebo Iwa - Arya Karang buncing medewasraja Di Pura Pasek Gaduh

Pada tahun saka 829 sang jayakaton menjadi patih berkedudukan di desa belah batuh,gianyar. Ia terkenal sangat pandai di dalam melakukan beberapa jenis pekerjaan. Karya besarnya antaralain adalah sebuah candi di desa belahbatuh. Kemudian sang jayakaton menurunkan seorang anak laki-laki bernama Arya Rigih. Selanjutnya arya rigih menurunkan dua anak laki-laki. Yang sulung bernama narottama yang seterusnya ikut kepada sri airlangga ke jawa. Selanjutnya di Bali, arya rigis menurunkan seorang anak laki-laki bernama arya kedi. Kemudian arya kedi menurunkan anak laki-perempuan yang lahir bersamaan, sebab itu dinamakan arya karangbuncing. Anak kembar itu lalu di kawinkan. Setelah cukup lama bersuami istri, tetapi belum menurunkan anak, menyebabkan mereka sedih. Lalu mereka memohon waranugraha ida sang hyang widi wasa dan leluhur pasek gaduh di banjar tengah, desa belahbatuh. Dengan ndewasraya di pura pasek gaduh, mereka mohon kemuran hyang widhi wasa dan leluhur pasek gaduh agar dikaruniai anak. Mereka juga mesesangi, apabila permohonannya berhasil, mereka akan ikut memelihara dan nyungsung pura pasek gaduh di banjar tengah, desa belah batuh, disamping memelihara dan nyungsung di Pura Karangbuncing.

Atas kemurahan Hyang Widhi Wasa dam leluhur pasek gaduh, mereka melahirkan seorang anak laki-laki dan dibernamaa kebo waruga

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Gaduh atau Pasek Gaduh

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Gaduh atau Pasek Gaduh

Adapun De Pasek Lurah Gaduh di Banjar Peminggir, Desa Gelgel menurunkan anak laki-laki yang bernama:

  1. Pasek Gasuh di Banjar Peminggir, Desa Gelgel, Klungkung. 
  2. Pasek Gaduh di Banjar Watugiling, Desa Kukuh, Karangasem. 
  3. Pasek Gaduh di Banjar Pucangan, Desa Kayubini. 
Pasukan Bangli mengalami kekalahan, menyebabkan orang-orang Banjar Pucangan, Desa Kayubini menjadi kacau dan ketakutan serta melarikan diri termasuk Pasek Gaduh. Akhirnya mereka sampai di Desa Selisihan, Klungkung. Di sana mereka diterima oleh pemimpin Desa Selisihan yaitu Pasek Dangka yang berasal dari satu leluhur. Mereka kemudian diberi tanah untuk tempat tinggalnya di desa Selisihan.


Oleh karena Banjar Pucangan, Desa Kayubini sudah dihancurkan oleh pasukan Buleleng, maka mereka tidak lagi kembali ke Banjar Pucangan, Desa Kayubini, Bangli, melainkan tetap tinggal di Banjar Kanginan, Desa Selisihan, Klungkung. 
Kemudian Pasek Gaduh menurunkan dua orang anak, yaitu 

  1. Pasek Gaduh di Banjar Belimbing, Desa Tusan, Klungkung
  2. Pasek Gaduh di Banjar Belimding, di desa Tusan 

Babad Bali Keturunan Mpu Dangka

Babad Bali Keturunan Mpu Dangka

Mpu Dangka adalah putra Bungsu dari Bhatara Mpu Gni Jaya dan bertempat tinggal di Kerajaan Daha, Jawa Timur, lalu kawin dengan putrinya Mpu Sumedang. Dari Perkawinannya itu, beliau berputra seorang anak laki-laki yang sesudah pudgala bergelar Mpu Wiradangkya.

Kemudian Mpu Wiradangkya kawin dengan Ni Dewi Sukerti, menurunkan tiga orang puta laki-perempuan yang bernama:

  1. Sang Wira Dangka,
  2. Ni Ayu Dangki, 
  3. Ni Ayu Dangka. 
Mereka tinggal di Kerajaan Daha, Jawa Timur. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Salahin

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Salahin

Adapun De Pasek Lurah salahin di Banjar Kaja, Desa Suwat, Daerah Gianyar, lalu pindah ke Banjar Kaler, Desa Tojan, daerah Klungkung kemudian menurunkan lima orang anak laki-laki:

  1. Pasek Salahin di Banjar Kaler, Desa Tojan, Daerah Klungkung, 
  2. Pasek Salahin di Banjar Tampuagan, Desa Peninjoan Daerah Bangli, 
  3. Pasek Salahin di Banjar Mertesari, 
  4. Pasek Salahin di Banjar Keseh. 
  5. Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Simpar, Daerah Karangasem, 
Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Simpar kemudian menduduki jabatan Bandesa lalu disebut Bandesa Simpar. menurunkan:


  1. Pasek Salahin di Banjar Kebung, Desa Sidemen, 
  2. Pasek Salahin di Banjar Yangapi, Desa Yangapi, Bangli, 
  3. Pasek Salahin di Banjar Gantas kanginan, Desa Buruan, 
  4. Pasek Salahin di Banjar Bonakaja, Desa Belega, Daerah Gianyar.

