Google+

kemuliaan wanita dan seorang istri dalam ayat - ayat suci Hindu

kemuliaan wanita dan seorang istri dalam ayat - ayat suci hindu

Sifat sifatnya wanita yang patut ditumbuh kembangkan adalah yang menjalankan dharma sebagai ibu pertiwi yang sopan, cerdas, maadiri, percaya diri dan sebagai pengayom keluarga dan lingkungannya.

Wanita berasal dari Bahasa Sanskrit, yaitu Svanittha,

di mana kata,
  • Sva artinya “sendiri”, dan 
  • Nittha artinya “suci”. 
Jadi Svanittha artinya “mensucikan sendiri” kemudian berkembang menjadi pengertian tentang manusia yang berperan luas dalam Dharma atau “pengamal Dharma”. 
Dari sini juga berkembang perkataan Sukla Svanittha yang artinya “bibit” atau janin yang dikandung oleh manusia, dalam hal ini, peranan perempuan.
Wanita sangat diperhatikan sebagai penerus keturunan dan sekaligus “sarana” terwujudnya Punarbhava atau re-inkarnasi, sebagai salah satu srada (kepercayaan/ keyakinan) Hindu.
Wanita mulia adalah yang menarik perhatian, unggul, baik hati, bercahaya, dan lain-lain. Ada pula yang mengatakan bahwa wanita mulia terlihat dan berbagai warna, mulia, berseri, jernih, indah, sedap, sebagai gambar, rupa, sosok.
"Mengacu pada pemikiran diatas, menurut analisis penulis, bahwa yang dimaksud dengan wanita mulia adalah penggambaran sosok wanita yang unggul secara pribadi, cantik, menarik secara phisik, wanita ideal yang didambakan oleh semua manusia.

Babad Bali Keturunan Pasek Tangkas Kori Agung

Babad Bali Keturunan Pasek Tangkas Kori Agung

Pada masa pemerintahan I Dewa Ketut Ngulesir sebagai Dalem Gelgel dengan gelar Cri Smara Kapakisan dinobatkan pada Tahun Caka 1302 (tahun 1380 M) dan memerintah sampai dengan tahun Caka 1382 (tahun 1460 M), I Gusti Tangkas diangkat sebagai Anglurah di Kerthalangu bergelar I Gusti Pangeran Tangkas. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama I Gusti Tangkas Dhimadya alias I Gusti Keluwung Cakti. Sayang, anaknya ini tidak bisa membaca. Kebodohannya ini berakibat fatal. Pada suatu hari, dalem Gelgel mengirim surat kepada I Gusti Pangeran Tangkas.

Surat itu dibawa oleh seorang yang dinyatakan bersalah. Surat itu isinya antara lain bahwa si pembawa surat harus dihabisi jiwanya oleh I Gusti Pangeran Tangkas. Namun setibanya perutusan dari Gelgel itu di Kerthalangu, I Gusti Ngurah Tangkas tidak ada dirumah karena sedang berpikat (mencari burung). Kemudian surat tersebut diberikan kepada I Gusti Tangkas Dhimadya. Dan si pembawa surat tadi kembali ke Gelgel dan terhindar dari malapetaka. Sebaliknya, I Gusti Tangkas Dhimadya menemui nasib malang. Akibat buta huruf, akhirnyamenjadi korban pembunuhan di tangan ayahnya sendiri. Sebab di dalam surat tersebut disebutkan siapa yang menyerahkan surat supaya dibunuh. Loyalitas I Gusti Pangeran Tangkas terhadap Dalem tampaknya tanpa perhitungan, sampai mengorbankan anaknya tanpa dosa.

Babad Bali Kisah Gde Pasar Badung

Babad Bali Kisah Gde Pasar Badung

Tersebutlah keturunan Gde Pasar badung diangkat menjadi Bandesa di Desa Kayuan (Karangasem). Sebab itu ia disebut Bandesa Kayuan. Entah berapa lama ia menjadi Bandesa di desa Kayuan, ia lalu menurunkan du anak laki-perempuan yang bernama:

  1. Luh Kayuan
  2. De Kayuan. 
Selagi jejaka, De Kayuan meninggal dunia. Bandesa Kayuan sangat sedih hatinya, karena ditinggal oleh anaknya. Jenazahnya sudah diupakarakan sebagai mana mestinya. Kemudian datanglah brahmana Buddha dari pasraman dalam Wanakeling, Madura. Brahmana yang sedang melakukan perjalanan dharma wisata itu bernama Danghyang Kanaka. Di dalam perjalanannya keliling Bali, beliau sampai di desa Kayuan dan beristirahat di depan rumah Bandesa Kayuan.


