Google+

Pertempuran Stria Taman Bali - Tirtha Harum Bangli

Pertempuran Stria Taman Bali - Tirtha Harum Bangli

Tersebut seorang raja di Bangli bernama Kyayi Anglurah Prawupan (keturunan Arya Batan Jeruk).
Raja Taman Bali I Dewa Gede Tangkeban II atau Dewa Taman Bali mengutus dua orang prajurit untuk membunuh raja Bangli, namun gagal.
Kemudian Raja Bangli mengutus kembali dua ksatria itu untuk membunuh Raja Taman Bali dengan janji bila berhasil diberikan hadiah kekuasaan di daerah itu, ksatria itu berusaha membunuh I Dewa Taman Bali, namun ksatria itu dapat dibunuhnya. I Dewa Taman Bali hanya menderita luka berat dan lama belum pulih.

Sedang dalam penderitaan luka parah, istri I Dewa Taman Bali serong (abamia) digauli oleh putranya sendiri yang bernama I Dewa Kaler. Diperintahkan untuk membunuh I Dewa Kaler dan istrinya yang serong itu. Namun tidak diijinkan oleh Dalem Gelgel. Hanya derajat kebangsawanannya diturunkan menjadi Pungakan, yang kemudian dikenal dengan Pungakan Bagus. I Dewa Kaler diusir dari Taman Bali kemudian bernama Pungakan Kedisan karena dalam perjalanannya disambar burung gagak, juga disebut Pungakan Don Yeh karena waktu berangkatnya mengarungi hujan lebat dan banjir.

Taman Narmada Baliraja Tirtha Harum

Taman Narmada Baliraja Tirtha Harum

Pura Taman Narmada Tirtha Harum - Taman Bali
Di Desa Taman Bali terdapat sebuah Taman yang merupakan peninggalan Kerajaan Taman Bali. 
Taman ini dilengkapi kolam dan tempat pemujaan berupa bangunan Pura Kawitan Maha Gotra Tirta Harum Tamanbali sehingga tempat ini dijadikan tempat rekreasi oleh raja Tamanbali. 

Taman Narmada Baliraja luasnya sekitar 50 are dikelilingi oleh areal persawahan. 
Kerama subak mendirikan bangunan Pura Subak yang berada di sebelah Barat Pura Kawitan Maha Gotra Tirta Harum Tamanbali. 

Disamping itu terdapat pula peninggalan berupa Jempeng Raja (WC) yang berbentuk lembu dan Bangunan Bale Emas (tempat penyimpanan kekayaan raja) yang berada di lingkungan SD No. 1 Tamanbali. Bale emas itu sudah direnovasi pada tahun 1986 oleh warga Desa Tamanbali. Peninggalan ini tentunya mempunyai daya tarik dan sekaligus potensial dikembangkan sebagai obyek wisata, khususnya wisata memancing yang bisa dikaitkan dengan olah raga sepeda gayung dan lari lintas alam

Warih Satria Taman Bali (tirtha harum) ring Dapdap Putih Buleleng

Warih Satria Taman Bali (tirtha harum) 

ring Jero Wisnu Bhuana Kerobokan Dapdap Putih Buleleng

Ida I Dewa Gde Rai ,setelah menjadi raja bergelar seperti gelar ayahnya ( Ida I Dewa Gde Tangkeban VII ) dan memperistri dua bersaudara yaitu I Desak Kompyang Sepi dan I Desak Nyoman Simpen yang berasal dari Tambahan bangli dan beliau masih mempunyai banyak selir lainnya,

Selanjutnya akan di ceritakan perjalan warih dari Ida I Dewa Gde Tangkeban VII dari Desak Kompyang Sepi; dalam keadaan Hamil 6 bulan berdasarkan cerita dan bukti dari pengelingsir di puri soka dan juga pengemong pura dalem Suladri yang terletak dibangli berdekatan dengan lokasi puri semarebawa bangli, karena sesuatu hal menyebabkan Desak kompyang sepi mengambil keputusan untuk keluar dari lingkungan puri demi menyelamatkan dirinya beserta cabang bayi yang dikandungannya maka bersembunyilah beliau di dalam gedong bata pura dalem suladri, setelah beberapa hari terlewatkan dan dirasa keadaan sudah agak aman Desak kompyang sepi keluar dari persembunyiannya dan melanjutkan perjalanan menuju kearah Gianyar tepatnya Desa Beng, dan kembali melanjutkan perjalanan dan akhirnya mengabdikan diri di Puri Gianyar mengasuh putra raja yang bernama Anak Agung Gede Tali, kemudian karena datangnya Belanda Ke Gianyar dan merasa keadaan tidak aman maka ditinggalkanlah Puri gianyar.

sekilas Kawitan Maha Gotra Tirta Harum

sekilas Kawitan Maha Gotra Tirta Harum

Babad Tirtha Harum
Maha Gotra Tirta Harum, yang berorientasi pada Pura Tirta Harum sebagai Pura Kawitan Maha Gotra Tirta Harum, ini ada benarnya karena leluhur Maha Gotra Tirta Harum dilahirkan di Tirta Harum.

Tapi kini penulis akan mencoba mengutarakan bahwa disamping Pura Kawitan Tirta Harum, masih ada lagi Pura Kawitan yang lain yang belum dikenal oleh para pembaca dan khususnya oleh para kebanyakan Maha Gotra Tirta Harum.

Sebagai jawaban atas pertanyaan : Putra siapakah bayi yang dilahirkan di Tirta Harum, dan dimana stana beliau tempat melakukan Tapa Yoga Semadi.

Berdasarkan Lontar Pura Dalem Sila Adri, satu-satunya sumber yang penulis temukan, mengutarakan pada pokoknya sebagai berikut :

Disebutkan dalam Lontar bahwa, beliau yang bergelar Danghyang Subali berstana di Gunung Tohlangkir (Gunung Agung) membangun stana tempat beryoga di Pura Bukit Batur (150 m disebelah timur Pura Tirta Harum). Dan daerah di sekitar pesraman tersebut diberi nama Brasika yang berarti ikan Nyalian.

Disamping membangun stana tempat melakukan Tapa Yoga, beliau juga membangun dua buah permadian yaitu : Tirta Harum dan Taman Bali