Google+

Tafsir Kalki Awatara Non-Hindu versi Atharwa Weda, Rig Weda dan SamaWeda

Tafsir Kalki Awatara Non-Hindu versi Atharwa Weda, Rig Weda dan Sama Weda

OM Swastiastu,
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian dan kesejahteraan kepada setiap pribadi.
Dari uraian singkat disertai dasar rujukan sastra Veda yang menjelaskan pengertian “avatara” serta siapa yang hadir sebagai “avatara”, pembahasan pada kesempatan ini dilanjutkan kepada sanggahan serta penjelasan per-kutipan dari masing-masing sloka yang dikutip secara acak dan ditafsir secara keliru oleh penulis buku dengan judul :
Ramalan tentang Muhammad S.A.W, dalam kitab suci agama Zoroaster, Hindu, Buddha dan Kristen
Ringkasan Buku Ramalan Tentang Muhammad SAW
Sebagai sebuah ajaran, Islam yang dibawa Muhammad Saw. bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Ia menjadi kelanjutan dari ajaran Tuhan yang diturunkan kepada umat terdahulu. Ini bisa dilihat dari banyaknya ritual yang dilakukan umat terdahulu diajarkan dalam Islam. Meskipun dengan penyempurnaan di sana-sini. Yang lebih tak terbantahkan lagi adalah Islam mengajarkan tauhid sebagaimana ajaran agama-agama yang dibawa oleh para Nabi sebelum Muhammad Saw.
Lebih dari itu, lewat buku ini, keberlanjutan ajaran Muhammad semakin tak terbantahkan. Dalam buku ini diuraikan adanya nubuat (ramalan ) tentang kehadiran Muhammad dalam kitab suci agama-agama. Dalam kitab suci agama Zoroaster misalnya, Muhammad disebut sebagai “nabi yang dijanjikan”. Dalam Weda, Muhammad diberi gelar Narashansah astvishyate (Muhammad yang Terpuji dan Diagungkan). Sementara Buddha Gautama meramalkan kehadiran Muhammad dengan menyebutnya sebagai Buddha Maitreya. Dalam perjanjian lama Muhammad disebut sebagai Himada yang membawa Shalom (sama dengan Muhammad yang membawa Islam).
Penerbit: Hikmah
Pengarang: Abdul Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad

Artikel khusus yang membahas pengakuan sepihak ramalah tokoh yang dimaksud dan disetarakan dengan avatara Vishnu dapat diperoleh salah satunya dari media informasi dan salahsatunya sudah dibahas di "benarkah Nabi Muhammad SAW adalah kalki awatara?"


Pembahasan bagian pertama dapat disimak disini :
Ramalan Nabi Muhammad S.A.W dalam sastra Veda sebagai Sri Kalki Avatara, sebuah sanggahan dan penjelasan bagian pertama "Ramalan Kalki Awatara Non-Hindu versi Bhawisa Purana"

Pembahasan ini akan dimulai dengan menyertakan kutipan pernyataan penulis dalam buku/artikel yang telah disebutkan di atas, dilanjutkan dengan sanggahan dan penjelasan sloka-sloka yang dikutip dan terakhir adalah kesimpulan akhir yang diperoleh dari sanggahan dan penjelasan tersebut.

Kutipan pertama Atharvaveda 20.127.1

Dalam Atharvaveda book 20 Hymn 127 Shlokas 1-14 disebutkan tentang Kuntupsuktas yang mengisyaratkan bahwa nabi Muhammad akan terungkap kemudian.
Mantra 1 mengatakan :
ia akan disebut Narasangsa. "Nars" artinya orang, "sangsa" artinya "yang terpuji". Jadi Narasangsa artinya : orang yang terpuji. Kata "Muhammad" dalam bahasa arab juga berarti : orang yang terpuji. Jadi Narasangsa dalam bahasa Sansekerta adalah identik dg Muhammad dalam bahasa arab. Jadi Narasangsa adalah figur yang sama dengan Nabi Muhammad. Ia akan disebut "Kaurama" yang bisa berarti : pangeran kedamaian,dan bisa berarti : orang yg pindah (hijrah). Nabi Muhammad adalah seorang pangeran kedamaian yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia akan dilindungi dari musuh yang akan dikalahkannya yang berjumlah 60.090 orang. Jumlah itu adalah sebanyak penduduk Makkah pada masa Muhammad hidup yaitu sekitar 60.000 orang.|
Sanggahan dan penjelasan :
Penulis mengutip sloka dari Atharvaveda Mandala 20 Sukta 127 (Kuntapa Sukta) yang menjelaskan pemerintahan bijaksana dari Raja Kaurama. Berikut ini adalah sloka yang dimaksudkan.
Sloka/mantram pertama,
इद॑ं ज॑ना उ॑प श्रुत न॑राश॑ंस स्त॑विष्यते ।
षष्टि॑ं सह॑स्रा नवति॑ं च कौरम आ॑रुश॑मेषु दद्महे ॥१॥
idáṃ jánā úpa śruta nárāśáṃsa stáviṣyate |
ṣaṣṭíṃ sahásrā navatíṃ ca kaurama ā́ ruśámeṣu dadmahe || 1 ||
||Atharvaveda 20.127.1|
"Dengarkanlah ini kalian para manusia, sebuah pemujaan dari anugerah yang mulia yang harus dinyanyikan. Wahai Raja Kaurama di antara para Rusama, yang telah menerima kami enam puluh ribu sembilan puluh orang" [http://www.sacred-texts.com/hin/av/av20127.htm]
Dalam sloka Atharvaveda 20.127.1
kata “naraasamsa || नाराशंस |”_ laudatory, relating to the praise of a man or men.
Bermakna : satu bentuk pujian/pemujaan dari manusia terhadap satu entitas yang dimuliakan di dewakan atau di_Tuhan_kan. Kata “naraasamsa” tidak selaiknya ditujukan kepada manusia karena hanya digunakan untuk memuliakan entitas yang dipuja atau di_Tuhan_kan.