Ketika Bandesa Kayuan keluar rumah, ia menjumpai Danghyang Kanaka. Danghyang Kanaka menjelaskan, bahwa beliau datang ke sana di dalam perjalanannya berdharma wisata ingin mengetahui keadaan sebenarnya. Danghyang Kanaka juga menjelaskan, Pulau Bali sangat terkenal keindahannya.

Babad bali Keturunan Pasek Penida

Babad bali Keturunan Pasek Penida

Adapun Pasek Dangka di Banjar Penidakaja, Desa Tembuku, selanjutnya di sebut Pasek Penida, kemudian menurunkan anak laki-laki yang bernama:

  1. Pasek Penida di Banjar Umbalan, Desa Yangapi,
  2. Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi,
  3. Pasek Penida di Banjar Penatahan, Desa Susut, 
  4. Pasek Penida di Banjar Penyalian, Desa Kawan, Bangli,
  5. Pasek Penida di Banjar Kaleran, Desa Bungbungan, 
  6. Pasek Penida di Banjar Muku, Desa Rendang, Karangasem. 
Kemudian Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi menurunkan anak laki-laki, yaitu 


  1. Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi, 
  2. Pasek Penida di Banjar Metratengah, Desa Yangapi, 
  3. Pasek Penida di Banjar Kaja, Desa Kintamani, Bangli. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan atau Pasek Kedangkan

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan atau Pasek Kedangkan

Pada tahun saka 1272 Raja Majapahit mengangkat Sri Kresna Kepakisan sebagai Adhipati Bali berkedudukan di Sampelangan. Pada waktu itu De Pasek Lurah Kadangkan diangkat menjadi pimpinan pasukan Dulangmangap oleh Adhipati Sempelengan Sri Kresna Kepakisan, kemudian De Pasek Lurah Kadangkan menurunkan putra laki-laki, yaitu:

  1. Pasek Dangka di Banjar Dukuh, Desa Nyalian, Klungkung,
  2. Pasek Dangka di Banjar Penidakaja, 
  3. Pasek Dangka di Banjar Kaler, Desa Selumbung,Karangasem,
  4. Pasek Dangka di Banjar Balerpasar, Desa Rendang Krangasem, 
  5. Pasek Dangka di Banjar Batahbuah, Desa Kesiman, Badung. 
Selanjutnya Pasek Dangka di Banjar Dukuh, Desa Nyalian menurunkan tiga anak laki-laki, masing-masing bernama:
  1. Pasek Dangka di Banjar Lebah, Desa Keramas, Gianyar, 
  2. Pasek Dangka di Banjar Kemulan, Desa Jagapati, Badung
  3. Pasek Dangka di Banjar Siladan, Desa Tamanbali, lalu menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Dangka di Banjar Sema, Desa Melinggih, Payangan, Gianyar.

Kemudian Pasek Dangka di Banjar Balerpasar, Desa Rendang menurunkan seorang anak laki-laki yakni Pasek Dangka di Banjar Sakih, Desa Guwang, Sukawati Gianyar. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Ngukuhin

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Ngukuhin

Tentang De Pasek Lurah Ngukuhin di Banjar Pengukuh Peraupan, Desa Peguyangan, Badung, kemudian pindah ke Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar, ia lalu menurunkan putra,yang masing-masing bernama:

  1. Pasek Ngukuhin di Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar,
  2. Pasek Ngukuhin di Banjar Desa, Desa Angantaka, 
  3. Pasek Ngukuhin di Banjar Tengah, Desa Buduk, 
  4. Pasek Ngukuhin di Banjar Gamonganisin, Desa Silamadeg, Tababnan. 
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar Maospahit, Desa Keramas menurunkan anak laki-laki. Yang sulung bernama:


