Google+

Anglurah Sidheman II

Anglurah Sidheman II - I Gusti Gunung Agung

Sepulang Ida I Gusti Anglurah Sidheman Dimade ke Sorgaloka, maka kedudukan beliau digantikan oleh putranya I Gusti Gunung Agung, memakai gelar sebagai ayahnya Ida I Gusti Anglurah Sidheman.

Beliau menjadi Anglurah yang mendampingi Ida Dalem Sagening di Gelgel. Sebagai mahapatih Ida Dalem adalah I Gusti Agung Widhya diseratai oleh adiknya yang bernama I Gusti Ler Pranawa. Karena sehari-hari bertemu dengan putri I Gusti Ler, maka beliau jatuh cinta kepada I Gusti Ayu Kaler putri dari I Gusti Kaler.

Diceriterakan I Gusti Ler Pranawa yang menjabat Demung di Gelgel mempunyai putra laki-laki 9 orang, wanita 5 orang. 
Yang laki bernama:

  1. I Gusti Penida, 
  2. I Gusti Wayahan Kamasan, 
  3. I Gusti Ketut Kamasan, 
  4. I Gusti Sibetan, 
  5. I Gusti Sampalan, 
  6. I Gusti Tambesi, 
  7. I Gusti Teges, 
  8. I Gusti Ubud, 
  9. I Gusti Basang Kasa. 

Ida I Gusti Anglurah Sidhemen I

Ida I Gusti Anglurah Sidhemen I atau I Gusti Made Kacang

Diceriterakan sekarangputra Ida I Gusti Anglurah Kacangpawos yang bernama I Gusti Made Kacang atau I Gusti Dimade, sudah dewasa beliau itu kemudian menggantikan kedudukan ayahnya seperti yang diperintahkan oleh Ida Dalem. Semasa ayahnya hidup, Ida I Gusti Dimade ditugaskan untuk mengadakan penelitrian serta membangun permukiman di perbukitan atau tanah cebola di tepi timur laut desa Kacangpawos. I Gusti Made Kacang menuruti perintah ayahnya dengan membawa perlengkapan serta rakyat 200 orang banyaknya.

Disertai oleh rakyatnya, I Gusti Made Kacang tanpa pamrih membangun kawasan tanah cebola itu, kemudian membangun istana. Wilayah itu dinamai Cabola yang belakangan menjadi Tabola atau Tebola.

Lama kelamaan Ida I Gusti Made Kacang berdiam di Cabola, kemudian pada suatu hari beliau beranjangsana, melihat wilayah sebelah timur tempat istana beliau. Kemudian beliau sampai di suatu tempat yang luas yang masih sepi namun baru – suwung lan hnu anyar. Kemudian beliau beristirahat di tempat itu. Ada wangsit dari beliau Yang Di Atas yang meminta agar beliau membangun tempat itu. 
Itu sebabnya beliau disetai rakyatnya semuanya kemudian membangun tempat itu dan membuat istana di sana. Kemudian tempat itu diberi nama Yang Taluh. Itu sebabnya beliau diberi gelar I Gusti Yang Taluh

Ida Bang Penataran atau Anglurah Kacangdawa

Ida Bang Penataran atau Anglurah Kacangdawa

Diceriterakan sekarang Ida Bang Panataran, putra dari Ida Bang Tulus Dewa, setelah ditinggal oleh ayahnya. Memang benar-benar sayang beliau kepada adik beliau Ida Bang Tohjiwa serta Ida Bang Singharsa. Siang malam beliau bertiga memperdalam kecakapan dan ilmu yang diberikan oleh ayahnya agar kian merasuk di diri beliau masing-masing.

