Google+

Makna Sarana Upakara Yadnya

Makna Sarana Upakara Persembahyangan

Upakara sering dikenal dengan sebutan banten, upakara berasal dari kata “Upa” dan “Kara”, yaitu
Upa berarti berhubungan dengan, sedangkan,
Kara berarti perbuatan/pekerjaan (tangan). 
Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan atau dikurbankan dalam suatu upacara keagamaan. Dalam kehidupan agama Hindu di Bali, setiap pelaksanaan upacara keagamaan selalu mempergunakan upakara atau banten sebagai sarana untuk berhubungan/mendekatkan diri dengan pujaannya yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa/manifestasi-Nya yang akan dihadirkan.

Salah satu bentuk pengamalan beragama Hindu adalah berbhakti kepada Sang Hyang Widhi. Di samping itu pelaksanaan agama juga di laksanakan dengan Karma dan Jnana. Bhakti, Karma dan Jnana Marga dapat dibedakan dalam pengertian saja, namun dalam pengamalannya ketiga hal itu luluh menjadi satu. Upacara dilangsungkan dengan penuh rasa bhakti, tulus dan ikhlas. Untuk itu umat bekerja mengorbankan tenaga, biaya, waktu dan itupun dilakukan dengan penuh keikhlasan.

Makna Banten di Bali

Makna Banten di Bali

Kalo kita pergi ke Bali sering sekali kita melihat warga Hindu Bali melakukan persembahan yang mereka sebut Banten.
Apakah sebenarnya banten itu?
bagaimana sejarah Banten di Bali?
Apa fungsi Banten?
Terbuat dari apakah banten itu?
Mengapa kita membuat Banten…?
kumpulan banten untuk upakara yadnya sering juga disebut "bebanten". karena sangat banyak jenisnya serta membutuhkan pengorbanan lebih, maka sering juga ada plesetan dalam bahasa bali seperti ini:
  • be banten? (sudahkah upakara yang dibuat itu sesuai aturan banten)
  • beban ten? (apakah upakara ini memberatkan atau tidak?
karena beberapa permasalahan itulah, dalam artikel ini akan dibahas sepintas tentang bebanten atau banten upakara yadnya yang merupakan aplikasi dari ajaran Bakti Marga. Didalam Bhagavad Gita ditentukan banten yang paling sederhana, seperti yang dinyatakan sebagai berikut:
Patram pushpam phalam toyam yo me bhaktya prayacchatitad aham bhakty-upahritam ashnami prayatatmanah. (Bhagavad Gita IX.26)
Artinya :
Siapapun yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, atau seteguk air, akan Aku terima sebagai bakti persembahan dari orang yang berhati suci.

Proses dan Bukti Reinkarnasi

Proses dan Bukti Reinkarnasi

Reinkarnasi adalah salah satu pokok keimanan Agama Hindu. Reikarnasi/Punarbhawa/Samsara berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian diikuti oleh kelahiran”. Dalam suatu sloka disebutkan:
Sribhagavan uvacha :

bahuni me vyatitani

janmani tava cha ‘rjuna

tani aham veda sarvani

na tvam vettha paramtapa. (Bh. G. IV.5)
Sri bhagawan (Awatara) bersabda :

banyak kelahiran-Ku di masa lalu demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu tetapi engkau sendiri tidak Parantapa.
Reinkarnasi memiliki hubungan yang erat dengan Karma yang mana keduanya merupakan suatu proses yang terjalin erat satu sama lain. Reinkarnasi dapat dikatakan sebagai kesimpulan atas semua karma yang telah didapat dalam suatu masa kehidupan. Baik buruknya karma yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat kehidupannya pada reinkarnasi berikutnya.

Pokok Keimanan Hindu - Panca Sradha

Pokok Keimanan Hindu - Panca Sradha

Pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sradha, yaitu percaya adanya Tuhan (Hyang Widhi), percaya adanya Atman, percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya adanya Moksa.

