Google+

Surga dan Neraka bukanlah Tujuan Agama

Surga dan Neraka bukanlah Tujuan Agama

mungkin ada yang bertanya, kenapa Surga dan Neraka bukanlah Tujuan Agama?
bila yang bertanya orang hindu, maka akan terlihat tingkat pemahaman agamanya, tetapi bila yang bertanya tentang hal diatas orang/umat non-hindu, sangat dipahami karena mereka baru belajar untuk mencari Sorga dan Neraka saja.

mungkin umat hindu sudah mengetahui, bahwa Tujuan Agama Hindu Adalah:
Moksatam Jagathita ya ca iti dharma
bahwa tujuan agama adalah mencapai MOKSA dan kebahagiaan dimasa hidup, caranya dengan jalan dharma. (silahkan baca: "Tujuan Agama Hindu").
bila hanya mencapai surga, tentu akan menjadi lebih mudah, hanya dengan menjalankan Tips Cepat Mencapai Sorga kita mendapat jaminan menperolehnya, tetapi MOKSA masih membutuhkan proses yang lebih dari itu semua.

Dalam agama Hindu sebagaimana dijelaskan sebelumnya, setelah mati, jiwa kita (1) mencapai moksa atau (2) lahir kembali kedunia.
Bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat-akibat dari perbuatan kita dari kehidupan yang terdahulu. Akibat baik atau akibat buruk. Disini dikenal istilah kelahiran surga dan kelahiran neraka.

  • Kelahiran surga artinya dalam hidup ini kita menjadi orang yang beruntung dan berbahagia.
  • Kelahiran neraka artinya dalam hidup ini kita akan menderita dan banyak mendapat kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya. Misalnya karena : sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka didunia ini.

tujuan sejati orang Hindu tidaklah mengejar sorga. 


sorga dan kenikmatan yang ada di dalamnya bukanlah idam-idaman pemeluk Hindu sejati. ada yang jauh lebih indah dan membahagiakan dibandingkan kenikmatan surga. kenikmatan surga sangat terbatas. dari demikian banyaknya level kehidupan sorga terindah adalah yang di miliki Dewa Indra. dalam kepercayaan Budhis malah ada 33 jenis level kehidupan, dan sorga ada di dalam level-level itu.

Apa yang salah dari Hindu?

Apa yang salah dari Hindu?

APA YANG SALAH DARI HINDU? “BANGGALAH ANDA TETAP DI JALAN DHARMA”

Om Swastyastu,
Belakangan ini kita cukup senang mendengar banyak saudara kita yang kembali ke ajaran dharma, ajaran yang bersumber dari Veda. Mereka telah di Sudhi Wadani menjadi seorang Hindu. Namun, saking senangnya kita melihat hal tersebut, kita malah tidak menghiraukan adanya bahaya yang terus memepet posisi kita.

Di tempat lain, malah banyak saudara kita yang pindah agama karena berbagai alasan. Mereka yang lemah, yang haus akan spiritual, yang tidak puas dengan jawaban “nak mula keto”, yang ingin mencari kedamain dengan jalan rohani, yang terpuruk karena ekonomi dan disibukkan dengan ritual yang menelan banyak biaya, mulai didekati oleh para kaum misionaris-misionaris untuk menawarkan produk yang tidak jelas kualitasnya.

Betapa sedihnya hati melihat saudara kita meninggalkan ajaran sanatana dharma karena kasus konversi. Maraknya kasus konversi agama belakangan ini sungguh membuat kita bingung. 
Kenapa hal ini bisa terjadi? 
Kenapa agama diperjual-belikan? 
Apa yang melandasi saudara-saudara kita pindah agama? 
Apa benar agama Hindu itu sulit? Apa benar agama lain lebih baik dari Hindu? 
Apa ada yang salah dari agama Hindu? 
Banyak pertanyaan di otak kita yang terus bermunculan akibat kasus seperti ini.