Karena beliau sudah meningkat dewasa, andal pada diri, maka pada suatu hari, Ida Panataran berangsana turun dari Besakih ke desa-desa, sampai akhirnya tiba di Gelgel. Saat itu Ida Dalem Smara Kepakisan yang menjadi raja Bali didampingi oleh para patih dan menteri semua. Di saat itu beliau dilihat oleh Patih Agung Kriyan Patandakan yang sedang menuju ke puri menghadap Ida Dalem. Sangat heran Sang patih Agung , Kriyan Patandakan melihat prabawa Ida Panataran. Kemudian diminta beliau itu singgah di Puri Ki Patih Agung. Di sana Ida Panataran jatuh cinta kepada purti Ki Patih Agung yang bernama I Gusti Ayu Buringkit.

Singkat cerietera, karena sudah saling mangasihi, keduanya, maka Ida Bang Panataran menikahi putri Ki Gusti Agung dan kemudian berdiam di rumah mertuanya.

Diceriterakan sekarang adik Ida Panataran yang bernama Ida Tohjiwa, seperti kehilangan, sudah demikian rindu dengan kakak beliau, kemudian dicarinya kakaknya ke desa-desa, tak dinyana ditemuinya di Gelgel. Di sana kemudian adiknya menghadap kepada kakaknya, di Kepatihan. 

Ida Wang Bang Tulus Dewa

Ida Wang Bang Tulus Dewa

Dikisahkan sekarang Ida Wang Bang Tulus Dewa atau Ida Wang Bang Tulus Ayu di Besakih bersama adiknya Ida Wang Bang Wayabiya. Sesudah Ida Danghyang Bang Manik Angkeran berpulang moksa ke Sorgaloka, beliau berdua kakak beradik bertempat tinggal di Pasraman ayah beliau sang pendeta yang sudah meninggal. Berdua beliau itu melanjutkan tugas ayah beliau sebagai Juru Sapuh, mengawasi keasrian serta kesucian sthana Ida Bhatara semua se wilayah Besakih, terutama di Kahyangan Hyang Naga Basukih serta menjadi prakangge yang menyelesaikan segala upacara di Kahyangan Jagat itu. Di samping itu Ida Bang Tulus Dewa memang benar-benar seorang arsitek agung, beliaulah yang memperbaiki serta menata Pura Besakih pada saat itu, sehingga menjadi asri serta megah nampaknya.

Sira Agra Manik

Sira Agra Manik

Sekarang dikisahkan Sira Agra Manik di Besakih yang bertugas untuk nabdabin Lawangan Agung. Selama di Besakih beliau tinggal di Pesraman mendampingi Ida Bang Tulusdewa. Setelah Sira Agra Manik dewasa, beliau lama tidak menikah. Pada suatu hari Sira Agra Manik pergi ke Lawangan Agung untuk melakukan kegiatan kebersihan. Di sana bertemu dengan anaknya I Pasek Prateka yang bernama Ni Luh Watusesa. Lama kelamaan keduanya saling mencinta, kemudian melangsungkan pernikahan. Kemudian Ni Luh Watusesa hamil dan melahirkan putra laki-laki dinamai Sira Manikan.

Semenjak mempunyai putra itu kemudian Sira Agra Manik tinggal di Lawangan Agung.
Tidak diceritakan kegiatan Sira Agra Manik setelah mempunyai putra Sira Manikan. Sampai lama kelamaan Sira Manikan menjadi dewasa. Selanjutnya Sira Manikan kawin dengan anaknya I Pasek Kayu Selem yang bernama Ni Luh Sari. Setelah perkawinannya itu beliau tinggal di Batusesa, dan diberi oleh orang tua beliau senjata batu yang sangat ampuh (mawisesa) serta kris pasupati.
Dari perkawinannya tersebut melahirkan 2 (dua) orang putra dan 1 (satu) orang putri:

  1. Sira Manik Gumi, 
  2. Sira Ayu Manik Mas dan 
  3. Sira Manik Arum.

Setelah Sira Manik Gumi dianggap dewasa, beserta dengan orang tuanya Sira Manikan kemudian pergi ke Swecapura untuk membantu Ida I Gusti Anglurah Sidemen. Sedangkan Sira Manik Arum pergi ke Karang Amla.