Seterusnya Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Simpar yang bergelar Bandesa Simpar menurunkan danak laki-laki, yaitu:

  1. Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Abang,
  2. Pasek Salahin di Banjar Tulamben Desa Kubu, Karangasem. 
  3. Pasek Salahin di Banjar dan Desa Kubu, 
  4. Pasek Salahin di Banjar Lebah, Desa Datah, 
  5. Pasek Salahin di Banjar Biaslantang, Desa Culik, 
  6. Pasek Salahin di Banjar Kanginan, Desa Selembuna, daerah Karangasem, 
  7. Pasek Salahin di Banjar Dauhuma, Desa Bitera, Gianyar, 
  8. Pasek Salahin di Banjar Kajakangin, Desa Bondalem, 
  9. Pasek Salahin di Banjar Tengah, Desa Bondalem Buleleng. 
  10. Pasek Salahin di Banjar Kajanan, Desa Ngis, Daerah Karangasem. 

Pasek Kubayan di Desa Wangayagde Membantu Sagung Wah

Pasek Kubayan di Desa Wangayagde Membantu Sagung Wah (Ratu Tabanan)

Pada hari Kemis Keliwon, Wara Ukir, tanggal 20 september 1906 Kerajaan Badung jatuh ke tangan pemerintah Belanda, setelah mengadakan perlawanan sengit secara puputan. Dengan dikalahkan kerajaan Badung, pemerintah Belanda mulai memalingkan pandangannya kepada kerajaan Tabanan. 

Dan ada hari selasa kliwon, wara kulantir, tanggal 25 september 1906 pemerintah Belanda mulai mengerahkan serdadu-serdadunya untu menyerang Tabanan. Tabanan di kurung dan diserang dari dua jurusan dari sebelah timur dan selatan, dan serdadu yang menyerang dari sebelah timur sebelumnya sudah di kosentrasi di Desa Beringkit. Sedang serangan dari sebelah selatan diadakan dari pantai Yeh Gangga dengan menempatkan beberapa buah kapal perang, lalu menembaki tabanan dengan meriam-meriamnya. Namun pasukan Marine Belanda ini tidak besar. Sebab itu serangan terhadap Tabanan dilakukan dari sebelah Timur, dan setelah perang selama dua hari yaitu pada hari kemis paing, wara kulantir, tanggal 27 september 1906, Belanda baru bias menduduki Tabanan.

Dengan tipu muslihat yang licik sebelumnya pemerintah Belanda telah berhasil menawan Raja Tabanan bernama Anak Agung Ngurah Rai Perang yang juga di sebut I Ratu Singhasana Tabanan. Di samping itu juga putra raja Tabanan bernama I gusti Ngurah Gde Pegeg ikut di tawan, dalam suatu perundingan damai yang diselenggarakan di Badung. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kubayan

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kubayan

Adapun De Pasek Lurah Kubayan di Banjar Kubayan, Desa Nyambu,Tabanan, pada hari Senin Umanis, Wara Sungsang, Sasih Karo, tahun Saka 1257 oleh Raja Bali Sri Gajah Waktra alias Sri Gajah Wahana diangkat Amancabhumi dengan tugas selaku pengempon Pura Batukaru berkedudukan di Banjar Bendul, Desa Wangayagde, Tabanan. 

Raja Cri Gajah Waktra dinobatkan pada tahun saka 1264 dan berakhir pada tahun saka 1265. De Pasek Lurah Kubayan setelah berada di Banjar Bendul, Desa Wangayagde menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Kubayan dan tetap tinggal di Banjar Bendul, Desa Wangayadge. 

Kemudian Pasek Kubayan di Banjar Bendul, Desa Wangayagde dan Pasek Kubayan di Banjar Kaja, Desa Wangayagde, Tabanan. Dan kedua orang Pasek Kubayan ini mempunyai tugas kewajiban berbeda, yaitu 

  1. menggantikan kedududkan ayahnya sebagai pengempon Pura Batukaru dan pamarajan di Banjar Bendul, Desa Wangayagde 
  2. menjadi Perbekel Desa Wangayagde.

