Google+

siapa saja yang boleh baca weda?

siapa saja yang boleh baca weda? 

ini pertanyaan yang sering terdengar dari semeton non-hindu, yang membuat semeton bali keblinger menjawabnya, apalagi semeton hindu yang dicerca pertanyaan bahwa orang sudra tidak boleh membaca weda. sungguh pertanyaan yang membuat dilema, yang memungkinkan semeton hindu kita pindah agama karena ditakut-takuti akibat telah membaca weda yang kata orang non-hindu adalah salah.

Sebenarnya, untuk pertanyaan ini sudah pernah dijawab dengan artikel "Cara Belajar Weda Hindu", tetapi mungkin terkendala SEO internet, artikel tersebut sepertinya tenggelam diantara pertanyaan-pertanyaan negatif tentang larangan membaca kitab suci weda.

Melalui artikel ini, saya mencoba mengulangi dan memberikan sedikit pemaparan tentang siapa saja sih yang boleh membaca weda?


Prinsip dasar agama Hindu berbeda dengan agama-agama lain, yaitu: Hindu bukanlah agama doktrin, tetapi agama kebebasan, dalam artian memberikan kebebasan kepada umatnya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui 4 cara - Catur Marga Yoga yaitu: bhakti marga, karma marga, jnana marga, dan yoga marga.

Kebanyakan dari kita menitikberatkan pada bhakti dan karma marga. Bila anda mau meningkat ke jnana marga, maka bacalah kitab-kitab weda atau lontar, yang sudah merupakan resume dari weda, atau berguru kepada seorang Wiku (Pandita – bukan Pinandita).

Agama lain disebut agama doktrin karena ‘mengharuskan’ umatnya membaca kitab suci, walau trikaya (pikiran, perkataan, dan perbuatannya) sering dijumpai tidak sesuai dengan kitab sucinya. Jadi mereka tidak menekankan pada bhakti dan karma marga.

Weda adalah kitab suci yang tidak berawal dan tidak berakhir, jadi bagaimana membukukan sesuatu yang tak berawal dan tak berakhir?

Buku-buku weda yang kita jumpai sekarang hanya sebagian kecil dari cuplikan-cuplikan (kebanyakan) yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu jangan berharap kita mempunyai kitab weda yang utuh jadi satu buku seperti kitab suci agama lain.

kembali kepertanyaan diawal tadi, siapa saja yang boleh baca weda?

Demikian pula maharsi Vyasa dalam Vayu Purana menyatakan :
"Itihasa Puranabhyam vedam samupabrmhayet, 

bibhetyalpasrutad vedo mamayam praharisyati" [Vayu Purana I.20]
"Hendaknya Veda dijelaskan melalui sejarah (Itihasa) dan Purana (Sejarah dan mitologi kuna) Veda merasa takut kalau seseorang yang bodoh membacanya. Veda berpikir bahwa di (orang yang) akan memukulku"

Berdasarkan petikan diatas, maka untuk memahami Veda diperlukan pemahaman berjenjang dan komprehensif, maksudnya bahwa setiap orang yang ingin memahaminya sebaiknya memiliki referensi yang luas dari pengetahuan yang sederhana sampai yang lebih dalam dan luas. 
jadi penayangan Film Mahabharata, Ramayana dll, merupakan salah satu cara mengajarkan Weda, diberikan khusus kepada kalangan umat manusia yang sibuk dan butuh hiburan. ajaran weda secara tidak langsung akan meresap kedalam dirinya.
Inti-inti dari semua ajaran dirumuskan dalam kalimat singkat yang mudah dipahami, seperti misalnya Tri Kaya Parisudha, yaitu berpikir baik, berbicara baik dan berbuat baik. Tri Hita Karana, hubungan segi tiga yang menyebabkan kebahagiaan, seperti hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan alam serta pengetahuan tentang Tat Tvam Asi atau pula Vasudaiva Kutumbakam.