  1. Pasek Ngukuhin di Banjar Kanginan, Desa Tejakula, Buleleng, 
  2. Pasek Ngukuhin di Banjar Bucu, Desa Bungbungan, Klungkung, 
  3. Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub, Desa Celuk, Gianyar, 
  4. Pasek Ngukuhin di Banjar Belah Tanah, Desa Batuan, 
  5. Pasek Ngukuhin di Banjar Kebon, Desa Belahbatuh,
  6. Pasek Ngukuhin di Banjar Bonakangin, desa Belaga, Gianyar.

Lahirnya Kebo Iwa - Arya Karang buncing Ndewasraja Di Pura Pasek Gaduh

Lahirnya Kebo Iwa - Arya Karang buncing medewasraja Di Pura Pasek Gaduh

Pada tahun saka 829 sang jayakaton menjadi patih berkedudukan di desa belah batuh,gianyar. Ia terkenal sangat pandai di dalam melakukan beberapa jenis pekerjaan. Karya besarnya antaralain adalah sebuah candi di desa belahbatuh. Kemudian sang jayakaton menurunkan seorang anak laki-laki bernama Arya Rigih. Selanjutnya arya rigih menurunkan dua anak laki-laki. Yang sulung bernama narottama yang seterusnya ikut kepada sri airlangga ke jawa. Selanjutnya di Bali, arya rigis menurunkan seorang anak laki-laki bernama arya kedi. Kemudian arya kedi menurunkan anak laki-perempuan yang lahir bersamaan, sebab itu dinamakan arya karangbuncing. Anak kembar itu lalu di kawinkan. Setelah cukup lama bersuami istri, tetapi belum menurunkan anak, menyebabkan mereka sedih. Lalu mereka memohon waranugraha ida sang hyang widi wasa dan leluhur pasek gaduh di banjar tengah, desa belahbatuh. Dengan ndewasraya di pura pasek gaduh, mereka mohon kemuran hyang widhi wasa dan leluhur pasek gaduh agar dikaruniai anak. Mereka juga mesesangi, apabila permohonannya berhasil, mereka akan ikut memelihara dan nyungsung pura pasek gaduh di banjar tengah, desa belah batuh, disamping memelihara dan nyungsung di Pura Karangbuncing.

Atas kemurahan Hyang Widhi Wasa dam leluhur pasek gaduh, mereka melahirkan seorang anak laki-laki dan dibernamaa kebo waruga

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Gaduh atau Pasek Gaduh

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Gaduh atau Pasek Gaduh

Adapun De Pasek Lurah Gaduh di Banjar Peminggir, Desa Gelgel menurunkan anak laki-laki yang bernama:

  1. Pasek Gasuh di Banjar Peminggir, Desa Gelgel, Klungkung. 
  2. Pasek Gaduh di Banjar Watugiling, Desa Kukuh, Karangasem. 
  3. Pasek Gaduh di Banjar Pucangan, Desa Kayubini. 
Pasukan Bangli mengalami kekalahan, menyebabkan orang-orang Banjar Pucangan, Desa Kayubini menjadi kacau dan ketakutan serta melarikan diri termasuk Pasek Gaduh. Akhirnya mereka sampai di Desa Selisihan, Klungkung. Di sana mereka diterima oleh pemimpin Desa Selisihan yaitu Pasek Dangka yang berasal dari satu leluhur. Mereka kemudian diberi tanah untuk tempat tinggalnya di desa Selisihan.


Oleh karena Banjar Pucangan, Desa Kayubini sudah dihancurkan oleh pasukan Buleleng, maka mereka tidak lagi kembali ke Banjar Pucangan, Desa Kayubini, Bangli, melainkan tetap tinggal di Banjar Kanginan, Desa Selisihan, Klungkung. 
Kemudian Pasek Gaduh menurunkan dua orang anak, yaitu 

  1. Pasek Gaduh di Banjar Belimbing, Desa Tusan, Klungkung
  2. Pasek Gaduh di Banjar Belimding, di desa Tusan 

Babad Bali Keturunan Mpu Dangka

Babad Bali Keturunan Mpu Dangka

Mpu Dangka adalah putra Bungsu dari Bhatara Mpu Gni Jaya dan bertempat tinggal di Kerajaan Daha, Jawa Timur, lalu kawin dengan putrinya Mpu Sumedang. Dari Perkawinannya itu, beliau berputra seorang anak laki-laki yang sesudah pudgala bergelar Mpu Wiradangkya.