Hukum Hindu bagi Orang Bali Pindah Agama

Hukum Hindu bagi Orang Bali Pindah Agama

Prinsip predana ikut purusa disalah artikan.
Jika anak perempuan harus ikut suami walau suami beragama bukan Hindu.
Padahal yang dimaksud adat bahwa istri ikut suami adalah bukan agamanya melainkan mengikuti adat yang masih berdasarkan Hindu.
Untuk itu kita akan membahas di dalam blog ini akibat berpindah agama, yang mungkin dapat bisa memberikan pencerahan dalam hati kalian wahai 'generasi Muda Hindu Nusantara' . 
Banyak sekali kejadian kejadian saya temukan setelah berpindah agama malah menjelek-jelekkan agamanya yang terdahulu dengan mengganggap keyakinannya yang sekarang "Lebih Benar" tanpa tau akibat dari perpindahannya itu.

Seseorang pindah agama umumnya disebabkan suatu perkawinan. Mereka memandang bahwa perkawinan itu terjadi karena jodoh. Cara pandang mereka ini sangat keliru dan sangat berbahaya bagi generasi Hindu. Mereka seolah olah berlindung di bawah keagungan brahman padahal mereka itu tidak mempercayai Brahman. kalau memang setiap perkawinan itu karena jodoh, mengapa tidak ada orang eskimo dari kutub kawin dengan orang bali. mengapa tidak ada gadis uganda yang berkulit hitam pekat kawin dengan bujang ganteng dari bali.

Tidak ada mantra mata seloka dalam kitab suci weda yang mencantumkan tentang perkawinan karena jodoh. Brahman hanya mewahyukan hukum untuk dijadikan pegangan hidup umatnya. mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan tinggal kita yang melakoninya. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup di dunia maya ini tergantung dari kita. jadi nasi itu kita lah yang menentukannya. mau bernasib baik atau bernasib buruk tergantung dari diri kita.

Kursus Pemangku

Kursus Pemangku

Jro Mangku muput banten
Jro Mangku
merupakan pelatihan tentang kepemangkuan yang diselenggarakan oleh Yayasan Taman Bukit Pengajaran.

Kursus ini bertujuan memperluas pemahaman dan pengetahuan bagi masyarakat umum, para Mangku dan calon Mangku.

Pelajaran yg akan diberikan :

  • Tatwa Agama, 
  • sesana/swadarmaning pemangku, 
  • upacara/upakara, 
  • wariga, 
  • gegelaran Pemangku (tentang tata cara pemujaan dan mantram dalam melaksanakan upacara yadnya/muput upacara), 
  • Yoga Asuci Laksana (praktek yoga untuk meningkatkan kwalitas kesucian diri dan kerahayuan).

Kursus Usadha Ghanta untuk menjadi Terapis dan Penyembuh

Kursus Usadha Ghanta untuk menjadi Terapis dan Penyembuh

YOGA USADHA GHANTA - belajar menjadi terapis yang handal

Masalah kesehatan adalah merupakan masalah yang sangat penting di dalam hidup ini. Semua orang menginginkan agar dirinya selalu sehat. Karena hanya dengan kondisi tubuh dan jiwa yang sehat, kita baru dapat melaksanakan aktivitas kehidupan secara maksimal. Apalagi dijaman global sekarang ini problem kehidupan semakin komplek dan kompetitif, yang betul betul membutuhkan pikiran, tenaga dan waktu yang ekstra maksimal.

Hal ini langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi tubuh dan fisik kita. Karena begitu pentingnya masalah kesehatan itu di dalam hidup, maka kita harus selalu menjaganya. Di samping itu di dalam kenyataannya kita tidak bisa menghindarkan dari masalah kesehatan baik fisik maupun mental, karena itu sudah merupakan hukum krodat kita sebagai manusia.

silsilah Keturunan Dukuh Suladri

silsilah Keturunan Dukuh Suladri

berikut ini silsilah Keturunan Dukuh Suladri berdasarkan Buku Babad Pasek yang disusun oleh Jro Mangku Ketut Soebandi yang diterbitkan di Denpasar tanggal 5 Februari 1985.