Di dalam agama Hindu yang dipentingkan bukan menghafal ayat-ayat atau mantra-mantra tetapi praktik di dalam kehidupan. Menurut guru kita Swami Vivekananda esensi agama itu adalah "berbuat baik, menjadi baik " (Do Good, Be Good).

Smarti Risyi Gotama Bab 12 itu, berikut ini adalah kutipan salinan naskah aslinya.
"wedam upa srnwatas trapu jatubhyam srotra prati puranam ud aharane jihwac chedo dharane sarira bheda asana sayana wak pathisu sama prepsur dandhyah satam" [Gotama Adhyaya XII, kal 3]
Bagi warna Sudra (para pekerja) yang mungkin ingin mempelajari Weda, supaya berhasil dengan baik, yakni dengan mendekatkan pendengarannya mulai dari awal pengertian-pengertian, bahasa dan ucapannya dengan menutup pengaruh dari luar. Badan duduk tenang di tempat belajar Weda dan ucapan-ucapan diulang-ulang terus sampai akhir.


Dalam Bhagawad-gita Adhyaya IV sloka 13 disebutkan:
"Chatur varnyam maya srishtam guna karma vibhagasah tasya kartaram api mam viddhy akartaram avyayam" [Bhagawad gita IV.13]
Catur Warna Kuciptakan menurut pembagian dari guna (sifat) dan karma (pekerjaan). Meskipun Aku sebagai penciptanya, ketahuilah Aku mengatasi gerak dan perubahan.

Berdasarkan sloka di atas dapat diketahui bahwa penggolongan manusia ke dalam empat kelompok profesi (Catur Warna) yang diajarkan dalam Weda adalah menurut sifat, bakat dan karma dari orang bersangkutan, dan bukan berdasarkan darah kelahiran. 

Jika di beberapa tempat yang penduduknya beragama Hindu seperti di Bali muncul istilah kasta, maka hal itu adalah produk adat yang tidak sesuai dengan Weda, dan itupun taktik penjajah. Dengan demikian, jika di bali (terkesan) ada kasta bukanlah berarti Weda mengajarkan seperti itu. Dengan perkataan lain, kita tidak boleh mengidentikkan Hindu dengan Bali. (baca: "Sistim Kasta di Bali")

Weda diturunkan untuk seluruh umat manusia dan bukan untuk golongan tertentu saja. Pertanyaan yang menegaskan bahwa Weda diturunkan untuk semua orang di manapun berada (bersifat universal) dapat diketahui dari mantram berikut:
"Yathemam vacam kalyanim avadani janebhyah, brahma rajanyabhyam sudraya caryaya ca svaya caranaya ca" [Yajurveda XXVI.2]
Hendaknya disampaikan sabda suci (Weda) ini kepada seluruh umat manusia, guru/cendekiawan/rohaniawan (Brahmana), pemimpin pemerintahan maupun pelindung masyarakat (Ksatria). Para pedagang, petani/pemilik tanah, nelayan, investor dan pengusaha (Wesya) serta para buruh, pekerja, karyawan, manejer/direktur yang masih bekerja diperusahaan orang lain (Sudra), kepada orang-orangKu dan orang asing sekalipun.
Bertolak pada mantram tersebut, maka Hindu sesungguhnya adalah agama missi. 
Agama yang harus disebarluaskan sehingga tidak benar jika disebut hanya untuk suatu golongan atau bangsa tertentu (baca:India). 

Pengertian missi di dini tentu berbeda dengan missi dalam usaha untuk menyebarkan ajaran agama secara aktif. Umat Hindu berkeyakinan, karena keluhuran agama Hindu, orang-orang yang tertarik pasti akan mendalami dan mengikutinya. Ibarat sebuah kolam, karena airnya jernih, bunga teratainya harum, maka kodok-kodok dan kumbang-kumbang pun berdatangan. Sebaliknya, belatung pasti menjauh karena dia memang tidak suka bunga.