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Tuttwan

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Tuttwan

Tersebutlah Raja Daha Sri Airlangga dari istrinya pertama menurunkan tiga orang puta laki-perempuan bernama;

  1. Sri Sanggrama Wijaya alias Dyah Kili Suci Endang atau Raka Kapucangan.
  2. Sri Jayabhaya, dan 
  3. Sri Jayasabha

Dan istrinya seorang gunung yang dijumpai tatkala Sri Airlangga berburu didalam hutan, dan terjadi hubungan badan dibawah pohon timbul, menurunkan seorang putra laki-laki bernama Arya Buru atau Arya Timbul. ,

Untuk menghindari perebutan kedudukan sebagai raja di Daha, Oleh Raja Airlangga diperintahkan Arya Buru pindah ke Bali dengan diberikan rakyat sebanyak 200 orang. Sampai di Bali Arya Buru bertempat tinggal di Bukit Buluh, daerah Klungkung kemudian menurunkan seoarang anak perempuan bernama Ni Gusti Gunaraksa. Tempat tinggalnya dijadikan sebuah desa yang kemudian diberi nama Gunaksa. Kemudian Ni Gusti Gunaraksa dikawini oleh De Pasek Lurah Tuttwan.

Babad Bali Keturunan Mpu Ragarunting

Babad Bali Keturunan Mpu Ragarunting

Mpu Ragarunting putra kelima dari Bhatara Mpu Gnijaya, dari perkawinannya dengan putrinya Mpu Wira Tanakung menurunkan seorang putra laki-laki, yang sesudah menempuh acara dwijati, bergelar Mpu Wirarunting alias Mpu Paramadhaksa.

Kemudian Mpu Wirarunting menikah dengan Ni Made Dewi, dan menurunkan dua orang putra laki-perempuan, bernama:

  1. Mpu Wiraragarunting, 
  2. Ni Ayu Wirarunting. 

Selanjutnya Mpu Wiraragarunting kawin dengan Ni Ayu Wetan, kemudian dari daerah Tumapel pindah ke kerajaan Majapahit. Di sana Mpu Wiraragarunting menurunkan tiga orang putra laki-laki, bernama:

  1. De Pasek Lurah Tuttwan, 
  2. De Pasek Lurah Kubayan,
  3. De Pasek Lurah Salahin. 

Babad Bali Keturunan Mpu Prateka

Babad Bali Keturunan Mpu Prateka

Adapun Mpu Prateka putra dari Bhatara Mpu Gnijaya, kawin dengan putrinya Mpu Pasuruan. Dari perkawinannya ini, Mpu Prateka berputra seorang anak laki – laki dan sesudah podgala bergelar Mpu Pratekayajnya kawin dengan Ni Dewi Ratna Sumeru, lalu beliau pindah ke Pasuruan. Dan dari perkawinan ini menurunkan tiga orang putra laki – perempuan diantaranya

  1. Pang Prateka, 
  2. Ni Ayu Kamareka, dan 
  3. Ni Ayu Swarareka. Dari Pasuruan lau mereka pindah ke Bali.

Kemudian sang Prateka kawin dengan Ni Ayu Wirarunting, lalu menurunkan seorang putra bernama De Pasek Lurah Kubakal di Banjar Kubakal, Desa Pempatan, Karangasem. Pada hari Seni Umanis, Wara Sungsang sasih Karo, saka 1257 oleh Raja Bali Sri Gajah Waktra alias Sri Gajah Wahana De Pasek Lurah Kubakal diangkat Amancabhumi di Desa Kubakal, Karangasem, dan menguasai daerah Kubakal dan Bangli.

Selanjutnya De Pasek Lurah Kubakal berputra tujuh orang laki – laki yaitu

  1. Pasek Prateka di Banjar Tengah, Desa Rendang.
  2. Pasek Prateka di Banjar Belatung, Desa Menaga, kemudian pudgala menjadi Dukuh bergelar Ki Dukuh Belatungan.
  3. Pasek Prateka di Banjar Segahkelod, Desa Nongah Karangasem.
  4. Pasek Prateka di Banjar Karang Suwungkelod, Desa Peninjoan, Bangli.
  5. Pasek Prateka di Banjar Bungbud, Desa Bungbud.
  6. Pasek Prateka di Banjar Gamongan, Desa Tiyingtali, Karangasem, lalu mepudgala menjadi Dukuh bergelar Ki Dukuh Gamongan
  7. Pasek Prateka di Banjar Pekandelan Danginmargi, Desa Akah, Klungkung

Babad Pasek dan Bendesa- Anugerah Buat Ki Balian Batur

Babad Pasek dan Bendesa - Anugerah Buat Ki Balian Batur

Beberapa lama kemudian, Gde Batan Tubuh menurunkan:

  1. Pasek Payangan di Desa Payangan, 
  2. Pasek di banjar Tunon, 
  3. Pasek di Banjar Sakan, Desa Batuan, 
  4. Pasek Bendesa di Belahbatuh Gianyar, 
  5. Pasek di Desa Banjarakan, Klungkung, 
  6. Bendesa Gumiar di Desa Mengwi, Badung, dan 
  7. Bendesa di Desa Banjarakan, Klungkung.