A. Percaya Adanya Tuhan (Brahman) - Widdhi Tattwa

Percaya terhadap Tuhan mempunyai pengertian yakin dan percaya terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin dan percaya ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha Segala-galanya. Tuhan yang disebut juga Hyang Widhu (Brahman), adalah Ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia sebagai Pencipta, sebagai Pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Di dalam Weda, krisna bersabda sebagai berikut:
Etad yonini bhutani Sarvanity upadharaya Aham krtsnasya jagatah Prabhavah pralayas tatha (Bhagawad Gita VII.6)
Semua mahluk yang diciptakan bersumber dari kedua alam tersebut. Ketahuilah dengan pasti bahwa Aku adalah sumber perwujudan dan peleburan segala sesuatu di dunia ini baik yang bersifat material maupun yang bersifat materail maupun yang bersifat rohani

Orang Bali WAJIB ketahui hal ini

Orang Bali WAJIB ketahui hal ini

semeton Bali
mungkin para pembaca blog saya ini agak aneh kalau membaca judul dari artikel saya ini.
memang, saya belum ketahui banyak hal tentang budaya bali, tetapi saya hanya ingin berbagi beberapa hal yang saya ketahui dan saya rasa semeton bali wajib memperhatikannya juga. adapun beberapa hal tersebut adalah mengenai:
  • Siapa diri kita?
  • rumah dan lingkungan kita
  • bersosialisasi serta kepercayaan/keyakinan
sebagai orang bali yang beradab, wajib untuk menjalankan ajaran Tri Hita Karana dan Panca Yadnya, dimana kita harus mengerti dan paham bagaimana cara berhubungan dengan sesama, menjaga lingkungan serta berhungungan langsung dengan tuhan melalui manifestasinya. dengan menjalankan tiga hal tersebut, sangat diyakini bahwasanya orang bali akan dapat menemukan tujuan agama bali yaitu "mencapai kebahagiaan secara duniawi yang nantinya sebagai landasan menuju moksa".
berikut ini penjelasan tentang beberapa hal penting tersebut:

Brahmacari - Catur Asrama

Brahmacari - Catur Asrama

Brahmacari merupakan bagian dari tahapan Catur Asrama, merupakan masa belajar, masa menuntut ilmu/pendidikan sehingga tugas utamanya adalah menuntut ilmu pengetahuan utamanya tentang dharma (Spiritual - ketuhanan). brahmacari dijabarkan melalui pernyataan sebagai berikut:
brahmacarati iti brahmacari,
mereka yang berkecimpung dalam bidang (belajar) pengetahuan disebut brahmacari
Brahmacari berasal dari 2 kata, brahma dan cari;
  • Brahma artinya ilmu pengetahuan suci, dan 
  • Cari ( car ) yang artinya bergerak. 
Jadi brahmacari artinya bergerak di dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan ( masa menuntut ilmu pengetahuan ).

Catur Asrama

Catur Asrama

Pengertian Catur Asrama Untuk mewujudkan cita-cita Hindu Dharma mencapai Jagathita dan Moksa, maka setiap umat Hindu diajarkan untuk mencapai empat tujuan hidup. Kata Catur Asrama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Catur dan Asrama,

  • Catur yang berarti empat, dan
  • Asrama berarti tempat atau lapangan “Kerohanian”. Kata “Asrama” sering juga dikaitkan dengan tahap kehidupan, tingkat atau jenjang kehidupan seseorang atau tempat bertapa (pertapaan) atau dapat diartikan sebagai “usaha seseorang”. Jenjang kehidupan itu berdasarkan atas tatanan rohani, waktu, umur, dan sifat prilaku manusia. Susunan tatanan itu mendukung atas perkembangan rohani seseorang. Perkembangan rohani berproses mulai dari bayi, muda, dewasa, tua, dan mekar. Kemudian berkembang menjadi rohani yang mantap mengalami ketenangan dan berkeseimbangan. Yang dimaksud dengan usaha seseorang dalam pengertian Catur Asrama adalah usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seseorang pada tiap-tiap asrama. Bentuk dan jenis usaha hidup yang harus dilakukan pada masing-masing asrama sangat berbeda-beda sesuai dengan unsur Catur Purusartha yang ingin dicapai pada tiap-tiap asrama. Tiap-tiap Catur Purusartha wajib diwujudkan pada tahap-tahap asrama. Karena itu penerapan Hindu Dharma harus menunjang terwujudnya tiap-tiap unsur dari Catur Purusartha.

Jadi Catur Asrama berarti empat jenjang kehidupan masyarakat yang berlandaskan petunjuk kerohanian Hindu.

