Google+

Pasek Gelgel di Banjar Pangaji Desa Bondalem Menyelamatkan I Gusti Manik Galih

Pasek Gelgel di Banjar Pangaji Desa Bondalem Menyelamatkan I Gusti Manik Galih

I Gusti Ler Pamacekan atau Gusti Kaler Pemacekan bersama anak istrinya di dalam pelarian dari desa Bringkit sampai di desa Bukit Pegat dikejar oleh I Gusti Agung Putu. Disana I Gusti Ler Pamacekan dapat dibunuh, sedangkan enam anaknya dapat menyelamatkan diri yaitu:
  • I Gusti Den Tembok,
  • I Gusti Tajeran,
  • I Gusti Poh Gading,
  • I Gusti Alit Dawuh alias I Gusti Alit Kaler dan
  • I Gusti Kapawon. 

Untuk menghormati I Gusti Kaler Pacekan, masyarakat Lengkayan Kutuh mensthanakan atau malinggihkan atman beliau sebagai Dewa Pitara di Pura Dang Kahyangan Sang Tengah, di puncak Bukit Pegat tempat pertempuram Sampai sekarang palinggih I Gusti Kaler Pacekan di Pura Sang Tengah masih tetap ada dan dihormati.

Sedangkan istri I Gusti Ler Pamacekan, Ni Gusti Ayu Surung yang sedang hamil, melarikan diri ke tengah hutan Madenan, daerah Buleleng. Oleh karena merasa takut seorang diri tanpa kawan di dalam hutan tersebut, sambil menangis selalu berdoa dan memohon kepada Hyang Parama Kawi supaya memperoleh perlindungannya.

diceritakan keturunan Kiayi Gusti Agung Pasek Gelgel tinggal di Banjar Pengaji desa Madenan – beliau diberi kuasa atas tanah bekas desa Alas Gunug Sari dengan batas-batas :
  • Di sebelah utara berbatasan dengan hutan Aas Ningkang.. Diberi nama Aas Ningkang karena pohon Beringin yang tumbuh disana akarnya melangkahi jalan yang menuju sumber air (bulakan) yang terdapat disebelah timur pura Dalem.berjarak sekitar 100 meter. Di hutan ini terdapat Pura Dalem desa Madenan
  • Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sangambu
  • Sebelah timur berbatasan dengan Tukad Mejan (batas desa Kutuh-Bangli)
  • sebelah barat berbatasan dengan tukad Yeh Song- desa Gentuh.

Di Sebelah utara batas tanah Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel terdapat 2 (dua) sumber air (Bulakan) yaitu Yeh Bakung dan Yeh Aas Ningkang. Di Yeh Bakung dahulu didirikan pelinggih yang diempon oleh sekehe Subak Bakung, Pengantungan tali dan sekitarnya.

Di Aas Ningkang terletak Pura Dalem Desa Madenan dan di Yeh Aas Ningkang - sekarang dikenal dengan nama Taman Sari dan telah berdiri pura pedadyanan Mandala. Karena ditempat tersebut I Gusti Ayu Surung bersembunyi sampai ditemukan oleh pemilik tanah Pengantungan tali.

Diceriterakan - suatu ketika sehabis memeriksa batas-batas tanahnya di pengantungan Tali-sampai ke Bakung, Pasek Gelgel Banjar Pengaji desa Madenan bermaksud mandi dan mengambil air di Yeh Aas Ningkang, (berjarak sekitar 150 meter dari batas tanah Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel. Di Bulakan tersebut dijumpainya seorang wanita hamil sedang menangis sedih sendirian. Oleh Pasek Gelgel Banjar Pengaji wanita tersebut di dekati dan ditanya siapa gerangan dan dari mana asalnya.

Mendengar cerita istrinya I Gusti Ler Pamacekan, Pasek Gelgel merasa sangat kasihan, lalu istrinya I Gusti Ler Pamacekan diajak pulang, maka atas persetujuan I Gusti Ayu Surung diajaklah I Gusti Ayu Surung ke Desa Madenan.

Disana istrinya I Gusti Ler Pamacekan berjanji, apabila ia melahirkan anak perempuan, anak itu akan diserahkan kepada Ki Psek Gelgel untuk dijadikan istri. Sedangkan jika ia melahirkan anak laki-laki akan dijadikan saudara oleh Ki Pasek Gelgel.

Sesudah cukup umur kandungan itu, lahir seorang anak laki-laki. Lalu anak itu diberi nama I Gusti Manik Galih (Manik Kalih), sebagai kenangan bahwa janin yang sedang dikandung ketika suaminya dibunuh di bukit Pegat oleh I Gusti Agung Putu dapat diselamatkan dan akhirnya lahir dalam keadaan sehat. Selanjutnya I Gusti Manik Galih diajak dirumahnya Ki Pasek Gelgel di Banjar Pangaji Desa Bondalem. Sesudah dewasa, I Gusti Manik Galih berpisah dengan Ki Pasek Gelgel dan menurunkan parati santana di desa Bondalem, daerah Buleleng. I Gusti Manik Galih berkeluarga berputra I Gusti Alit Mandala. I Gusti Alit Mandala tumbuh sebagai seorang pemuda tampan, pintar dan pandai bergaul.