Selanjutnya Bendesa di Desa Mengwi, oleh Raja Mengwi Cokorda Sakti Belambangan ditugaskan memimpin rakyat pilihan berjumlah 200 orang dengan bantuan Dewa Agung Anom Sirikan untuk menyerang Ki Balian Batur dari dusun Teledunginyah Alas Kedangkan. Kemudian Bendesa Gumiar di Desa Mengwi menurunkan Pasek Bendesa di Banjar Desa, Desa Payangan, Desa Gianyar. Disana lalu dibangun pura diberi nama Pura Santi, untuk mengingatkan bahwa Bendesa Gumiar berhasil menciptakan situasi damai dan sentosa dengan terbunuhnya Ki Balian Batur.

Pura Kawitan Pasek Bendesa

Pura Kawitan Pasek Bendesa

Prasasti pasek bendesa gelgel pasti dan harusnya disimpan di salah satu merajan pasek bendesa gelgel, yang sekarang keturunannya terdapat di beberapa tempat atau desa. Lazimnya, walaupun mereka sudah tidak lagi menjabat bendesa tetap menyebut diri bendesa. Sedangkan bendesa itu nama jabatan kepala desa pada zamannya. Untuk diketahui siapa yang disebut pasek bendesa. Secara singkat dan garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Karena keterbatasan ruangan mustahil dapat diungkap dan diuraikan secara rinci mengenal asal – usul pasek bendesa tersebut. Namun dapat dijelaskan bahwa putra bungsu Kyayi Gusti Agung Pasek gelgel mantan raja bali bernama I Gusti Pasek Gelgel di banjar pengatepan. Desa gelgel berputra 11 orang laki – laki . Walaupun sudah tidak lagi menduduki jabatan bendesa pada umumnya keturunannya keturunannya juga menyebut diri pasek bendesa. 

Pura Kawitan Pasek Penatahan

Pura Kawitan Pasek Penatahan

Kadang – kadang seseorang atau warga menggunakan jati diri menurut tempat tinggal atau jabatan, sehingga ada menyebut diri Pasek Penatahan, Pasek Galiukir, Pasek Pajahan, Pasek Sanda dan lain – lainnya. Dengan menggunakan jati diri demikian tanpa menyebutkan asal – usul, tidak jarang membingungkan keturunannya, dan yang paling fatal kemudian mereka tidak mengenal leluhur dan pura kawitannya, sehingga tidak jarang terjadi, karena tidak lagi memakai jati diri seperti leluhurnya, lalu memanggap merajan penyungsungnya sebagai pura kawitan, sedangkan pura kawitan yang sebenarnya kurang dikenal.

Untuk menghindari peristiwa demikian, perlu dijelaskan asal – usul mereka, agar jangan sampai terlanjur menggunakan identitas yang tidak sesuai dengan asal – usulnya. Secara singkat dapat dijelaskan demikian :

  1. yang menyebut diri pasek panatahan adalah keturunan Pasek Wanagiri. Kecamatan silamdeg, kabupaten tabanan, yang berdomisili di desa penatahan lalu menyebut diri secara tradisi secara gugon tuwon pasek penatahan. Sesungguhnya mereka adalah Pasek Tohjiwa, keturunan I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa, salah seorang keturunan Sang Sapta Rsi Mpu Ketek.

Pura Kawitan Pasek Sanak Selem

Pura Kawitan Pasek Sanak Selem

Pura pasek panyungsung saudara yang berlokasi bersebelahan dengan pura dasar bhuwana gelgel di desa gelgel. Kecamatan dan kabupaten klungkung, bukan pura kawitan, dan pura kawitan pasek adalah pura lempuyang madya. Kecamatan abang, kabupaten karangasem. Sedangkan pura pasek yang berlokasi bersebelahan dengan pura pasek yang berlokasi bersebelahan dengan pura dasar bhuwana gelgel adalah merajan dalam berbagai status bukan pura kawitan mungkin sebagai merajan / dadya, panti atau paibon, dan juga bukan merajan agung / dadya agung.

Yang dinamakan siswa tidak mesti terhadap seorang sulinggih, dan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, asalkan yang dijadikan siswa adalah mereka yang sudah berstatus sulinggih atau brahmana berdasarkan fungsi.

Pura Kyaki Agung Pasek Gelgel Aan di tuakilang Tabanan

Pura Kyaki Agung Pasek Gelgel Aan di tuakilang tabanan

Pasek gelgel di tuakilang, tabanan, yang lazim disebut bandesa sibangkaja adalah keturunan pasek gelgel desa aan, kecamatan banjarangkan, kabupaten klungkung. pasek gelgel desa aan adalah keturunan I Gusti Pasek Gelgeldi desa aan.

Merajan penyungsungannya di banjar pasek desa aan, kecamatan Banjarangkan, kabupaten klungkung bukan pura kawitan. Melainkan berstatus Merajan agung /dadya agung dan bukan pura kyaki agung pasek gelgel aan. seterusnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. I gusti pasek gelgel didesa aan, kecamatan banjarangkan. Kabupaten klungkung adalah seorang putra dari kyayi Gusti agung pasek gelgel. Setelah berdomisili di desa aan i gusti pasek gelgel membangun prahyangan sebagai tempat suci untuk memuliakan dan memuja arwah suci para leluhurnya. Di dalam sejarah perjalanannya kemudian disebutmerajan agung/ dadya agung pasek gelgel keturunan i gusti pasek gelgel aan.