Tahap, tingkat atau jenjang kehidupan ini dihubungkan dengan umur, tingkat lmu pengetahuan suci, tingkat spiritualitas atau rohani, sifat dan perilaku atau moralitas seseorang. Empat tujuan hidup ini hanya dapat dicapai melalui tahapan-tahapan hidup sesuai dengan pertumbuhan manusia itu sendiri. Tahapan-tahapan itu disebut Catur Asrama. Catur Asrama ini adalah konsep dasar untuk mencapai empet tujuan hidup itu. Sebagai konsep hidup, Catur Asrama juga menjadi landsan konsepsional penerapan Hindu dharma. Karena penerapan Hindu Dharma bertujuan untuk mewujudkan tujuan hidup manusia pula.

Adanya empat jenjang kehidupan dalam ajaran agama Hindu dengan jelas bahwa hidup itu di program menjadi empat fase dalam kurun waktu tertentu. Tegasnya dalam satu lintasan hidup diharapkan manusia mempunyai tatanan hidup melalui empat tahap program itu, dengan menunjukkan hasil yang sempurna. 

Ksatria Warna - Profesi sebagai pelindung Rakyat abdi masyarakat

Ksatria Warna - Profesi sebagai pelindung Rakyat abdi masyarakat

setelah sebelumnya saya sudah memberi sekilas tentang "Brahmana Warna", sekarang saya akan coba berbagi tentang "Ksatrya Warna" yang juga merupakan bagian dari Catur Warna.

Warna Ksatrya: Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara. merupakan tokoh masyarakat bertugas sebagai penegak keamanan, penegak keadilan, pemimpin masyarakat, pembela kaum tertindas atau lemah karena ketidakadilan dan ketidakbenaran. Tugas utama seorang ksatria adalah menegakkan kebenaran, bertanggung jawab, lugas, cekatan, perilaku pelopor, memperhatikan keselamatan dan keamanan, adil, dan selalu siap berkorban untuk tegaknya kebenaran dan keadilan. ksatria merujuk pada profesi seorang yang mengabdi pada penegakan hukum, kebenaran dan keadilan prajurit, bisa pula berarti perwira yang gagah berani atau pemberani. Kelompok ini termasuk pemimpin negara, pimpinan lembaga atau tokoh masyarakat karena tugasnya untuk menjamin terciptanya kebenaran, kebaikan, keadilan, dan keamanan di masyarakat, bangsa, dan negara.

Melindungi (Ksatria); Keluarga merupakan wadah untuk melanjutkan kehidupan manusia dari generasi yang satu ke generasi lainnya, mengasuh, merawat dan melindungi agar menjadi manusia yang berkualitas. Fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya di antaranya adalah untuk :

  • memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga
  • membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar
  • membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga sejahtera
 

Ksatrya harus Berani Berperang


Perang membela kebenaran diwajibkan dalam kitab-kitab Weda. Sloka-sloka atau mantra-mantra Perang didalam kitab-kitab weda bukan dimaksudkan untuk menyebarkan agama atau meniadakan keyakinan agama lain atau memerangi agama lain, tetapi perang dalam pengertian Hindu adalah perang membela Dharma (kebenaran) dari penindasan kaum Adharma (=pengikut Raksasa = setan ?)
Ciri-ciri pengikut raksasa=Setan ? diantaranya
  1. Suka merusak tempat-tempat tempat suci pemujaan Hyang Widdhi
  2. Menindas pengikut-pengikut Para Dewa dan pemuja Hyang Widdhi
  3. Musuh-nya para Dewa
  4. Menyebarkan teror kepada para dewa dan pengikut-pengikutnya
  5. Melarang umat manusia menyembah Hyang Widdhi/Tuhan YME