Para Putra Arya Wayabiya berpindah tempat

Para Putra Arya Wayabiya berpindah tempat

Diceriterakan I Gusti Anglurah Tambaan Kancing Masuwi ketika beristana di Tambaan serta menjadi Anglurah Gelgel, ada putranya bernama:

  • I Gusti Ngurah Tambaan Saguna, 
  • I Gusti Ayu Jembung, 
  • I Gusti Ayu Raka serta 
  • I Gusti Tambaan Laca. 

I Gusti Tambaan Laca menyertai ayahnya di Tegal. 
 I Gusti Ayu Jembung sudah dipertemukan dan dinikahkan dan sudah diupacarai dengan I Gusti Ngurah Arsa Guwi. Tahu-tahu datang utusan sang ratu Taman Bali, meminang I Gusti Ayu Jembung. Utusan itu bernama Padanda Sakti Gde Mawang. 

Tatkala I Gusti Ngurah Tambaan keluar dari puri, dilihat sang pandita di halaman puri sedang memegang tateken beliau dan terlihat keluar api se-kepalan tangan bertingkat satu. Kemudian Ida I Gusti Ngurah Tambaan seraya menghaturkan ucapan selamat datang, juga memegang keris pusaka – pajenengan beliau dan keluar api se-hasta bertingkat 21. Saat itu merasa kalah kesaktian sang pandita dengan I Gusti Ngurah Tambaan. Lalu Ida pandita menyampaikan prihal akan meminang adiknya I Gusti Ayu Jembung akan dipakai isteri oleh I Dewa Taman Bali. 

Bukti Saint Veda tentang keberadaan Alam Semesta

Bukti Saint Veda tentang keberadaan Alam Semesta

Pustaka Hindu kuno, memperkirakan "Hari Brahma, jangka hidup dari alam semesta kita, menjadi 4.32 milyar tahun. Angka ini dekat dengan perkiraan para astronom kita, yang menghitungnya menjadi sekitar 4.6 milyar tahun."

Dr. Carl Sagan ahli astronomi AS terkenal, di dalam bukunya, Cosmos (1980) menjelaskan: “Agama Hindu adalah satu-satunya agama besar dunia yang mengatakan bahwa Alam Semesta mengalami kelahiran dan kematian tak terukur, tak terbatas. Ia adalah satu-satunya agama di mana skala waktunya sesuai dengan skala waktu kosmologi ilmiah modern. Siklusnya berjalan dari hari siang dan malam biasa kita ke suatu siang dan malam Brahma, 8.64 milyar tahun panjangnya. Lebih panjang dibanding usia Bumi atau Matahari dan sekitar separuh waktu sejak Dentuman Besar (Big Bang). Dan masih ada banyak skala waktu yang lebih panjang.”

Suatu ketika Dr. Carl Sagan, melakukan show di sebuah TV di Amerika. 
Dengan bantuan animasi dan simulasi komputer, Mr. Sagan mempresentasikan semua teori yang dikemukakan oleh Para ahli fisika astronomi saat ini. 
Dijelaskannya tentang panjang gelombang cahaya galaxy yang terus bertambah, alam semesta mengembang, teori Big Bang, efek Dopler, dan sebagainya. Para pemirsa terkejut, ketika menjelang akhir acaranya Mr. Sagan terlihat berada di India, berdiri di depan sebuah Temple Krishna yang telah berusia ribuan tahun. 

Mr. Sagan berkata “Para ilmuwan menemukan semua teori yang telah saya paparkan tadi tahun-tahun akhir ini saja, sedangkan di sini, di India, orang sudah mengetahui informasi itu sejak ribuan tahun yang lalu, dari kitab-kitab Weda…” (Danavir Gosvarni, 2002).