Kata “naraasamsa” yang terdapat dalam sloka yang dikutip dimaksudkan untuk memuji sebuah anugerah dari para Devata atas kebaikan Raja Kaurama yang telah menerima mereka sebanyak 60.090 orang yang merupakan para pengikut dari Raja Kaurama dari dinasti Rusama. Dan Raja Kaurama bukanlah satu pribadi yang sama dengan Mahamadh dalam Bhavisya Purana Prati Sarga III, Kanda 3 Adhyaya 3 dan bukan juga Sri Kalki Avatara. Penulis telah melakukan kekeliruan awal, dengan memaksakan tiga diskripsi kepribadian berbeda yaitu Raja Kaurama, Mahamadh dan Sri Kalki sebagai Nabi Muhammad.

Kesimpulan :
Atharvaveda 20.127.1 tidak menjelaskan tentang Nabi Muhammad, karena kata “naraasamsa” merujuk kepada pujian yang ditujukan kepada para Dewa, dan sloka yang sama juga tidak berkaitan dengan Mahamadh dan Sri Kalki karena yang dijelaskan adalah tentang kebaikan Raja Kaurama dan Raja Kaurama bukanlah Nabi Muhammad. Dan semua diskripsi tentang Nabi Muhammad yang melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah hanya sebuah asumsi yang dipaksakan untuk mengaburkan informasi yang benar yang terdapat dalam sloka tersebut. Dan bahkan dalam sloka tersebut tidak ada penjelasan apapun tentang kegiatan hijrah atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kutipan ke-dua Atharvaveda 20.127.2

Mantra 2 mengatakan :
ia adalah resi yang naik unta. Ini berarti ia bukan seorang bangsawan India, karena dikatakan dalam Mansuriti (11) : 202 mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki unta atau keledai. Jadi tokoh ini jelas bukan dari golongan Brahmana (pendeta tinggi Hindu), tapi seorang asing.

Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram ke-2,
उ॑ष्ट्रा य॑स्य प्रवाह॑णो वधू॑मन्तो द्विर्द॑श ।
वर्ष्मा॑र॑थस्य नि॑जिहीडते दिव॑ईष॑माणा उपस्पॄशः ॥२॥
úṣṭrā yásya pravāháṇo vadhū́manto dvirdáśa |
varṣmā́ ráthasya ní jihīḍate divá īṣámāṇā upaspŕ̥śaḥ || 2 ||
||Atharvaveda 20.127.2|
“Dia (Raja Kaurama) memberikan sebuah kereta yang ditarik dua puluh ekor kerbau, diiringi para wanita di sisinya. Dengan memaksa menundukan puncak kereta itu agar tidak menyentuh surga" [http://www.sacred-texts.com/hin/av/av20127.htm]
Dalam sloka tersebut tidak ada penyebutan kata “rsi”, sekali lagi penulis melakukan kekeliruan dan atau dapat dinyatkan bahwa penulis tidak mengetahui sloka yang benar yang dijadikan acuan dalam menulis.
Kata “ustra” || उष्ट्र | yang bermakna “kerbau” di artikan secara keliru oleh penulis sebagai “unta”. Dan sloka ke-2 tersebut masih menjelaskan kebaikan Raja Kaurama (bukan Nabi Muhammad) yang memberikan sebuah kereta yang ditarik 20 ekor kerbau kepada mereka yang telah diterimanya sebanyak 60.090 orang. Kekeliruan berikutnya adalah penulis keliru mengidentifikasi kata “Brahma” yang disamakan dengan kata “Brahmana”, dimana seharusnya kata “Brahma” merujuk kepada Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber segala ciptaan, sedangkan kata “Brahmana” adalah salah satu dari kualifikasi profesi dalam Catur Vrna yaitu Vrna Brahmana.

Kesimpulan :
Penulis tidak tahu kutipan dan penjelasan yang disampaikan tidak terhubung sama sekali, bahkan keliru mengindentifikasi kata “ustra” sebagai unta yang sebenarnya berarti “kerbau”. Dan yang dijelaskan dalam sloka ke-2 masih tentang Raja Kaurama yang memberikan sebuah kereta kepada para pengikutnya dan Raja Kaurama bukan seorang Rsi dan bukan sama sekali pribadi yang sama dengan Nabi Muhammad.

Kutipan ke-tiga Atharvaveda 20.127.3

Mantra 3 mengatakan :
ia adalah "Mama Rishi" atau resi agung. Ini cocok dengan Nabi agung umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.
Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram ke-3,
एष॑इषा॑य मामहे शत॑ं निष्का॑न्द॑श स्र॑जः ।
त्री॑णि शता॑न्य॑र्वतां सह॑स्रा द॑श गो॑नाम्॥३॥
eṣá iṣā́ya māmahe śatáṃ niṣkā́n dáśa srájaḥ |
trī́ṇi śatā́nyárvatāṃ sahásrā dáśa gónām ||
||Atharvaveda 20.127.3|
“Dia (Raja Kaurama) memberikan seratus rangkaian emas, sepuluh rangkaian bunga, kepada para rsi. Dan Dia (Raja Kaurama) memberikan tiga ratus ekor kuda yang kuat dan sepuluh ribu ekor sapi” [http://www.sacred-texts.com/hin/av/av20127.htm]

Kesimpulan :
Ada masalah urutan penulisan diskripsi karakter yang diklaim sebagai Nabi Muhammad oleh penulis di masing-masing sloka yang dikutip. Sebelumnya dalam Bhavisya Purana, penulis mengklaim bahwa kata “mahamadh” menjelaskan kepribadian Nabi Muhammad dan terbukti tidak bersesuaian. Selanjutnya dari sloka 1-3 Atharvaveda mandala 20 sukta 127, penulis melakukan kekeliruan identifikasi pertama pada sloka-1 penulis mengklaim bahwa Raja Kaurama adalah Muhammad, selanjutnya pada sloka 2 dan 3 penulis mengklaim bahwa Nabi Muhammad adalah seoarang Rsi atau Maharsi. Ini menunjukan penulis mengalami kebingungan dalam mengurut informasi yang menjelaskan karakter yang coba di klaim sebagai Nabi Muhammad di masing-masing sloka yang dikutip.