Ajaran Weda bersifat Anadi-ananta dan Sanatana, yaitu tidak berawal, tidak berakhir dan bersifat abadi. Karena itu ajaran Weda senantiaa relevan dengan perkembangan jaman. Hal ini sesuai dengan mantram berikut:
"Nayam jaranti sarado na masa na dyava indram avakarsa yanti" [Regveda VI.24,7]
Tuhan Yang Maha Esa tidak menjadikannya (Weda) tua, demikian pula bulan dan hari.
Kerealitaan ajaran Weda dimungkinkan dengan adanya konsepsi desa-kala-patra (tempat-waktu-keadaan). Konsepsi ini memungkinkan ajaran Weda akan masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia, dalam waktu kapan pun dan di manapun mereka berada. 

Weda memberikan kesempatan kepada umatnya untuk mengembangkan kreativitas, dan tidak menjejali umatnya dengan doktrin-doktrin yang tidak diterima dengan akal. Weda menghargai umatnya sebagai makhluk yang memiliki akal (idep) sehingga memiliki kesempatan untuk mengurus dirinya sendiri. Dengan akal budi inilah manusia semestinya selalu berbuat yang dapat membebaskan dirinya dari ikatan maya (kesemuan dunia). Dengan terbebas dari ikatan maya, maka manusia akan sadar dengan hakekat dirinya sehingga kelak dapat bersatu denganNya (bukan diterima di sisiNya, seperti iklan kematian umumnya). Dalam hal ini, tugas ajaran agama adalah memberikan tuntunan, rambu-rambu, agar manusia tidak sampai terhanyut oleh pikirannya sendiri.

Hindu tidak pernah menjelek-jelekkan agama dan kepercayaan yang lain. Umat Hindu meyakini yang namanya agama pasti bersumber pada Tuhan, bukan setan, karena sampai saat ini belum pernah ada ayat-ayat yang disucikan ditulis oleh setan. Pandangan ini sesuai dengan isi sloka berikut:
"Yo yo yam yam tanum bhaktah sraddhaya ‘rachitum ichchati tasya tasya chalam sraddham tan eva vidadhamy aham" [Bhagavad-gita VII.21]
Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtera.
Berdasarkan sloka tersebut dapat diketahui bahwa Tuhan juga berfirman agar setiap manusia di dunia mengembangkan rasa dan sikap toleransi beragama. Diharapkan pula, agar manusia berpegang teguh kepada masing-masing kepercayaannya demi kesejahteraan mereka sendiri. Sikap ini juga sesuai dengan sloka berikut:
"Ye yatha mamprapadyante tams tathai ‘va bhajamy aham mama vartma ‘nuvartante manusyah partha sarvasah" [Bhagawad-gita IV.11]
Jalan manapun ditempuh manusia ke arah-Ku, semuanya Ku-terima, dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku, Oh Partha.
Atas dasar dloka tersebut, umat Hindu berpendapat bahwa kurang tepat jika kita memperdebatkan agama dan kepercayaan orang lain, sebab lebih tepat jika waktu tersebut dipergunakan untuk mengamalkan agama yang kita yakini serta memberi kebebasan bagi orang lain untuk melaksanakan ajaran agamanya masing-masing. 