Peristiwa Penting yang dialami Pasek Padang Subadra

Peristiwa Penting yang dialami Pasek Padang Subadra

Ki Pasek Padang Subratha Meninggalkan Tulamben.

Pada suatu hari sekitar tahun caka 1602 (tahun 1680M), di desa Tualaben diadakan sabungan ayam. Ketika itu tiga anak buah perahu merapat di Pantai Tulamben. Anak buah perahu yang terdiri dari orang-orang bugis turun ke darat. Tatkala itu di arena sabungan ayam akan berlaga sepasang ayam jago yaitu antara ayam berbulu buwik tersebut .Orang-orang perahu memberi tahu bahwa isi taruhannya adalah seluruh isi ketiga buah perahu miliknya. Akan tetapi pemilik ayam itu tidak memberikan dan mengatakan bahwa ayam itu tidak dijual.

Oleh karena itu mereka menuntut orang-orang Desa Tulamben, membayar sejumlah taruhan sesuai dengan perjanjian .Akan tetapi orang-orang Desa Tulamben tidak mau memenuhi tuntutan mereka . Hal ini dilakukan oleh orang-orang Desa Tulamben ,karena mereka mengira bahwa orang-orang perahu tersebut tidak akan berani berbuat apaapa, mengingat orang-orang Desa Tulamben jumlahnya jauh lebih banyak .Apabila orang-orang perahu itu berani bertindak dan berbuat keonaran, maka mereka akan dikeroyok oleh orang-orang Desa Tulamben, serta perahu mereka dan seluruh isinya akan dirampas.

Peristiwa Terbunuhnya Pasek Badak (Pasek Badak Takluk)

Peristiwa Terbunuhnya Pasek Badak

Setelah berhasil mengalahkan I Gusti Ngurah Kekeran, I Gusti Agung Putu mendirikan istana di Bekak, di sebelah Utara Bale Agung Mengwi, sehingga dinamai Puri Kaleran. Di sebelah Barat – Laut istana dibangun Parahyangan (Dewa Graha) yang dinamai Taman Ganter. Dibuatkan Tengeran (kulkul) yang bernama Si Tankober, milik I Gusti Tangeb. 
Setelah diupacarai dinamakan Kawyapura, atau Manghapura nama lainnya. 
Sementara istana beliau di Balaayu (Puri Belayu) diberikan kepada I Gusti Celuk.

Ada seorang Ki Pasek yang sakti dan teguh berkendaraan Badak, dengan pengikutnya tidak mengakui kedaulatan I Gusti Agung Putu. 
Pada suatu hari, ia mengundang Pasek Badak untuk datang menghadap ke Puri.
Ki Pasek Badak memenuhi permintaan Gusti Agung Putu, datang ke sana bersama keluarga rakyat sebagai pengiringnya. 

Raja menantang untuk adu tanding, tanpa mengadu rakyat. Rakyat hanya menjadi taruhan. Tantangan disetujui oleh Ki Pasek Badak. Mereka berdua mengadu kekuatan, sama – sama kebal tidak terlukai oleh senjata. Tidak ada yang kalah. Kemudian Ki Pasek Badak menyadari, bahwa I Gusti Agung Putu ditakdirkan menjadi penguasa dan menikmati kewibawaan. 

Pasek Badak setuju dan memberitahu kepada I Gusti Agung Putu, ia tidak bisa dibunuh dengan keris pusaka. Ki Pasek bersedia mengalah dan dibunuh dengan syarat setelah menjadi Pitara disembah oleh 40 orang keturunan I Gusti Agung Putu.

Syarat itu disetujui, Ki Pasek menyerahkan nyawanya, ditikam dengan keris Ki Nagakeras. Jenazahnya diurus sebagaimana mestinya oleh I Gusti Agung Putu sebagaimana menurut tradisi kerajaan. Binatang Badak peliharaannya juga mati di sebelah Selatan desa Buduk. 

I Gusti Agung Putu kemudian melakukan upacara pemerasan kepada 40 orang dari semua golongan masyarakat untuk menyembah roh Ki Pasek Badak, sebab beliau tidak mau keturunan langsung yang menyembah. 

Warga Ki Pasek seluruhnya tidak mau tunduk, mereka mengungsi ke desa Tanguntiti Tabanan.

I Gusti Agung Putu memenuhi janjinya dengan mendirikan Pura Taman Ahiun (Ayun). Arwah Ki Pasek Badak diistanakan di Pelinggih Meru Tumpang 1. Kemudian dilaksanakan upacara besar Bhuta Yajnya, Manca Wali Krama, dan Siwa Yajnya, pada Anggara – Kliwon – Medangsya. 

Warga 40 orang yang menyembah roh Ki Pasek Badak kemudian dijadikan laskar kerajaan bernama Bala Putra Dika Bata – Batu.