Kutipan ke-empat Atharvaveda 20.127.4

Mantra 4 mengatakan :
ia adalah Washwereda (Rebb) artinya orang yang terpuji. Nabi Muhammad yang juga dipanggil dengan nama Ahmad adalah berarti juga "orang yang terpuji" yang terjemahan bahasa Sansekerta-nya adalah Rebb.|
Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram ke-4,
व॑च्यस्व रे॑भ वच्यस्व वृक्षे॑न पक्वे॑शकु॑नः ।
न॑ष्टे जिह्वा॑चर्चरीति क्षुरो॑न॑भुरि॑जोरिव ॥४॥
vácyasva rébha vacyasva vr̥kṣé na pakvé śakúnaḥ |
náṣṭe jihvā́ carcarīti kṣuró ná bhuríjoriva ||
||Atharvaveda 20.127.4|
“Engkau terpenuhi persediaan yang berlimpah, wahai para penyanyi (pemuji). Engkau terpenuhi semuanya bagaikan burung-burung yang berada di atas pohon yang buahnya telah matang. Bibir dan lidahmu bergerak cepat bagaikan sepasang pisau gunting yang tajam” [http://www.sacred-texts.com/hin/av/av20127.htm]

Penulis menyatakan kata “vaacyasva reebha” bermakna “terpuji” yang ditujukan kepada Nabi Muhammad, sedangkan makna yang sebenarnya adalah sebagai berikut :
Kata “vaacyasva” terdiri dari dua kata yaitu :
  • vaacya || वाच्य | _ to be expressed or designated or meant expressly by, to be spoken or said or told or announced or communicated or stated or named or predicated or enumerated or spoken of”. Yang bermakna sebagai satu ungkapan yang mewakili satu ekspresi yang ditujukan kepada satu hal.
  • sva || स्व | _ adj. of self. Tambahan kata untuk menegaskan rujukan kepada satu pribadi atau karakter tertentu.
Ralph T.H. Griffith, [1895] menterjemahkan kata “vaacyasva || वाच्यस्व |” _ “glut thee” yang bermakna “Engkau yang berkelimpahan atau kekenyangan dipenuhi makanan/hidangan”, yang dapat dimengerti sebagai rujukan kepada satu pribadi atau karakter yang berkelimpahan ataupun terpenuhi segala sesuatu (sejahtera dan bahagia). Dan merunut informasi yang terdapat dari sloka-1 sampai sloka-3 dapat diketahui yang dirujuk dengan kata “vaacyasva” adalah Raja Kaurama.
Kata “reebha || रेभ | _ m. panegyrist, praiser” yang bermakna yang menuliskan syair-syair pujian atau yang melakukan pujian.
Acuan kamus bahasa sanskerta : [http://spokensanskrit.de/index.php]

Kesimpulan :
Dari sloka 1-4 tidak ada satupun kata yang secara jelas menyatakan kata “Muhammad” atau “Ahmad” seperti apa yang diklaim oleh penulis. Penulis hanya mencari dan mencocokan arti kutipan kata yang penulis jadikan rujukan untuk mengindentifikasi karakter Nabi Muhammad di masing-masing sloka, padahal dengan sangat jelas urutan dari sloka 1-4 menjelaskan kepribadian Raja Kaurama dan bukan Nabi Muhammad. Sedangkan arti kata “reebha || रेभ |” adalah orang yang melakukan pujian atau menuliskan syair pujian, bukan orang yang terpuji. Ralph T.H. Griffith mengartikannya sebagai “singer_penyanyi”. Dari semua kekeliruan yang dibuat oleh penulis dalam mengartikan kata-kata sanskerta yang dikutip dan serta pemaksaan pendekatan kata-kata tersebut kepada identifikasi karakter Nabi Muhammad menunjukan bahwa penulis tidak mengetahui rujukan sloka yang sesuai dan melakukan penafsiran asal hanya untuk mendukung asumsinya sendiri.

Dengan menyertakan masing-masing sloka/mantram Atharvaveda mandala 20 sukta 127 sloka /mantram 1-4 menunjukan ketidaksesuaian antara informasi yang sebenarnya terdapat pada masing-masing sloka tersebut dengan klaim (pengakuan) yang dilakukan oleh penulis. Penulis melakukan kekeliruan paling fatal, dimana memaksakan tiga diskripsi (gambaran) kepribadian yang berbeda satu sama lain menjadi satu tokoh yang dimaksudkannya yaitu Nabi Muhammad. Dimana ke-3 karater atau tokoh berbeda tersebut adalah :