Babad Dukuh Suladri diawali dengan menikahnya Mpu Ketek dengan putri Ki Arya Padang Subadra. dari pernikahan tersebut Ida Mpu Ketek menurunkan dua putra, yaitu:
  1. Sang Pemacekan
  2. Arya Kepasekan
Arya Kepasekan menurunkan Putra dan Putri, diantaranya:
  1. Kyai Agung Pamacekan
  2. Ni Luh Pemacekan
  3. Gusti Pasek Padang Subadra
Kiyai Agung Pemacekan menurunkan dua putra, yaitu:
  1. Ki Pasek Gelgel
  2. Ki Pasek Denpasar
Sang Pemacekan, kawin dengan dewi Dwararika, menurunkan dua orang putra putri, diantaranya:

  1. Mpu Pemacekan
  2. Ni Dewi Girinatha

silsilah keturunan Pasek Kubayan

silsilah Keturunan Pasek Kubayan

berikut ini silsilah keturunan pasek kubayan menurut versi buku babad pasek yang disusun oleh jro mangku ketut soebandi, yang diterbitkan pada tahun 1985.

Babad Pasek Kubayan diawali dengan Turunnya Ida Hyang Pasupati ke Bumi ini, kemudian beliau menurunkan sang Sapta Rsi, diantaranya:
  1. Bhatara Hyang Gnijaya, berparhyangan di Gunung Lempuyang Luhur
  2. Bhatara Hyang Putranjaya, berparhyangan di Gunung Tohlangkir
  3. Bhatari Dewi Danuh, berparhyangan di Hulun Danu (Batur)
  4. Bhatara Hyang Tugu, berparhyangan di Gunung Andakasa
  5. Bhatara Hyang Manikgalang, berparhyangan di Pejeng
  6. Bhatara Hyang Manikgumawang, berparhyanan di Gunung Beratan
  7. Bhatara Hyang Tumuwuh, berparhyangan di Gunung Batukaru
Ida Bhatara Hyang Putranjaya menurunkan dua putra, diantaranya:
  1. Bhatara Ghana, berparhyangan di Gunung Agung
  2. Bhatari Dewi Manik Gni
Bhatara Hyang Gnijaya, menurunkan Mpu Withadharma, yang kemudian dikenal dengan gelar "Sri Mahadewa".
Ida Mpu Withadharma, menurunkan dua putra, yakni:
  1. Mpu Bhajrasattwa atau Mpu Wiradharma
  2. Mpu Dwijendra atau Mpu Rajakertha

Jro Mangku sebutan untuk Pemangku

Jro Mangku sebutan untuk Pemangku

Pada umumnya kita di Bali mendengar kata pemangku (Jro Mangku) memang hal yang sudah biasa, namun perlu kita ketahui apakah yang terkandung tersirat dari makna kata yang terkandung didalamnya pada bagian ini kita akan bahas dari beberapa sumber yang menyebutkan makna dari kata pemangku. 

Menurut Lontar Widhi Sastra kata pemangku diuraikan menjadi:

  • ‘Pa’, bermakna “Pastika pasti”, yang artinya paham akan hakikat kesucian,
  • ‘Mang’ bermakna “Weruh ring titining Agama” artinya paham mengenai pelaksanaan ajaran Agama. Mengingat ‘Mang’ sebagai suku kata aksara suci Dewa Iswara atau Siwa sendiri sebagai guru niskala bagi warga desa, beliau juga dijuluki sebagai Sanghyang Ramadesa. 
  • ‘Ku’ bermakna “Kukuh ring Widhi” yang artinya teguh dan konsisten berpegangan kepada Tuhan/ Ida Sanghyang Widhi.

Kemudian dari kata Widhi, diperoleh suku kata ‘di’ yang artinya “dina” (hari), dari kata ‘dina’ diperoleh suku kata ‘na’ artinya “amertha” (sumber kehidupan) dari kata amertha diperoleh suku kata ‘ta’ artinya “toya” (air), dari kata toya diperoleh suku kayaa ‘ya’ artinya “jati jatining kaweruhan ring kahananing bhuana agung muang bhuana alit (hakikat pengetahuan mengenai bhuana agung dan bhuana alit).