Kemudian Mpu Wiradangkya kawin dengan Ni Dewi Sukerti, menurunkan tiga orang puta laki-perempuan yang bernama:

  1. Sang Wira Dangka,
  2. Ni Ayu Dangki, 
  3. Ni Ayu Dangka. 
Mereka tinggal di Kerajaan Daha, Jawa Timur. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Salahin

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Salahin

Adapun De Pasek Lurah salahin di Banjar Kaja, Desa Suwat, Daerah Gianyar, lalu pindah ke Banjar Kaler, Desa Tojan, daerah Klungkung kemudian menurunkan lima orang anak laki-laki:

  1. Pasek Salahin di Banjar Kaler, Desa Tojan, Daerah Klungkung, 
  2. Pasek Salahin di Banjar Tampuagan, Desa Peninjoan Daerah Bangli, 
  3. Pasek Salahin di Banjar Mertesari, 
  4. Pasek Salahin di Banjar Keseh. 
  5. Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Simpar, Daerah Karangasem, 
Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Simpar kemudian menduduki jabatan Bandesa lalu disebut Bandesa Simpar. menurunkan:


  1. Pasek Salahin di Banjar Kebung, Desa Sidemen, 
  2. Pasek Salahin di Banjar Yangapi, Desa Yangapi, Bangli, 
  3. Pasek Salahin di Banjar Gantas kanginan, Desa Buruan, 
  4. Pasek Salahin di Banjar Bonakaja, Desa Belega, Daerah Gianyar.

Seterusnya Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Simpar yang bergelar Bandesa Simpar menurunkan danak laki-laki, yaitu:

  1. Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Abang,
  2. Pasek Salahin di Banjar Tulamben Desa Kubu, Karangasem. 
  3. Pasek Salahin di Banjar dan Desa Kubu, 
  4. Pasek Salahin di Banjar Lebah, Desa Datah, 
  5. Pasek Salahin di Banjar Biaslantang, Desa Culik, 
  6. Pasek Salahin di Banjar Kanginan, Desa Selembuna, daerah Karangasem, 
  7. Pasek Salahin di Banjar Dauhuma, Desa Bitera, Gianyar, 
  8. Pasek Salahin di Banjar Kajakangin, Desa Bondalem, 
  9. Pasek Salahin di Banjar Tengah, Desa Bondalem Buleleng. 
  10. Pasek Salahin di Banjar Kajanan, Desa Ngis, Daerah Karangasem. 

Pasek Kubayan di Desa Wangayagde Membantu Sagung Wah

Pasek Kubayan di Desa Wangayagde Membantu Sagung Wah (Ratu Tabanan)

Pada hari Kemis Keliwon, Wara Ukir, tanggal 20 september 1906 Kerajaan Badung jatuh ke tangan pemerintah Belanda, setelah mengadakan perlawanan sengit secara puputan. Dengan dikalahkan kerajaan Badung, pemerintah Belanda mulai memalingkan pandangannya kepada kerajaan Tabanan. 

Dan ada hari selasa kliwon, wara kulantir, tanggal 25 september 1906 pemerintah Belanda mulai mengerahkan serdadu-serdadunya untu menyerang Tabanan. Tabanan di kurung dan diserang dari dua jurusan dari sebelah timur dan selatan, dan serdadu yang menyerang dari sebelah timur sebelumnya sudah di kosentrasi di Desa Beringkit. Sedang serangan dari sebelah selatan diadakan dari pantai Yeh Gangga dengan menempatkan beberapa buah kapal perang, lalu menembaki tabanan dengan meriam-meriamnya. Namun pasukan Marine Belanda ini tidak besar. Sebab itu serangan terhadap Tabanan dilakukan dari sebelah Timur, dan setelah perang selama dua hari yaitu pada hari kemis paing, wara kulantir, tanggal 27 september 1906, Belanda baru bias menduduki Tabanan.