  1. “Mahamadh || महमद |” yang dijelaskan dalam Bhavisya Purana Prati Sarga III, Kanda 3, Adhyaya 3, sloka 5-27 yang tidak bersesuai dengan klaim penulis, dimana sebaliknya diskripsi kepribadian “mahamadh” merupakan inkarnasi seorang Asura (penentang Tuhan) bernama Tripurasura yang sebelumnya telah dimusnahkan oleh Siva Mahadeva namun karena masih mendapatkan anugerah dari Siva sendiri, dan atas perintah Asura Bali, Tripurasura hadir kembali dalam perwujudan “mahamadh”, dijelaskan dalam sloka Bhavisya Purana III, 3.3.11 “tripuro bali-daithyane”.
  2. Raja Kaurama, yang dijelaskan dalam Atharvaveda Mandala 20 Sukta 127 sloka/mantram 1-4, dimana disana ada kata “naraasamsa || नाराशंस |” yang bermakna sebagai pujaan kepada para Dewa atau entitas yang di_Tuhan_kan, seperti nama-nama suci dari Tuhan Yang Maha Esa dalam sastra Veda diklaim penulis merujuk kepada kepribadian Nabi Muhammad, namun pada sloka ke-2 dan ke-3 penulis mengklaim bahwa Nabi Muhammad adalah seorang Rsi/Maharsi, berbeda diskripsi klaim penulis pada sloka-1 karena Raja Kaurama sudah pasti bukan seorang Rsi/Maharsi. Penulis pun keliru memaknai kata “ustra || उष्ट्र |” sebagai “unta” dimana kata tersebut lebih tepat bermakna “kerbau”, penulis kembali melakukan kekeliruan pemaknaan kata “vaacyasva || वाच्यस्व |” yang dimaknai penulis sebagai “orang yang terpuji” sedangkan penelurusan dalam kamus sanskerta beserta pembandingan penerjamah yang dilakukan Ralph T.H. Griffith, [1895] menterjemahkan kata “vaacyasva || वाच्यस्व |” _ “glut thee” yang bermakna “Engkau yang berkelimpahan atau kekenyangan dipenuhi makanan/hidangan” dan kata Kata “reebha || रेभ |” yang diartikan penulis sebagai satu kesatuan makna “orang yang terpuji” yang dipandakan penulis dengan kata “ahmad”, sedangkan melalu pencocokan kata pada kamus sanskerta serta terjemahan dari Ralph T.H. Griffith kata “reebha || रेभ |” _ m. panegyrist, praiser” yang bermakna yang menuliskan syair-syair pujian atau yang melakukan pujian. Dan semua klaim penulis tersebut tidak bersesuaian satu sama lain dan tidak sama sekali merujuk atau menjelaskan tentang kepribadian Nabi Muhammad.
  3. Sri Kalki Avatara, tokoh utama yang diklaim penulis sebagai Nabi Muhamamd, justru yang sama sekali tidak dijelaskan dalam masing-masing kutipan terdahulu baik dalam Bhavisya Purana Prati Sarga III, Kanda 3 Adhyaya 3 sloka 5-27 dan Atharvaveda Mandala 20 Sukta 127 (Kuntapa Sukta) sloka/mantram 1-4. Karena diskripsi tentang kepribadian Sri Kalki Avatara akan dijelaskan dalam Bhagavata Purana (Srimad Bhagavatam), Kalki Purana, Vishnu Purana, dan Agni Purana yang akan di bahas selanjutnya per-kutipan dari penulis.

Kutipan ke-lima Atharvaveda 20.21.6

|| Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 6 dinyatakan bahwa di sana disebutkan dengan istilah : "akkaru" yang artinya : "yang mendapat pujian". Dia akan mengalahkan 10.000 musuh tanpa pertumpahan darah. Hal ini merujuk pada perang Ahzab yang mana Nabi Muhammad mengalahkan musuh yang berjumlah 10.000 orang tanpa pertumpahan darah.|

Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram Atharvaveda 20.21.6,
ते॑त्वा म॑दा अमदन्ता॑नि वॄष्ण्या ते सो॑मासो वृत्रह॑त्येषु सत्पते ।
य॑त्कार॑वे द॑श वृत्रा॑ण्यप्रति॑बर्हि॑ष्मते नि॑सह॑स्राणि बर्ह॑यः ॥६॥
tetvaa madaa amadantani vrsnyaa te somaaso vrtrahatyesu satpate |
yatkaarave dasa vrtraanyapratibarhismate nisahasraani barhayah || 6 ||
|| Atharvaveda 20.21.6 |
“Ini adalah persembahan kami, persembahan soma yang menginspirasi dengan kuat, membuat_Mu berbahagia dalam perang melawan Vritra, Engkau adalah Tuhan dan pahlawan, Engkau menunjukan seluruh kekuatan_Mu, pada waktu Engkau menundukan para Vritra yang berjumlah sepuluh ribu, bagaikan seorang penyanyi memotong rumput”. [http://www.sacred-texts.com/hin/av/av20021.htm]
Dari kutipan sloka-6 tersebut, penulis mengklaim terdapat kata “akkaru” yang diartikan sebagai “yang mendapat pujian” sedangkan dalam teks seutuhnya tidak ada kata “akkaru” dengan pengertian yang dimaksud penulis.
Dalam sloka tersebut terdapat identifikasi kata “yatkaareva || य॑त्कार॑वे|” yang merujuk kepada Dewa Indra, karena sukta ke-21 tersebut merupakan kumpulan sloka/mantram pujaan kepada Dewa Indra. Dan apa yang dijelaskan dalam sukta-21 bukanlah ramalan masa depan, tapi satu kejadian yang telah terjadi (sejarah), dimana Dewa Indra menundukan dengan mudah 10.000 Vitra yang menentang_Nya. Dan sejarah tersebut tidak sama sekali terkait dengan perang Azhab seperti yang dinyatakan oleh penulis, dimana hal tersebut adalah asumsi paksaan untuk mengaburkan informasi yang benar yang terdapat dalam sloka-6 yanng dikutip.
Siapa Indra atau Dewa Indra? 
Rg Veda menjelaskannya sebagai berikut :
indraṃ mitraṃ varuṇamaghnimāhuratho divyaḥ sa suparṇo gharutmān
ekaṃ sad viprā bahudhā vadantyaghniṃ yamaṃ mātariśvānamāhuḥ
||Rg Veda 1.164.46|
"Mereka menyebut_Nya sebagai Indra, Mitra, Varuna, Agni, dan Dia yang bersayap mulia dari surga Garutman. Untuk realitas kebenaran yang satu itu (ekam sad), para bijaksana (yang berpengetahuan) memberikan_Nya banyak nama, mereka menyebut_Nya Agni, Yama, Matarisvan" [http://www.sacred-texts.com/hin/rigveda/rv01164.htm]
Kesimpulan :
Penulis tidak tahu, atau tidak mengerti bahwa sloka/mantram yang dikutip dari Atharvaveda 20. Sukta ke-6 tersebut bukanlah sebuah ramalan melainkan sebuah pujian untuk kemenangan Dewa Indra menundukan para Vitra yang menjadi penentang_Nya. Dan Dewa Indra adalah salah satu dari sekian banyak nama suci Tuhan Yang Maha Esa dalam sastra Veda seperti yang dijelaskan dalam Rg Veda 1.164.46 . Penulis menyetarakan identifikasi manusia (utusan) dengan Entitas atau diskripsi karakter yang dimuliakan sebagai Dewata merupakan satu kekeliruan fatal yang tidak bisa ditoleransi. Penulis benar-benar hanya mencatut satu sloka tanpa tahu makna sloka yang sebenarnya atau penjelasan dalam sloka tersebut merujuk kepada siapa. Dan sloka-6 dari sukta-21 tersebut menjelaskan hanya tentang Dewa Indra bukan yang lain. Karena disana juga disebutkan persembahan “soma_vrsnyaa somaaso” yang ditujukan kepada Dewa Indra, yang merupakan juga pemimpin para Dewa atau Dewa pemimpin dalam pertempuran.