Dalam hal ini kita tidak perlu seragam (satu jalan), sebab yang penting bagaimana caranya agar kita sampai kepada tujuan yang sama, yaitu bersatu dengan-Nya. Dalam hal ini diperlukan adanya keserasian agar tidak terjadi benturan antara penganut agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Untuk hal ini dapat kita renungkan terjemahan mantram berikut:
Bumi ini tempat tinggal (seluruh umat manusia), seperti sebuah keluarga, semua orang berbicara berbeda-beda dan menganut kepercayaan yang berbeda, semuanya seperti dalam satu kandang sapi, semogalah kesejahteraan berlimpah kepada kita. [Atharwaveda XII.1,45]
Berikutnya, untuk memahami kedudukan Weda dalam hukum Hindu, maka kita harus mengetahui hirarki hukum Hindu. Dalam Manusmerti sidebutkan sebagai berikut:
"Wedo ‘khilo dharmamulam smrti sile ca tad vidam acarasca iva sadhunam atmanas tustir eva ca" [Manadwadharmasastra II.6]
Weda adalah sumber dari segala Dharma, kemudian barulah Smrti, di samping Sila, Acara dan Atmanastuti.
Berdasarkan kutipan tersebut jelaslah sumber-sumber hukum semesta secara hirarkis adalah Weda (Sruti) yang meliputi Reg, Sama, Yajur, dan Atharwaweda; selanjutnya Smrti (Dharmasastra), Sila (tingkah laku orang suci), Acara (tradisi yang baik) serta yang paling rendah adalah Atmanastuti (keheningan hati).

jadi...
Siapa saja yang boleh Membaca Kitab Suci Weda?
jawabannya, 
Siapa saja... tidak memandang status sosial, tua muda, pintar bodoh dll
setiap orang yang ingin belajar, maka dia akan mendekati weda, karena weda adalah sumber pengertahuan.

silahkan baca juga untuk refrensi


demikian sekilas paparan tentang siapa saja yang boleh baca weda, semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. 

15 komentar:

  1. Kitab suci adalah pedoman atau dasar dari landasan agama itu sendiri dimana kitab suci itu adalah petunjuk langsung dari Tuhan YME. Kalau umat beragama tidak tahu dasar agama yang bersumber dari Tuhan bagaimana mereka dapat yakin apa yg menjadi kepercayaan nya itu. Kitab suci harus lah menjelaskan hal hal yang dilarang dan juga yang harus dikerjakan agar memperoleh keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Jadi barang siapa yang mengikuti petunjuk dari Tuhan tersebut maka mereka akan selamat. Jadi perlu seseorang mencari dan membuktikan kebenaran itu dan tidak hanya sekedar mengikuti tradisi nenek moyang nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weda adalah ilmu pengetahuan. Segala bentuk ilmu pengetahuan adalah weda. Bagaimana kita bertindak dan akibat dari tindakan kita sudah bisa diketahui dari ilmu pengetahuan. Bagaimana kita yakin akan kepercayaan yang kita anut bisa diketahui dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang kita warisi dari nenek moyang kita adalah weda. Karna weda adalah ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu tidak berawal dan berakhir maka tidak bisa dibukukan.

      Hapus
  2. kalau tidak boleh sembarang orang membaca. kalau orang biasa ditanya ttg ayat masa jawabnya jeg mule keto. wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. siapapun boleh baca, kan ada di akhir artikel.

      Hapus
  3. Saya tinggal di bali yg mana penduduk nya kebanyakan Hindu, saya pernah bertanya pada salah satu mereka tentang kitab weda dan jawaban nya "yang membaca kitab weda hanya orang orang pintar saja. dalam artian kitab weda tidak boleh dibaca oleh semua kalangan meskipun dia Hindu. Jadi saat sembahyang mereka hanya melantunkaan "Puja Tri Shandya" . Mereka bilang tidak pernah membaca weda itu sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak semua seperti itu. saya sering menghadiri acara Pembacaan Reg Weda, Sama Weda dan Bhagawan Gita (saat Gita Jayanti)

      Hapus
    2. Di mana saya bisa mndapatkan atau membeli kitab suci weda?