Dengan tipu muslihat yang licik sebelumnya pemerintah Belanda telah berhasil menawan Raja Tabanan bernama Anak Agung Ngurah Rai Perang yang juga di sebut I Ratu Singhasana Tabanan. Di samping itu juga putra raja Tabanan bernama I gusti Ngurah Gde Pegeg ikut di tawan, dalam suatu perundingan damai yang diselenggarakan di Badung. 

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kubayan

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Kubayan

Adapun De Pasek Lurah Kubayan di Banjar Kubayan, Desa Nyambu,Tabanan, pada hari Senin Umanis, Wara Sungsang, Sasih Karo, tahun Saka 1257 oleh Raja Bali Sri Gajah Waktra alias Sri Gajah Wahana diangkat Amancabhumi dengan tugas selaku pengempon Pura Batukaru berkedudukan di Banjar Bendul, Desa Wangayagde, Tabanan. 

Raja Cri Gajah Waktra dinobatkan pada tahun saka 1264 dan berakhir pada tahun saka 1265. De Pasek Lurah Kubayan setelah berada di Banjar Bendul, Desa Wangayagde menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Kubayan dan tetap tinggal di Banjar Bendul, Desa Wangayadge. 

Kemudian Pasek Kubayan di Banjar Bendul, Desa Wangayagde dan Pasek Kubayan di Banjar Kaja, Desa Wangayagde, Tabanan. Dan kedua orang Pasek Kubayan ini mempunyai tugas kewajiban berbeda, yaitu 

  1. menggantikan kedududkan ayahnya sebagai pengempon Pura Batukaru dan pamarajan di Banjar Bendul, Desa Wangayagde 
  2. menjadi Perbekel Desa Wangayagde.

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Tuttwan

Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah Tuttwan

Tersebutlah Raja Daha Sri Airlangga dari istrinya pertama menurunkan tiga orang puta laki-perempuan bernama;

  1. Sri Sanggrama Wijaya alias Dyah Kili Suci Endang atau Raka Kapucangan.
  2. Sri Jayabhaya, dan 
  3. Sri Jayasabha

Dan istrinya seorang gunung yang dijumpai tatkala Sri Airlangga berburu didalam hutan, dan terjadi hubungan badan dibawah pohon timbul, menurunkan seorang putra laki-laki bernama Arya Buru atau Arya Timbul. ,

Untuk menghindari perebutan kedudukan sebagai raja di Daha, Oleh Raja Airlangga diperintahkan Arya Buru pindah ke Bali dengan diberikan rakyat sebanyak 200 orang. Sampai di Bali Arya Buru bertempat tinggal di Bukit Buluh, daerah Klungkung kemudian menurunkan seoarang anak perempuan bernama Ni Gusti Gunaraksa. Tempat tinggalnya dijadikan sebuah desa yang kemudian diberi nama Gunaksa. Kemudian Ni Gusti Gunaraksa dikawini oleh De Pasek Lurah Tuttwan.

Babad Bali Keturunan Mpu Ragarunting

Babad Bali Keturunan Mpu Ragarunting

Mpu Ragarunting putra kelima dari Bhatara Mpu Gnijaya, dari perkawinannya dengan putrinya Mpu Wira Tanakung menurunkan seorang putra laki-laki, yang sesudah menempuh acara dwijati, bergelar Mpu Wirarunting alias Mpu Paramadhaksa.

Kemudian Mpu Wirarunting menikah dengan Ni Made Dewi, dan menurunkan dua orang putra laki-perempuan, bernama:

  1. Mpu Wiraragarunting, 
  2. Ni Ayu Wirarunting. 

Selanjutnya Mpu Wiraragarunting kawin dengan Ni Ayu Wetan, kemudian dari daerah Tumapel pindah ke kerajaan Majapahit. Di sana Mpu Wiraragarunting menurunkan tiga orang putra laki-laki, bernama:

  1. De Pasek Lurah Tuttwan, 
  2. De Pasek Lurah Kubayan,
  3. De Pasek Lurah Salahin.