Kutipan ke-enam Atharvaveda 20.21.7

Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 7 dinyatakan bahwa
Abandu akan mengalahkan 20 penguasa. Abandu juga berarti seorang yatim atau seorang yang mendapat pujian. Ini mengarah pada nabi Muhammad yang seorang yatim sejak lahir dan arti kata Muhammad/Ahmad yang berarti yang terpuji, yang akan mengalahkan kepala-suku-suku dari suku-suku di sekitar Makkah yg berjumlah sekitar 20 suku.
Sanggahan dan penjelasan :
Sloka/mantram Atharvaveda 20.21.7,
युधा॑यु॑धमु॑प घे॑देषि धृष्णुया॑पुरा॑पु॑रं स॑मिद॑ं हंस्यो॑जसा ।
न॑म्या य॑दिन्द्र स॑ख्या पराव॑ति निबर्ह॑यो न॑मुचिं ना॑म मायि॑नम्॥७॥
yudhaayudhamupa ghedesi dhrsnuyaapuraapuram samidam hamsyo jasaa |
namyaa yadindra sakhyaa paraavati nibarhayo namucim naama maayinam || 7 ||
|| Atharvaveda 20.21.7 |
“Engkau pergi dari satu pertempuran ke pertempuran lainnya terus menerus, disini menghancurkan pertahanan demi pertahanan dengan kekuatan, Engkau adalah Indra, dengan para pengiring_Mu yang membuat busur musuh tertunduk ke bawah, menundukan (membunuh) dari kejauhan Namuchi yang licik” [http://www.sacred-texts.com/hin/av/av20021.htm]
Pada kutipan sloka-7 tidak ada kata “abandu”, tidak ada penjelasan bahwa Indra mengalahkan 20 suku/penguasa. Yang dijelaskan adalah bagaimana Dewa Indra maju ke medan pertempuran dengan begitu cepat dan terus-menerus, menghancurkan pertahanan-pertahanan para penentang_Nya tanpa henti dengan kekuatan_Nya. Dewa Indra sudah pasti bukan diskripsi satu manusia yang terlahir tanpa ayah, atau tidak sama sekali ada rujukan kata terpuji/dipuji dalam sloka tersebut.

Kesimpulan :
Penulis tidak sama sekali membaca sloka-7 dan maknanya serta kepada siapa sloka tersebut ditujukan. Penulis menambahkan kata Muhammad/Ahmad hanya untuk mengarahkan opini pembaca agar sesuai dengan asumsi penulis sendiri mencoba menguatkan dasar pembenaran jikalau sloka yang dikutip menjelaskan tentang tokoh yang dimaksudkan, walaupun sesungguhnya sloka-7 tersebut menjelaskan tentang Dewa Indra yang maju dalam pertempuran demi pertempuran mengalahkan para penentang_Nya dan menghancurkan pertahanan-pertahanan mereka serta membuat gentar musuh-musuh_Nya sehingga mereka menundukan busur-busur panah mereka ke bawah tanda menyerah kepada Dewa Indra dan para pengiring_Nya.

Kutipan ke-tujuh Rigveda 1.53.9

Dalam Rigveda book 1 Hymn 53 : 9
nabi dipanggil dengan sebutan "Suslama" yg artinya lagi-lagi adalah : orang yang terpuji yang merupakan arti dari nama Muhammad.
Sanggahan dan penjelasan :
Mantram Rg Veda mandala 1 sukta 53 (Indra Sukta _ Mantram Puja yang diperuntukan kepada Indra/Deva Indra).
तवमेताञ जनराज्ञो दविर्दशाबन्धुना सुश्रवसोपजग्मुषः |
षष्टिं सहस्रा नवतिं नव शरुतो नि चक्रेण रथ्या दुष्पदाव्र्णक ||
tvametāñ janarājño dvirdaśābandhunā suśravasopajaghmuṣaḥ |
ṣaṣṭiṃ sahasrā navatiṃ nava śruto ni cakreṇa rathyā duṣpadāvṛṇak || 9 ||
|| Rg. Veda 1.53.9 |
“Dengan melampaui semua kereta beroda, wahai Indra, Engkau yang luas dimuliakan, Engkau menundukan dua puluh raja, dengan enam puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh pengikutnya (pasukannya), yang datang dengan persenjataaan untuk bertempur bersama musuh Susrava (Indra)” [http://www.sacred-texts.com/hin/rigveda/rv01053.htm]

Kesimpulan :
Dalam sloka-9 sukta-53 dari Rg Veda mandala 1 justru sedari awal klaim penulis sudah runtuh dengan sendirinya, sukta-53 disebut juga Indra Sukta dimana mantram-mantramnya ditujukan untuk memuliakan Dewa Indra. Penulis sesungguhnya tidak memiliki acaun jelas dalam menulis klaim, bahkan kata “Susrava || सुश्रव |” dikutip keliru sebagai “suslama” yang dipaksakan merujuk kepada tokoh yang dimaksudkan oleh penulis, padahal dengan sangat tegas mantram-9 tersebut menjelaskan tentang Dewa Indra yang menundukan 20 raja yang didukung oleh 60.990 orang pasukan bersenjata yang menentang Dewa Indra, namun kesemuanya mampu ditundukan oleh Dewa Indra sendiri, sehingga Dia (Dewa Indra) menjadi begitu dimuliakan dan terkenal luas.