Yang dapat dikategorikan penindasan terhadap Dharma diantaranya :
  1. Dipaksa untuk meninggalkan kitab Weda (agama Hindu)
  2.  Perusakan terhadap tempat Ibadah Agama Hindu dan kitab suci agama Hindu
  3. Tidak diijinkan menjalankan ibadah agama Hindu
  4.  Perampasan/penjarahan harta-benda secara beramai-ramai dengan alasan agama/keyakinan berbeda.
Apabila penindasan Dharma oleh kaum Adharma merajarela, maka umat Hindu wajib mempertahankan dan membela diri. Karena mereka yang meninggal dalam perang membela Dharma/kebenaran akan langsung masuk sorga, tanpa perlu lagi di-aben. Swargadwaram apawritam, pintu sorga terbuka lebar baginya, demikian sabda Sri Krisna dalam Bagawad Gita.
Bahwa semua yang hidup, kematian itu pasti. Semua manusia suatu saat pasti akan meninggal. Ada beberapa cara manusia meninggal diantaranya :
  1. Usia tua
  2. Penyakit
  3. Kecelakaan
  4.  Bunuh diri
  5. Dibunuh
  6. Perkelahian
  7. Peperangan
Mati yang dijamin oleh Hyang Widdhi langsung masuk sorga, adalah mati dalam perang membela Dharma/kebenaran atau mati dalam membela Negara, termasuk membela keyakinan agama.

Sedangkan kematian karena sebab diluar Peperangan, cara mencapai Sorga-nya ditentukan oleh : Karma dan Bhakti-nya kepada Hyang Widdhi selama Hidup di dunia. Oleh karena itu pada saat terjadi perang, janganlah sia-siakan kesempatan masuk sorga yaitu dengan cara berperang membela Dharma dan tidak lari dari perang. Tetapi tidak dibenarkan juga mencari-cari alasan untuk berperang.

Sebab-sebab terjadinya Perang
  1. Segala upaya perdamaian mencapai jalan buntu atau kegagalan
  2. Diusir secara paksa dari tanah kelahiran atau negara kelahiran
  3. Dipaksa meninggalkan keyakinan agama
  4. Penjarahan Harta benda dan properti beramai-ramai atas nama keyakinan agama lain atau oleh negara lain.
  5. Dan sebab lain yang tidak bisa dicapai dengan perdamaian
Syarat-syarat Perang Suci:
  1. Diumumkan oleh pemimpin tertinggi agamanya dan pempimpin negaranya.
  2. Dibunyikannya genderang perang sebagai permakluman/pengumuman seperti misalnya : Kulkulbulus/lonceng perang /terompet perang
  3. Bersembahyang sebelum perang suci
  4. Memakai pakaian suci
  5. Dalam keadaan darurat, misalnya tanpa pemberitahuan kita diserang, secara beramai-ramai dan penyerang merusak tempat suci agama Hindu (Pura/Kuil), maka syarat diatas tidak berlaku, dan langsung masuk kategori perang suci. Karena merusak tempat ibadah (tempat suci) hanya dilakukan oleh musuhnya para Dewa yaitu : para Raksasa (=Setan ? ) dan Pengikutnya. Sehingga mempertahankan tempat suci merupakan kewajiban suci.

Kewajiban Perang bagi Ksatriya

Bagi para Ksatrya, sangat beruntung diberi kesempatan berperang membela kebenaran atau keyakinan karena tanpa menunggu begitu lama dan biaya besar, pintu sorga telah dibuka lebar-lebar baginya.
Mereka yang disebut ksatiya adalah mereka yang memperlihatkan ciri-ciri Ksatrya seperti disebutkan dalam BG.XVIII. 43 yaitu : 
  • Sauryam = heroisme/ pemberani. 
  • Tejo = lincah. 
  • Dhritir = teguh . 
  • Daksyam = pandai menyelesaikan tugas, 
  • Yuddhe = siap bertempur. 
  • Apalayamam = tidak pengecut. 
  • Dana = dermawan. 
  • Iswarabhawa = bersifat memimpin/ berwibawa.

Sloka yang memerintahkan kewajiban Berperang membela Dharma

Ma bher ma samvikthah, urjam dhatsva
Artinya
Wahai umat manusia, janganlah takut ataupun gentar, beranilah (yayurveda VI.35)

Dehi nityam awadhyo ‘yam, Dehe sarwasy bharat, Tasmat sarwani bhutani, Na twam socitum arhasi ( BG. II.30)
Artinya :
Penghuni badan tiap orang tidak dapat dibunuh, karenanya jangan bersedih atas kematian mahluk apapun.

Swadarmam api ca’weksya, na wikampitum arhasi, dharmyad dhi yudhhac chreyo’nyat, ksatriyasya na widyate (BG. II.31)
Artinya :
Lagipula berperang membela Dharma (kebenaran) dengan menyadari akan kewajiban masing-masing, engkau tidak boleh gentar, bagi ksatriya tidak ada kebahagiaan lebih besar dari pada berperang membela dharma (kebenaran).