      Hapus
  4. Om Swastiastu,
    Saya pernah menanyakan kepada Ratu Peranda di tempat saya mengenai Weda, dan jawabannya adalah tidak boleh membaca Weda karena hanya Ratu Peranda/Sulinggih yang berhak membaca atau mempelajarinya, itupun Pemangku kl membaca Weda ada Weda khusus kepemangkuan, kalau saya membaca atau belajar Weda dibilangnya bisa gila.
    Dan banyak teman2 saya di Bali yg beragama Hindu karena saya kebetulan juga tinggal di Bali, mereka hampir mayoritas tidak memiliki Kitab Suci karena Weda itu sudah ada di dalam adat dan istiadat, kl menurut saya hal itu berbeda jauh bagaimana Weda/Wahyu yg diturunkan oleh Orang Suci seperti Maha Rsi ataupun Nabi dapat disamakan dengan Manusia biasa, bagaimana seorang manusia bisa mengetahui baik dan buruk bila tidak ada tuntunan/pedoman hidupnya, hal tsb bisa kita perbandingkan dengan kita dr TK sampai saat ini bisa berhasil atau berilmu bisa membaca karena mengenyam pendidikan dr tingkat dasar sampai lanjutan.
    Bagaimana saya yg haus akan Ilmu Agama dan Wahyu dibilang aneh oleh mereka
    Saya kira demikian pendapat saya, lebih kurangnya saya mohon maaf ��
    Om Shanti shanti shanti Om

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mentafsir isi kitab tidak semudah merangkum 1 bab buku kimia atau lainnya, untuk bisa mentafsir sesuatu apalagi kitab tentu perlu ada pengetahuan serta pandangan yg luas. Menurut saya benar apa yg dikatakan beliau, jika belum waktunya mempelajari weda kita bisa gila. Gila disini mungkin dapat diartikan menganggap diri paling suci, paling bersih dan paling benar. Seperti yg dikatakan diatas, agama hindu bukan doktrin sehingga umat tidak didikte untuk tau dan menafsirkan kitab weda itu senduri. Nah disinilah peran sulinggih kita, beliau menyampaikan pengetahuan weda melalui dharma wecana.
      Bisa dibayangkan jika seluruh umat mempelajari seenaknya, menafsir seenaknya maka saya yakin sumpah serapah bertebaran dijalan hanya karena beda pendapat sesuatu yg belum tentu tepat. Suksma

      Hapus
    2. Betul, saya juga setuju dengan Allseeingeye... Dan lagi pula, weda benar-benar sudah ada dalam kehidupan sehari-hari kita tidak perlu meragukan hal itu dan kita sudah melaksanakan semua itu. Semoga artikel berikut ini membantu :

      https://crcs.ugm.ac.id/sebelum-literalisme-bagaimana-kitab-suci-dibaca/

      Hapus
    3. Om swastiastu bli kan sudah ada di atas di katakan weda itu weda itu tidak berawal dan tidak berakhir dan bukan tidak boleh di baca dalam artian sebelum kita membaca weda kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu apabila otak kita tidak mampu menampung apa yg kita baca itu lah yang akan membuat pusing

      Hapus
  5. Bagaimana kita memahami Kalki Autar

    BalasHapus
  6. Bagaimana kita memahami Kalki Autar

    BalasHapus
  7. Baru tau klo kitab suci gk bisa dibaca kcuali org trtentu. Pdhl logikanya, mnusia mpelajari dri apa yg dibaca bukn apa yg dilihat dri mnusia yg mbca. Knp, manusia yg mbca bisa salah, tpi kitab suci tk bisa salah. Krn itu org hrus bisa mbca kitab sucinya scra lgsung. Agar dia bisa mmilah baik dan buruk. Masalh pgartian dan mkn dari isi kitab suci, buknkh lgsung bisa bertanya pda ahlinya, sprti Kristen yg bisa bertya pd pndetanya at islm yg bertya pd ulamanya... Sy yakin kitab agama mnpun tdk akn mbuat pganutnya gila jika mbca nya.. Bingung bisa jdi jika dia blm mmhmi artinya. Mgpa tk mbiarkn pgnut weda mbca kitab secara lgsung? Itu pnting. Agar iman mrk dn kpercyaan mrk smkin kuat. masalh khawatir bisa gila, itu bru asumsi. Maaf ini pendpt pribadi. Lbih kurg mohon dimaafkhn.

    BalasHapus