Kutipan ke-delapan Samaveda Agni Mantra 64

Dalam Samaveda Agni Mantra 64 dinyatakan bahwa
ia tidak disusui oleh ibunya. Hal ini persis dengan Nabi Muhammad yang tidak disusui oleh ibunya tapi oleh seorang wanita bernama Halimah
Sanggahan dan penjelasan:
Dalam kutipa ke-8 ini bahkan penulis tidak menyertakan sumber yang jelas darimana dia mengambil kesimpulan tentang satu anak yang tidak disusui oleh ibunya yang penulis asumsikan merujuk kepada tokoh yang dimaksudkan. Penulis mengutip sumber Samaveda Agni mantram 64, secara sederhana jika ada sukta Agni, makan rujukan mantram tersebut untuk memuliakan Agni/Dewa Agni, bukan memuliakan manusia atau tokoh selain Dewa Agni. Kerancuan yang teramat sangat kalau tidak ingin dinyatakan sebagai sebuah kekonyolan luar biasa yang dilakukna oleh penulis dalam mengutip sumber acuan, bahkan tidak menyertakan Archika ke berapa, Prapaathaka ke berapa, Ardhaprapaathaka, Dasati dan Rca (sloka/mantram) keberapa yang menjelaskan hal tersebut. Singkatnya acuan yang disertakan penulis pada kutipan ke-8 tidak dapat ditelusuri lebih jauh.

Kutipan ke-sembilan Samaveda Uttararchikav Mantra 1500

Dalam Samaveda Uttararchikav Mantra 1500 dinyatakan bahwa
Ahmad akan dianugrahi undang-undang abadi, yang jelas mengacu pada Nabi Muhammad yang akan dianugrahi kitab suci Al Qur'an. Tapi karena orang India yang berbahasa sansekerta tidak paham kata Ahmad, maka diterjemahkan menjadi "a" dan "mahdi" yaitu "saya sendiri", jadi diartikan "saya sendiri yang menerima undang-undang abadi". Padahal seharusnya "Muhammad sendiri yang dianugrahi undang-undang abadi".Nabi Muhammad diramalkan dengan nama Ahmad pada banyak bagian dalam kitab-kitab Weda. Juga diramalkan pada tak kurang dari 16 tempat yang berbeda dalam kitab weda dg nama Narasangsa artinya adalah sama dengan arti dari nama Muhammad, yaitu "yang terpuji".

Sanggahan dan penjelasan :
Penulis menyatakan mengutip sastra Samaveda Uttararchika 1500, setelah ditelusuri yang dirujuk adalah mantram Samaveda Arcika 2 Prapaathaka 7 Ardhaprapaathaka 1 Dasati 5 Mantram/sloka 1-3. (Indra Mantram _ mantram-mantram yang ditujukan kepada Deva Indra).
“Aku bersumber dari Ayah_Ku yang telah memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang hukum keabadian. Aku terlahir bagaikan matahari”
|| Samaveda 2.7.1.5.1 |
“Setelah tradisi terdahulu_Ku, seperti Kanva, memperindah lagu-lagu_Ku (pujian-pujian_Ku) dan dengan demikian kepribadian Indra memperoleh kekuatan”
|| Samaveda 2.7.1.5.2 |
“Walaupun para Gishi tidak memuja_Mu, wahai Indra, atau tidak memuliakan_Mu, Engkau akan bertambah perkasa oleh pemujaan_Ku”
|| Samaveda 2.7.1.5.3 | [http://www.sacred-texts.com/hin/sv.htm]
Dalam diskripsi tersebut, sekali lagi yang dijelaskan adalah Dewa Indra dan satu diskripsi pribadi yang melakukan pemujaan kepada_Nya. Penulis menyatakan bahwa dalam sastra Veda lainnya juga diramalkan tokoh yang dimaksud dengan kata “Ahmad” atau “A_Mahdi” yang penulis asumsikan dengan kata kata “naraasamsa || नाराशंस |”_ laudatory, relating to the praise of a man or men. Bermakna : satu bentuk pujian/pemujaan dari manusia terhadap satu entitas yang dimuliakan di dewakan atau di_Tuhan_kan. Kata “naraasamsa” tidak selaiknya ditujukan kepada manusia karena hanya digunakan untuk memuliakan entitas yang dipuja atau di_Tuhan_kan. Acuan kamus bahasa sanskerta: [http://spokensanskrit.de/index.php]

Kesemua rangkuman uraian di atas menunjukan ketidak runutan alur diskripsi karakter yang diklaim sebagai tokoh yang dimaksudkan oleh penulis, karakter-karater berbeda yang tidak sama satu samal lainnya dipaksakan merujuk satu tokoh yang dimaksudkan penulis. Ada “Mahamadh”, “Raja Kaurama”, “seorang Rsi/Maharsi”, “Indra”, “Agni” dan “Sri Kalki” bahkan “Buddha Maitreya” diasumsikan sebagai satu tokoh yang sama oleh penulis dengan acuan pembenaran yang tumpang tindih dan tidak terhubungan satu sama lainnya dan bahkan informasi-informasi yang berhasil di himpun dari masing-masing kepribadian yang diklaim penulis tersebut mendiskripsikan ketidakseusaian dengan tokoh yang dimaksud penulis diramalkan dalam masing-masing kutipan sastra Veda yang disertakan penulis. Sebuah tindakan yang tidak cermat serta kurang beretika dari para penulis buku tersebut.

Dari keseluruhan uraian yang telah dirangkum dan disampaikan, semoga diperoleh perbandingan informasi yang lebih tepat dan jelas dari ketidaksesuaian diskripsi karakter dan kepribadian yang diklaim penulis buku “Ramalan tentang Muhammad S.A.W, dalam kitab suci agama Zoroaster, Hindu, Buddha dan Kristen” sebagai Nabi Muhammad.