Di Desa Bondalem I Gusti Alit Mandala membuat rumah dan hidup bertetangga dengan Pasek Gelgel banjar Pengaji Bondalem. Bahkan I Gusti Alit Mandala membuat pemujaan sederhana untuk para leluhurnya berdampingan dengan pemujaan leluhur Pasek Gelgel Banjar Pengaji Bondalem yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri.

Sebagai kenangan terhadap tempat persembunyian Gusti Ayu Surung maka pratisentana Alit Mandala mendirikan sebuah pura Pedadyaan di Yeh Aas Ningkan yang sekarang dikenal sebagai Pura Taman Sari-sedangkan penduduk Desa Madenan menyebutnya sebagai Pura Menale. Pura Pedadyaan Mandala Taman Sari berdekatan dengan Pura Dalem Desa Madenan, berjarak sekitar 100 m.
Sampai di Mengwi lalu Padanda Sakti Bukian bersama pengiringnya ditempatkan di Kekeran desa Mengwitani. Sedang Danghyang Wiragasandhi masih bersama 3 orang puteranya. Setelah Danghyang Wiragasandi wafat, kedudukan beliau di desa Kayuputih digantikan oleh Padanda Cakti Ngurah Pamade. Di desa Kayuputih tidak ada lagi pusaka, sebab semua sudah dibawa oleh Padanda Cakti Bukian ke Mengwi. Mereka yang tinggal di desa Kayuputih ingat dengan anugrah dulu dari Bhatara Caturmuka tentang Pasupati Widiastra dan Catur Wedhadhaparaga, lalu mereka membuat senjata pusaka. Kemudian Padanda Cakti Ngurah Pamade dari Kayuputih pindah ke banjar Tiyingtali desa Jagaraga, Buleleng. Sedang Padanda Cakti Kamenuh tetap tinggal di desa Kayuputih. Mereka inilah yang menurunkan warga Brahmana Kamenuh.

Demikian ikhwal adannya warga Brahmana Kamenuh, akibat berhasilnya bujukan prebekel desa Kayuputih, daerah Buleleng, yaitu Pasek Gelgel keturunan I Gusti Pasek Gelgel di Banjar Pegatepan, desa Gelgel, daerah Klungkung. Begitu pula ikhwal adanya Pasek Gelgel di Kekeran Desa Mengwitani, Badung.

Artikel yang terkait dengan Keberadaan Pasek Gelgel di Bondalem:
Demikianlah sekilas tentang  Pasek Gelgel di Banjar Pangaji Desa Bondalem Menyelamatkan I Gusti Manik Galih. semoga babad ini bermanfaat.

4 komentar:

  1. Penguasa/pemilik tanah di Pengantungan tali Desa Madenan, tempat Gusti Ayu Surung bersembunyi adalah Keluarga Pasek Gelgel dari Banjar Pengaji Desa Madenan, bersaudara dengan Pasek Gelgel Banjar Pengaji Desa Bondalem. Suatu ketika pemilik/penguasa tanah bermaksud mengambil air di bulakan (sumber air) yang terdapat dipinggir hutan bersebelahan dengan pengantungan tali (jaraknya sekitar beberapa meter lebih kurang 100 m dari tanah yang dikuasai Pasek Gelgel Br. Pengaji), ternyata dijumpai seorang wanita sedang menangis sedih sendirian. Setelah ditanya, kemudian Gusti Ayu Surung diajak kerumah Pasek Gelgel Br. Pengaji (Sebelumnya hanya dikenal sebagai Br. Pengaji saja tanpa kata Pasek). Gusti Ayu Surung melahirkan anak diberi nama Gusti Manik Galih. Kemudian Gusti Manik Galih mempunyai putra diberi nama Gusti Alit Mandala. Setelah Besar Gusti Alit Mandala berniat pindah dari Madenan ke Bondalem, oleh Pasek Banjar Pengaji di titipkan kepada saudaranya Pasek banjar Pengaji Desa Bondalem. Itulah sebabnya pura pedadyanan Banjar pengaji dengan Pura padyadanan Mandala bersebelahan. Sedangkan tempat Gusti Ayu Surung bersembunyi dan ditemukan oleh Ki pasek Banjar pengaji Desa Madenan di Pengantungan tali. Kini sudah berdiri pura Tamansari yang oleh penduduk desa Madenan dikenal sebagai Pura Menale.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mohon masukan, cerita lengkapnya...
      agar sekilas babad ini tidak menyimpang dari aslinya...
      baik yang bersumber dari buku ataupun salinan purana.suksma

      Hapus
    2. Mudah-mudhan cerita ini benar dan tentu kami sentana IGUSTI ALIT Mendala MENGUCAPKAN TERIMKAIH. Saya meragukan istri seorang pemimpin perang tak mungkin lepas dari penjagaan para prajurit dan pengawalnya.ISTRI BELIAU DAN ANAK-ANAK PASTI DIBERI PENGAWALAN YANG BAIK. APALAGI SUDAH LAMA DALAM PELARIN DISANA. Bila berkenan tolong tuliskan peperangan itu terjadi. Mengapa peperangan itu terjadi. Dan bagaimana perjalanan pelarian IGuSti KALER Kepacekan SESUDAH PERANG TERJADI. SEMOGA PENJELASAN SAUDARA MENDAPAT BALASAN DARI Leluhur kami.Terimakasih.

      Hapus
  2. mohon dikoreksi, bait terakhir dan penutup melenceng dari JUDULnya, yg mengambil cuplikan dari warga Brahmana Kemenuh. suksma

    BalasHapus