Yadricchaya ca papannam, swargadwaram apawritam, sukhinah ksatriyah partha, labhante yuddham idrisam. ( BG.II.32)
Artinya :
Berbahagialah para ksatriya yang sejati, dapat kesempatan untuk berperang, dalam hal seperti ini, bagi mereka pintu sorga telah terbuka lebar

Atha cet twam imam dharmyam, samgramam na karisyasi, tatah swadharmam kirtim ca, hitwa papam awapyasi (BG.II.33)
Artinya :
Akhirnya bila engkau tidak berperang (membela dharma), sebagaimana kewajiban, dengan meninggalkan (lari dari) kewajiban dan kehormatanmu, maka penderitaan yang akan kau peroleh

Bhayad ranad uparatam, mamsyante twam maharathan, yesam ca twam bahumato, bhutwa yasyasi laghawam. ( BG. II.35)
Artinya
Para Maharatha akan menganggap engkau pengecut, karena lari dari perang, dan mereka yang pernah mengagumimu dengan penuh kehormatan akan merendahkan engkau dengan hinaan.

Awacyawadamsca bahun, wadisyanti tawa’ haitah, nindantas tawa samarthyam, tato dukhataram nu kim (BG. II.36)
Artinya
Mereka yang menentangnu akan melontarkan caci maki, merendahkan kemampuanmu, dengan menjelekkan dan menghina kekuatanmu, adakah yang lebih sedih dari itu

Hato wa prapsyasi swargam, jitwa wa bhoksyase mahim, tasmad uttisma kaunteya, yuddhaya kritaniscayah (BG.II.37)
Artinya :
Dengan kematian itu (dalam perang) engkau memperoleh sorga, atau kalau menang engkau akan menikmati kebahagiaan dunia, oleh karena itu bangkitlah bulatkan tekad untuk bertempur.

Mayi sarwani karmani, samnyasya’ dhyatmacetasa,nirasir nirmamo bhutwa, yudhyaswa wigatajwarah (BG.III.30)
Artinya
Tunjukkan semua kerjamu kapada-Ku, Pusatkan pikiranmu kepada-Ku, bebaskan dari segala nafsu keinginan, berperanglah, enyahkan rasa gentarmu

Ati dhavata atisara, indrasya vacasa hata, avim vrka iva mathnita, sa vo jivan ma moci ( yayurveda V.8.4)
artinya
Ya para pelopor, burulah para lawan, Bantailah musuh-musuh sesuai perintah Hyang Indra. Remukkan para lawan, seperti serigala membantai biri-biri. Tanpa mengecualikan satupun yang hidup.

Tidak ada alasan bagi umat Hindu terutama kaum KSATRIA untuk tidak mau berperang dan lari dari tanggung jawab membela Dharma ataupun PENGECUT pura-pura tidak mengetahui kewajibannya.

 untuk refrensi baca juga artikel berikut ini:
demikian sekilas tentang Ksatria Warna - Profesi sebagai pelindung Rakyat abdi masyarakat, semoga bermanfaat.

sekilas info tentang Ilmu Leak Bali

sekilas info tentang Ilmu Leak Bali

bila membicarakan tetang "LEAK", sebagian orang sudah pasti memiliki bayangan buruk, sebuah ilmu yang menyesatkan dan sudah pasti praktisinya orang jahat semua.
nah.... apabila anda juga memiliki pemikiran seperti itu juga, anda wajib membaca artikel sekilas info tentang Ilmu Leak Bali ini, karena secara tidak langsung anda akan saya suguhkan sekilas informasi tentang ilmu leak bali serta lontar pengeleakan yang tersohor kehebatan manra-mantranya.

ilmu leak merupakan salah satu ajian kawisesan yang berkembang dibali sejak jaman dahulu peninggalan sekte bhairawa, sehingga ada beberapa orang menganggap Ilmu Leak merupakan ilmu kawisesan asli bali, ini dikarenakan ilmu leak hanya beredar (lebih banyak) di daerah Bali.

mengenai arti kata "leak", belum ditemukan makna aslinya, yang jelas dan pasti, leak merupakan tehnik spiritual yang berbasis agama hindu, yang dikembangkan dan berkembang serta diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat bali. karena ilmu ini adalah spiritual berbasis agama, maka anggapan beberapa penulis artikel tentang leak, yang menyatakan arti kata leak tersebut adalah penyihir/orang yang mempunyai kemampuan jahat (black magic) itu salah.