Kesimpulan final dari seluruh pembahasan yang telah dilakukan dan dijelaskan adalah bahwa Sri Kalki Avatara bukan nabi yang dimaksudkan, Sri Kalki Avatara bukan utusan seperti yang ditafsirkan tapi Sri Kalki Avatara adalah Realitas Kepribaian Tuhan Yang Maha Esa yang hadir ke dunia material untuk melindungi para pemuja-Nya serta memusnahkan angkara murka serta Adharma dalam kehidupan manusia dan kemudian menegakan Dharma, mengawali Sathya Yuga, tegaknya prinsip prinsip kemanusiaan, moralitas, Dharma, kedamaian dan kesejahteraan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali.

Masyarakat Hindu tidak pernah menunggu kedatangan seorang nabi, tapi masyarakat Hindu sedang mempersiapkan kembalinya Sathya Yuga, masyarakat Hindu tidak pernah menunggu datangnya kiamat, tapi masyarakat Hindu mempersiapkan tegaknya kembali prinsip-prinsip Dharma, masyarakat Hindu tidak pernah khawatir akan apapun yang mengancam dalam bentuk penderitaan abadi, karena masyarakat Hindu memiliki tujuan utama yaitu Mokshartam Jagadhita Ya Ca Itthi Dharma, mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan di dunia serta mencapai realisasi Moksha dalam Dharma.

Masyarakat Hindu akan selalu teguh dalam Sradha (Kesadaran) dan Bhakti (Perwujudan Sikap) kepada Tuhan Yang Maha Esa, teguh dalam menjaga prinsip-prinsip Dharma, teguh dalam mempersiapkan Sathya Yuga. Dan tidak pernah khawatir oleh ancaman apapun dalam bentuk seperti apapun, karena masyarakat Hindu yakin sepenuhnya bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan sealu bersama mereka pribadi pribadi yang saleh dengan hati yang mulia yang selalu memuja nama Tuhan dalam setiap hembusan nafas mereka.

Sri Kalki Avatara adalah Kiamat bagi peradaban yang penuh pembohongan dan pembodohan, Sri Kalki Avatara adalah Kiamat bagi ideologi-ideologi tidak berke Tuhan an dan tidak berkemanusiaan, Sri Kalki Avatara akan menjadi kiamat yang sesungguhnya bagi para penentang kebenaran. Ketika Sri Kalki Avatara telah menginjakan kaki padma-Nya di dunia material, Kali Yuga berada pada fase akhir siklusnya, Satnya Yuga dimulai, dan peradaban manusia akan kembali ke puncak kejayannya yang tertinggi.

Semoga ulasan yang telah disusun dan disampaikan ini menjadi peneguh Sradha dan Bhakti masyarakat Hindu, semoga setiap informasi yang disampaikan mampu memberikan pengetahuan dan informasi yang lebih baik terhadap kesesatan informasi yang selama ini disebarkan oleh para musuh Dharma, semoga dari satu artikel ini kemudina bangkit generasi baru masyarakat Hindu yang mulai sadar, aktif dan berani bicara tentang kebenaran dengan cara yang benar untuk menyampaikan Sanathana Dharma sebagai realitas kebenaran yang abadi yang tidak akan pernah musnah oleh siapapun atau oleh apapun. Semoga, dengan artikel sederhana ini kemudian banyak yang mencoba menelusuri setiap informasi yang diperoleh benar atau tidaknya, mengkritisi kekeliruan yang terjadi untuk semakin meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebenaran dari Agama yang dianutnya sendiri.

Sekian pembahasan sanggahan bagian ke-2 Tafsir Kalki Awatara Non-Hindu versi Atharwa Weda, Rig Weda, SamaWeda ini disampaikan, sampai berjumpa kembali pada sanggahan dan penjelasan bagian ke-3. Semoga informasi ini bermanfaat, memberikan informasi dan mencerdaskan.

Satyameva Jayate Nanritam_Hanya realitas Kebenaran yang pasti akan menang.
OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya
OM Namo Bhagavate Rudra Ya
OM Shanti Shanti Shanti OM
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian di hati, terwujudkan kedamaian di dunia, terwujudkan kedamaian untuk selamanya.

19 komentar:

  1. lalu bagaimana sanggahan anda tentang Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu buku terakhirnya berjudul "KALKY AUTAR" (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak buku tentang kalky autar yg beredar....
      tetapi banyak pula yg menafsirkan dengan cocoklogi....
      bagaimana bs dicocokkan keyakinan thd masa depan dg sistim keyakinan yg berbeda...?
      misalnya...
      pernyataan tentang kiamat, tentang surga yg kehidupan sama seperti saat didunia, bagaikan nikmat duniawi yg ditransfer ke surga (mungkin bagai hayalan), adanya nabi terakhir, adanya penyelamat terakhir, adanya dunia ransisi (alam kubur) dimana roh blm diadili hingga beratus2 tahun dll...
      mungkin itu bs dicocoklogi juga, agar memperlengkap kansanah spiritual kita...
      agama adalah keyakinan, rasa dan logika...
      krn itu kami mengenal wiweka dan karma...
      mohon maaf bila ada kata yg membuat kurang berkenan... namaste..