Ada seorang pasek Badak laki-laki yang masih anak-anak diajak oleh I Gusti Agung Putu ke purinya. Kemudian sesudah kerajaan Mengwi berdiri serta anak itu sudah dewasa ,anak itu diangkat menjadi sedahan, memegang seluruh harta benda kekayaan I Gusti Agung Putu. Pedang yang bias dipakai membunuh Pasek Badak, kemudian diberi nama Ki Nagakeras sebagai senjata Pusaka I Gusti Agung Putu

Sedang keturunan Pasek Badak Sedahan Puri Mengwi, masih tetep tinggal di Banjar Gulingan, Mengwi. Lama-kelamaan ada keturuannya pidah tempat ke berbagai desa, seperti misalnya ke desa Braban, Kediri, wilayah Tabanan dan lain-lainnya.

Mengenai keturunan I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa yang ada di beberapa desa ,dapat dijelaskan sebagai berikut: Keturunan Pasek Tohjiwa, yang dikenal dengan julukan Pasek Badak ada yang kembali ke Desa Buduk, lalu bertempat tinggal di Banjar Sengguan Desa Buduk, wilayah Badung. Kemudian ia menurunkan enam orang anak semuanya disebut Pasek Tohjiwa,namun berlainan tempat tinggal yaitu:

  1. Pasek Tohjiwa di Banjar Sengguan Desa Buduk
  2. Pasek Tohjiwa di Banjar Gunung Desa Buduk
  3. Pasek Tohjiwa di Banjar Danginjalan Desa Buduk
  4. Pasek Tohjiwa di Banjar Dawuhjalan Pasekan Desa Buduk
  5. Pasek Tohjiwa di Banjar Tengah Desa Buduk
  6. Pasek Tohjiwa di Banjar Umadwi Desa Padangsambian.

Sang Catur Sanak dari Panca Tirtha kembali ke Bali

Sang Catur Sanak dari Panca Tirtha kembali ke Bali

Dari peristiwa peristiwa yang telah dikemukakan pada babad terdahulu, dapat disimpulkan, betapa eratnya hubungan pulau jawa khususnya Jawa Timur dengan Pulau Bali, terutama dalam hal spiritual. Ditambah lagi dengan berkuasanya Ratu Kediri atas Pulau Bali seperti tercantum pada prasasti Desa Julah, yang disimpan di Desa Sembiran, kecamatan Tejakula (buleleng) bertahun saka 905. Dalam prasasti itu ada memuat nama seorang ratu Yakni Wijaya Mahadewi. Dihubungkan dengan prasasti yang mempergunakan tahun saka 859, di dalamnya dijumpai sebuah kalimat.

Ikatan tali kasih antara Bali dan Jawa Timur bertambah erat, dengan dilangsungkannya perkawinan agung antara sri Udayana (dharmmodayana) Warmadewa dari Bali dengan sri Mahendratta, adik perempuan Raja Daha di Jawa Timur . Sri Mahendratta adalah cicit dari sri maharaja Paradewasikan Kamaswara Dharmmawangsa, raja di Jawa Timur pada tahun saka 851. Sesudah berakhir masa jabatannya sebagai raja, beliau menjalani dharma kebrahmanan dengan melalui suatu upacara pudgala yaitu Dwijati atau diksa bergelar Mpu Sendok.

Sang Sapta Pandita atau Sang Sapta Rsi Putra dari Mpu Gnijani, sudah samasama kawin dan berumah tangga dijawa, kemudian masing-masing memiliki keturunan.

  1. Mpu Ketek mempersunting putri Ki Aryya Padang Subadra, berputra dua orang lakilaki. Yang sulung bernama Aryya Kapasekan, dan adiknya bernama Sang Hyang Pamacekan.
  2. Mpu Kananda menikah dengan putri Mpu Swethawijaya, berputra seorang laki-laki bernama Sang Kuldewa. Sesudah menempuh acara dwijati, sang Kuldewa bergelar Mpu Swethawijaya, sama namanya dengan kakek dari Pradhana (pihak perempuan).
  3. Mpu Wiradnyana menikah dengan putri Mpu Panataran berputra seorang laki-laki bernama Mpu Wiranatha.

Lahirnya Sang Panca Tirta Bhatara Kawitan

Lahirnya Sang Panca Tirta Bhatara Kawitan

Alkisah Empu Withadarma alias Sri Mahadewa melakukan yoga samadi dengan teguh dan dIsiplin. Dari Kekuatan panca bayu nya lahirlah dua orang anak laki-laki, diantaranya

  • Mpu Bhajrashattwa alias Mpu Wiradharma , dan
  • Mpu Dwijendra alias Mpu Rajakretha.

Mpu Dwijendra kemudian melakukan yoga samadi. Berkat yoga samadinya itu, lahirlah dua orang anak laki-laki;

  • Gagakaking alias Bukbuksah , dan
  • Brahma Wisesa.