Tanda Kehidupan di Planet Mars

Tanda Kehidupan di Planet Mars

dengan adanya penelitian tersebut, semakin bertambah bukti kebenaran Kitab Suci Veda. yang menerangkan tidak hanya tentang kehidupan di bumi, bahkan dilangitpun sudah tertulis dalam Weda. jadi apa yang mesti kita ragukan tentang kebenaran Weda? apakah layak kita menyandingkan kitab suci kita dengan "kitab suci Agama Lain" yang hanya membicarakan kenikmatan di bumi saja, tanpa memberikan pandangan kedepan tentang "Semesta" ini, yang oleh beberapa peneliti, baru ditemukan secuil pengungkapan fakta dari ayat-ayat suci Weda.
masih layakkah berdebat Agama Langit dan Agama Bumi?
bila tiada pembuktian tentang isi langit dan bumi?
Kitab Suci yang hanya sekilas menjelaskan isi bumi, apakah benar wahyu Tuhan Maha Penguasa?

untuk Agama yang mengamalkan sistim Bakti Marga dengan 1 Kiblat, masih relefankah Agama tersebut? yang menjadi pertanyaan, dimana kiblat sembahyang saat kita berada diluar angkasa?
mari kita pikirkan, mana yang lebih teruji kebesarannya dengan penelitian di bumi dan diluar bumi ini.
berikut ini bukti kebenaran dan kehebatan WEDA yang tidak hanya meramalkan masa depan, tetapi memberikan sumbangsih pengetahuan Semesta, yang kitab lain belum bisa mengungkapkannya.
sebelum kita membaca hasil temuan para Ahli Astronomi hebat di jaman sekarang, baiknya kita baca dahulu ayat Weda yang diuji kebenarannya oleh para ahli astronomi dunia, yang notabene beragama Non-Hindu.

Ilmu Leak dalam Teologi Hindu Bali

Ilmu Leak dalam Teologi Hindu

Keberadaan Agama Hindu membawa pengaruh besar bagi kebudayaan masyarakat Indonesia pada umumnya dan Bali khususnya. Pengaruh Hindu menyebabkan masyarakat menghayati keberadaan Tuhan dengan sebuah pembuktian yang tidak dapat dipikirkan dengan akal sehat, yaitu dengan kekuatan ilmu gaib. Dengan kemampuan tersebut seseorang akan dipandang dan dihormati serta disegani, terlebih kemampuan yang dimiliki dipergunakan untuk membantu sesama.

Hindu merupakan agama bersumber dari kitab suci Weda dan merupakan agama wahyu yang diterima oleh maharsi berdasarkan pengalaman intuisi spiritual (Aparoksa-Anubhuti) dalam kitab-kitab upanisad, pengalaman-pengalamanya ini bersifat langsung dan sempurna. Pengalaman spiritual para rsi ini merupakan autoritas kebenaran-kebenaran yang tak ternilai dan membentuk kemuliaan Hinduisme (Sivananda, 2003: 2). Kekuatan Spiritual maharsi mampu mendengarkan suara alam yang diwahyukan Tuhan dan dipercaya oleh umat manusia sebagai sebuah ajaran agama yaitu Hindu. Kekuatan spiritual yang diterima maharsi merupakan warisan kepada seluruh umat manusia mencapai kebebasan. Sumber spiritual Hinduisme dalam Kitab suci Weda terdiri dari 4 bagian ditulis dalam bahasa Sansekerta kuno, bahasa Suci India dan Weda merupakan otoritas religius tertinggi bagi hampir semua tradisi Hinduisme. Masing-masing bagian weda memiliki beberapa periode berbeda kemungkinan antara tahun 1500 dan 500 SM. Bagian tertua adalah Reg, Weda berisikan kidung pujian dan doa-doa suci dilanjutkan dengan ritual-ritual pengorbanan yang berkenaan dengan kidung pujian vedik dan terakhir kitab-kitab upanisad. Kitab Upanisad berisikan intisari pesan spiritual Hinduisme, filosofis dan praktisnya (Capra, 2000:80).