      Hapus
  2. kata UNTA merupakan bahasa melayu yg di adopsi dari bahasa sansekerta USTRA. tidak bisa di terjemahkan KERBAU krena semua orang kenal kata ANDONG bahasa Sansekerta untuk KERETA YANG DI TARIK OLEH KERBAU. jadi Bahasa Sansekerta Utk KERBAU adalah ANDANU.
    silahkan cek sendiri kamus bahasa Sansekerta - Indonesia via on line.
    masuk akal jika doktor ahli bahasa weda dari universitas Alahabad pindah agama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekalipun ustra diterjemahkan unta juga tidak merujuk pada muhammad

      Hapus
    2. Bahasa online bisa salah tafsir ttg bhs sanskerta, klo mau liat dlu aslinya bukunya apa artinya

      Hapus
  3. Siapapun orangnya,apapun agamanya,dimnapun tempatnya,intinya,ada 3 hal yang mesti harus kita lakukan sebagai umat ber agama, yaitu, BERFIKIR BAIK,BERKATA BAIK,BERBUAT BAIK!!1 mudah2an akan indah pada waktunya!! Karna TUHAN, itu SATU!!!��������

    BalasHapus
  4. Dengan membenarkan dan mencocokkan apa2 yg ada pada kitab lain dengan Nabi Muhamad berarti dengan sendirinya mengakui bahwa kitab2 tersebut benar dari Tuhan yg maha Esa..dan dengan sendirinya mereka percaya bahwa kitab2 itu adalah benar adanya...apalah artinya beragama namun kering keyakinan serta bingung dalam klaim..agama itu satu pohon dengan 3 batang cabang beserta puluhan dahan serta tak terhingga ranting dan buah..pribadi beserta watak dan sifat serta perbuatanmu itulah Agama dirimu bukan pengakuan semata ataupun tulisan di atas KTP..agama itu isi,bukanlah sekedar kulit yg banyak mengklaim dan banyak menghafal kata2 yg dirinya sendiri tak mengerti apa maknanya bagi kehidupan..yg ada hanya klaim dan terus mengklaim bahwa semua milik mereka, sedangkan mereka lupa bahwa ADAM lah pemilik dunia dan isinya..Itulah KEHENDAK TUHAN untuknya..Kehendak pada awalnya dan wujud pada akhirnya..mereka lupa asal dan usul mereka lalu bagaimana mereka kembali pulang ke Asal ???

    BalasHapus
  5. ya memang semua agam yang mengajarkan adanya hidup setelah mati, tuhan yang esa, utusan tuhan berarti dari tuhan pencipta langit dan bumi, Islam mengakui itu. Masalahnya ajaran agama selain Islam kitabnya sudah campur aduk antara ajaran tuhan yang asli dan buatan tangan manusia. Mungkin tokoh2 di agama hindu itu adalah sebagian nabi yg tidak tersebut dalam Al Quran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak ada hubungannya sama sekali! . Dasar keyakinan agama hindu adalah " Panca Sradha " dimana dalam dasar keyakinan ini sudah berbeda dengan agama yang lainnya, tujuan kita beragama adalah saling mengasihi ,jangan mencari pembenaran dengan hanya menggunakan sebuah prediksi dan ilmu cocoklogi. Karna nama agama dan aturan serta tujuannya saja sudah berbeda apalagi isi kitabnya. Yang jelas yang membuat seluruh agama itu sama hanyalah sama-sama mengajarkan kebaikan!!.

      Hapus
  6. ya namanya juga penafsiran..dan berkembang karena geogafis dan demografis juga dinamika umat manusia tentunya..yahudi dan islam pun berbeda fonem karena bahasa dan budaya.. di literatur ibrani ada Abraham di arab disebut Ibrahim, meemang keduanya bukan sebagai entitas tapi jaman dulu untuk menganalogikan yahwe, Allah sebagai entitas pasti butuh simbol bahkan personal sebagai identitas yg mewakili sang entitas...jaman itu....dan abraham istrinya dalam ibrani disebut sara, ibrahim istrinya disebut siti sarah...nah orang yg hobinya cocokologi pasti menafsirkan sarasvati dengan sarah adalah sama...ya itulah manusia dgn segala penafsirannya.. maaf di terjemahan ralph griffith, tetep disebut camel ...ini juga jadi paradoks karena diatas ada uraian mengacu https://www.sacred-texts.com/hin/av/av20127.htm

    BalasHapus
  7. suatu trik mereka (pengikut si Ahmad) dengan cara menyebarkan kebohongan terus menerus sehingga dianggap sebuah kebenaran. Sri Kalki Avatara sendiri di akhir zaman Kaliyuga yang secara otomatis akan menggilas mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, dari dulu selalu mencari pembenaran dengan menyalahkan isi kitab orang, padahal isi kitab nya sudah seperti itu tapi dengan seenak jidat mereka menafsirkan dan mengganti isinya. Bukan kah itu EGOIS? saya tidak menuduh apakah memang itu pembelajaran yang mereka dapatkan dari quran, karna terbukti dari rata rata kelakuan mereka terhadap org kafir.. Dan pada akhirnya adalah seseorang bernama christian prince(cp) yang membongkar kebusukan kitab quran mereka.. God bless CP...

      Hapus
  8. Maksud dr membuat buku cucok logi itu apa yaaa,,,?
    Kitab suci itu kan tata aturan ditujukan kpd yg meyakini atau umatnya, disana ada tata aturan, tujuan, cara mencapai tujuan larangan dsb. Kakau diibaratkan jalan, masing masing agama telah memilih jalannya masing2, sudah pasti berbeda meskipun katanya diujungnya menjd satu, kalau ingin memahami utk pengetahuan itu bagus, tp kalau mau membandingkan antara agama yg satu dg yg lainnya ini yg menjd tdk bagus krn bisa memicu konflik horizontal maupun vertical. Agama bukan utk diperdebatkan, ketika belajar agama mendalami agama masing2, sesungguhnya agr bisa dipraktekkan dilakukan sesuai dg ajaran agama tsb, krn inilah hasil akhir yg menunjukkan kualitas dr masing2 penganutnya, kita akan bisa melihat kualitas dr masing2 penganut agama, benarkah agamamu itu menjunjung kedamaian, kebaikan, toleransi, kasih sayang dst,,,,, mari kita nilai dr dalam hati krn agama bukanlah hanya berteori, sembahyang atau paham isi kitab suci, namun kalau prakteknya jauh dr isi kitab suci,, perlu dipertanyakan ttg dirimu dan keyakinanmu,,,

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Masa si ibaratnya buku petunjuk produk A. Mengisyatatkan memilih produk B

    BalasHapus
  11. Seperti order baju masa dibilang nunggu sepatu.. . Nunggu dikirimin sepatu ya.. konyol

    BalasHapus