Selanjutnya Brahma Wisesa melakukan Yoga Samadi. Dari kekuatan Panca Bayu nya lahir dua anak laki-laki masing-masing bernama

  • Mpu Saguna , dan
  • Mpu Gandring wafat ditikam dengan keris buatannya oleh Ken Arok .

Sedangkan Mpu Saguna , dari yoga samadi nya melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ki Lurah Kapandean yang selanjutnya menurunkan wangbang yaitu Pande Wesi,

babad Bali

babad Bali



Semoga tidak ada halangan dan berhasil
Pranamyam sira dewam, bhuktimukti itarttaya, prawaksyatwa wijneyah, brahmanam ksatriyadih, patayeswarah.
Sembah sujud hamba ke hadapan Ida Sang Hyang Parama Wisesa, yang melimpahkan segala sifat baik-buruk (ala-ayuning) kehidupan manusia di dunia ini. Semoga tidak ada halangan dalam penulisan babad (sastra sejarah) ini. Bebas hamba dari segala kesalahan dan kekeliruan, karena kurang paham terhadap Purana Tatwa,serta dengan hati yang tulus dan suci bermaksud menyusun cerita sejarah, sebagai usaha untuk mengingatkan para keluarga dan anak cucu. Semogalah berhasil dan mencapai kesempurnaan

Ketika Alam Masih Kosong

Kosong , itulah awal dari kisah ini . Dahulu kala, ketika belum ada matahari, bulan, bintang, dan planet-planet, termasuk planet bumi ini . Hanya ada Sang Hyang Embang yang Maha Tunggal. Beliau maha besar, memenuhi alam raya yang luasnya tak terbatas namun juga maha kecil. Hingga bisa longgar di lubang yang paling kecil. Ketika itu segalanya bersifat sempurna, suci karena tidak ada yang lain selain Hyang Widhi yang maha sempurna . Yaitu tercipta Sang Hyang Licin yang juga disebut Sang Hyang Eka Aksara yakni Ongkara.

Kaligrafi Dasabayu, Semar dan Ongkara dalam Budaya Bali

Kaligrafi Dasabayu, Semar dan Ongkara dalam Budaya Bali

Kebudayaan Bali adalah produk masyarakat Bali secara kolektif dan berkelanjutan. Budaya Bali terbina sejak manusia Bali ada, akan terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehidupan manusia Bali. Kehidupan berkebudayaan mencirikan manusia Bali mempunyai suatu tradisi baik yaitu tradisi sastra dan tradisi karya. Dengan tradisi tersebutlah maka sekarang dapat diwarisi berbagai bentuk produk budaya seperti pengetahuan tertulis dalam lontar dan tinggalan arkheologis lainnya.

Kebudayaan Bali dapat dipilah-pilah menjadi beberapa subkomponen seperti kesenian, pekerjaan profesional, bahasa, pemanfaatan dan apresiasi waktu, upakara dan upacara, dan lainnya. Produk dalam berkesenian tersebut berupa seni tabuh, seni lukis, seni grafis, seni tari, seni pahat dan lain-lainnya. Tulisan ini berusaha untuk mengungkapkan salah satu dari produk berkesenian masyarakat Bali yaitu seni kaligrafi.

Aji Pengiwa di Bali antara Mangku dan Balian

Aji Pengiwa di Bali antara Mangku dan Balian

Hampir sebagian besar di antara kita pernah mendatangi praktik Jero balian atau dukun, baik untuk tujuan penyembuhan suatu penyakit, menanyakan sesuatu yang niskala, mencari perlindungan diri, penangkal agar tidak terserang orang secara gaib, bahkan untuk mendapatkan penglaris. Apapun tujuan kita mendatangi jero balian, dan apa pun kemampuan jero balian, tampaknya tidak mudah bagi kita untuk menghindari kepercayaan dunia niskala, yang kita terjemahkan secara sederhana dan sempit, yakni dunia mistik dan gaib.

Dalam kepercayaan permanen itu, suatu penyakit atau musibah selalu dikaitkan dengan gejala ketidak-harmonisan hubungan kita dengan sesama dan alam gaib yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit dan musibah, karena itu kita memerlukan bantuan pihak lain, yang dianggap memahami dan dapat mengendalikan kekuatan gaib yang mengganggu kesehatan dan ketentraman hidup kita. Kekuatan gaib itu menyebabkan penyakit dan mendatangkan musibah.

Leak Bali dan seluk beluk BLACK MAGIC di bali

Leak Bali dan seluk beluk BLACK MAGIC di bali

Dalam prakteknya di masyarakat ciri-ciri Pangeleyakan bersumber dari perilaku manusia, yang disebut dengan Balian Pangiwa dan Balian Panengen, seperti dijelaskan oleh Nala (2002:114).