Dalam Lontar Sukretaning Pamangku, dinyatakan bahwa pemangku adalah perwujudan I Rare Angon (Dewa Gembala/Pengangon) yang merupakan perwujudan dari Dewa Siwa seperti dinyatakan sebagai berikut” ‘Ikang sukretaning pamangku ring khayangan, wnang tegesin pamangku kawruhakena kang mawak pamangku ring sariranta. I Rare Angon mawak pamangku ring sariranta’.

Pawintenan Pemangku

Pawintenan Pemangku

Pawintenan atau Mawinten berasal dari kata “mawi” dan “inten”.

  • Mawi adalah kata bahasa Kawi yang berarti bersinar,
  • Inten berarti intan atau permata. 

Dengan demikian, maka orang yang sudah mawinten diibaratkan sebagai permata yang berkilauan karena lahir batinnya sudah disucikan.
Mengapa perlu disucikan?
Sebagai pelayan Ida Sang Hyang Widhi sekaligus pelayan masyarkat, seorang Pemangku harus bertanggung jawab atas kesucian Pura yang diemongnya. Karena itu sebelum diresmikan sebagai Pemangku, seseorang yang ditunjuk atau dipilih menjadi Pemangku terlebih dahulu harus disucikan dengan cara menjalani upacara penyucian diri yang dinamakan Upacara Pawintenan.

Cara Memilih Pemangku

Cara Memilih Pemangku

sebelum memilih seorang Pemangku/Mangku, kita wajib mengetahui, siapa yang boleh menjadi Pemangku.
Pemangku sebagai pelayan Ida Sang Hyang Widhi hendaknya dipilih dari umat yang memiliki budhi luhur, moral dan mental yang tinggi. 
Seorang calon Pemangku hendaknya memiliki jiwa pengabdian yang tulus dan ikhlas serta selalu siap untuk ngayah tanpa memikirkan imbalan apapun. 
Jabatan Pemangku seyogyanya tidak dijadikan sebagai tameng untuk menutupi kelemahan pribadinya yang sesungguhnya kurang baik, sehingga dapat menjadi orang terpandang di masyarakat. Kalau ternyata ada yang bertindak seperti itu, maka yang bersangkutan dapat dikatakan sebagai penipu masyarakat. Karmaphala buruk yang harus ditanggung dikemudian hari tentu akan menjadi lebih besar lagi. 

Demikianlah, maka untuk menetapkan seseorang untuk menjadi Pemangku tidaklah sembarangan.

Yang boleh dipilih menjadi Pemangku adalah mereka yang benar-benar memenuhi syarat. 

Peranan Pemangku dalam Masyarakat Adat Bali

Peranan Pemangku dalam Masyarakat Adat Bali

Pemangku mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat beraagama Hindu. 
Dikatakan penting karena setiap upacara atau yajna, sepanjang tidak mempergunakan Sulinggih, maka Pemangkulah yang diminta bantuannya untuk nganteb upakara (banten). Memang tidak semua upacara harus diselesaikan oleh Pendeta dan/atau Pemangku, sebab ada pula upacara-upacara kecil yang tidak mempergunakan jasa Sulinggih maupun Pinandita. 

Pada umumnya masyarakat sudah memahami tradisi dan kebiasaan, mana upacara yang harus dipuput oleh Pendeta, mana yang harus dihaturkan oleh Pemangku dan mana yang dapat dipersembahkan sendiri. Dalam hal dipergunakannya bantuan Pemangku, maka Pemangku tersebut berfungsi sebagai perantara antara umat yang punya kerja dengan Ida Sang Hyang Widhi dan Ida Bhatara Kawitan/Leluhur. Karena itu tugas Pemangku sering disebutkan sebagai pelayan Ida Sang Hyang Widhi sekaligus pelayan masyarakat. Dalam posisinya sebagai pelayan itulah Pemangku menduduki posisi yang sangat penting dan terhormat.

Mengingat peranan penting tersebut, maka seorang Pemangku diharapkan dapat menjadi panutan, dapat memberi contoh yang baik, bahkan jika mungkin harus dapat menuntun dan membina warga masyarakat untuk bisa lebih mendekatkan dirinya dengan dan selalu ingat kepada keagungan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Itulah sebabnya, maka untuk bisa menjadi Pemangku tidaklah mudah, karena harus dipenuhi berbagai persyaratan.