Lontar Kunti Sraya

Lontar Kunti Sraya

merupakan Lontar yang berisikan ilmu kawisesan, yang bisa dikategorikan pengiwa, karena sebagian besar berisikan mantra-mantra palepasan.
adapun isi dari lontar Kunti Sraya ini adalah:
  1. Keputusan Kunti Sraya
  2. aji Penangkeb
  3. pengraksa rikala madewa sraya
  4. pengarad hyang kunti sraya
  5. dan mantra-mantra madewasraya lainnya.

berikut ini salinan Lontar Kunti Sraya

Lontar Usadha Tengeran Sarab

Lontar Usadha Tengeran Sarab

Tengeran Sarab adalah jenis lontar usada/pengobatan tradisional Bali yang memuat nama-nama penyakit sarab, mantra, dan sarana pengobatannya.
Sarab dalam kamus Bali, Jawa Kuna berarti: penyakit gatal-gatal berupa bintik-bintik merah pada kulit bayi.
Penyakit sarab ada bermacam-macam bergantung pada gejala yang menyertainya. Misalnya:

  • kalau si bayi tidur terus, itu disebut sarab bangké, 
  • kalau sakitnya senut-senut disebut sarab barong, 
  • kalau kaki dan tangannya saling terkait disebut sarab pamali, 
  • kalau tidak bisa menangis disebut sarab getih/darah, 
  • kalau menangis tiada hentinya disebut sarab laplap. 

Selain itu, lontar tersebut juga menjelaskan berbagai permasalahan pada bayi dan cara menjaganya agar terhindar dari berbagai kejahatan yang disebabkabn oleh ilmu hitam, seperti dhesti dan léyak.

Adapun cara menangkal berbagai kegiatan itu berupa mantra yang diberi judul antara lain: wéda krettha kundawijaya yang berguna untuk berbagai hal; pengesengan upas yang berguna untuk menetralkan segala macam racun; pematuh agung, pengraksa jiwa; dan sebagainya.

berikut ini salinan lontar Usadha Tengeran Sarab

Ilmu Pengasih dalam Lontar Piwelas

Ilmu Pengasih dalam Lontar Piwelas

Lontar milik : Ida Rsi Bujangga, Gria Tegal Cangkring, Negara.
Piwelas adalah jenis lontar kediatmikan yang tergolong ilmu kawisesan pangiwa.
Piwelas adalah kata bahasa Bali yang berarti pengasihan.
Lontar tersebut tidak hanya memuat aji pengasihan atau guna-guna, tetapi juga ilmu hitam yang lainnya, yaitu aji pengiwa dan pangliyakan.

Aji pengasihan atau guna-guna yang dimaksud adalah:

  1. Piwelas Ni Rangdéng Dirah, 
  2. Piwelas Bhatara Ghana, 
  3. Piwelas Jarring Sutra, dan
  4. Piwelas Kama Tantra. 

Aji pangiwa dan pangliyakan yang dimuat dalam lontar tersebut adalah:

  1. Kaputusan Bhatari Dhurga, 
  2. Kaputusan Siwa Sumdhang, 
  3. Kaputusan Batur Klika, 
  4. Waringin Mas, 
  5. Tumpang Wredha, 
  6. Brahma Sumeru, 
  7. Pangliyakan Kandhaphat, 
  8. Kaputusan Sang Hyang Aji Lawéyan, dan 
  9. Kaputusan Léyak Gundul. 

Selain ajian-ajian tersebut, lontar yang diberi judul piwelas milik Ida Rsi Bujangga, Geriya Tegal Cangkring, Negara itu, juga memuat ajian-ajian yang lain, seperti:

  1. Pamancut Guna, 
  2. Tungkub Buwana, 
  3. Tutulak Pangraksa Jiwa, 
  4. Paséwakan, 
  5. Tutulak Sakti, 
  6. Pametuwan Bhuta ring awak, 
  7. Sasirep Kaputusan Maling Maguna, dan sebagainya.