  • Balian panengen adalah Balian yang tujuannya untuk mengobati orang yang sakit sehingga menjadi sembuh.
  • Balian Pangiwa bertujuan bukan untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi membuat orang yang sehat menjadi sakit dan yang sakit menjadi bertambah sakit, bahkan sampai meninggal. 
Balian atau dukun jenis ini sangat sulit untuk dilacak, pekerjaannya sudah penuh rahasia, terlalu tertutup dan misteri. Tidak sembarang orang yang datang dapat dipenuhi keinginannya untuk membencanai musuh atau orang yang dibenci. 

Tutur Kamoksan merupakan ilmu menuju tujuan akhir kehidupan manusia

Tutur Kamoksan merupakan ilmu menuju tujuan akhir kehidupan manusia

Menurut Lontar, Moksa ditentukan oleh Tri guna (sattwa, rajah, dan tamah) yang menentukan akan mendapatkan apa atma itu, apakah kamoksan, swarga atau lahir menjadi manusia, apakah menempati Paramasiwa yang memiliki tingkat kesadaran tertinggi, Sadasiwa menengah, dan Siwa rendah (hingga memunculkan beragam pertanyaan di atas). Tinggi rendahnya tingkat kesadaran itu tergantung dari kuat tidaknya pengaruh Maya, diantaranya:

  • Paramasiwa adalah bebas dari pengaruh Maya, 
  • Sadasiwa mendapat pengaruh sedang-sedang saja, sedangkan 
  • Siwa mendapat pengaruh Maya paling kuat.

Berikut Lontar yang menuntun menuju Moksa:

Lontar Sundarigama

menggunakan bahasa Kawi, dan mengandung teks yang bersifat filosofis-religius karena mendeskripsikan norma-norma, gagasan, perilaku, dan tindakan keagamaan, serta jenis-jenis sesajen persembahan yang patut dibuat pada saat merayakan hari-hari suci umat Hindu Bali, mengajarkan kepada umatnya untuk berpegang kepada hari-hari suci berdasarkan wewaran, wuku, dan sasih dengan mempergunakan benda-benda suci/yang disucikan seperti api, air, kembang, bebantenan disertai kesucian pikiran terutama dalam mencapai tujuan yang bahagia lahir bathin (moksartam jagadhita) berdasarkan agama yang dianutnya. Teks Sundarigama merupakan penuntun dan pedoman tentang tata cara perayaan hari-hari suci Hindu yang meliputi aspek tattwa (filosofis), susila, dan upacara/upakara.

Leak dan Dasa Aksara

Leak dan Dasa Aksara

Dasa Aksara adalah Sepuluh huruf magis, banyak versi yang memuat tentang kekuatan Akasara ini, hampir semua Usadha Bali mencatat mengenai kehebatan dari aksara tersebut. Tidak kecuali Sang Punggung Tiwas seorang Penghusadha yang sangat mempuni dan menguasai kekuatan ilmu dasa aksara.

Punggung Tiwas dalam mengobati pasienya hanya mengunakan Tatapan mata, Sentuhanya sangat ajaib ( mengarahkan tanganya hanya beberapa senti dari organ yang sakit) dan ramuan obat dari tumbuh-tumbuhan.

Pasien di tangan Punggung Tiwas jarang sekali gagal, hampir semua yang di tangani menjadi sembuh, itulah alasanya banyak dukun pada zamanya belajar kepada Punggung Tiwas, dari sini juga banyak cabang pengobatan seperti :
Ilmu Leak Bali, selama ini akrab dengan citra negatif atau jahat. Padahal ilmu Leak sejatinya adalah aksara atau sastra ilmu pengetahuan. Ilmu Leak di Bali, sebenarnya merupakan bagian dari aksara-aksara suci yang disebut Dasa Aksara.

Leak bali dan lontar pengleakan ilmu spiritual liak dari Bali

Leak bali dan lontar pengleakan ilmu spiritual liak dari Bali

Dalam mitologi Leak Bali, Leak adalah olah spiritual tingkat tinggi, tapi sering diplesetkan dan diidentikkan oleh orang luar sebagai penyihir jahat yang memiliki Ilmu Kewisesan Pengiwa Leak Desti tingkat tinggi.

cerita miring liak bali

Banyak orang luar bali mengartikan leak itu simbok kejahatan yang harus dibasmi, mungkin karena pengaruh cerita – cerita mistis leak bali yang selalu menyeramkan dan identik dengan pembunuhan, menyakiti dan berbagai kejahatan lainnya. Ada pula mengatakan leak itu berasal dari dua kata; Le artinya penyihir dan ak artinya jahat. Leak hanya bisa dilihat di malam hari oleh para dukun pemburu leak. Di siang hari ia tampak seperti manusia biasa, sedangkan pada malam hari ia berada di kuburan untuk mencari organ-organ dalam tubuh manusia yang digunakannya untuk membuat ramuan sihir. Ramuan sihir itu dapat mengubah bentuk leak menjadi seekor harimau, kera, babi atau menjadi seperti Rangda. Bila perlu ia juga dapat mengambil organ dari orang hidup.