Google+

Pionir Riset Reinkarnasi

Pionir Riset Reinkarnasi

Dr. Ian Stevenson
Dr. Ian Stevenson adalah kepala Departemen Psikiatri di Universitas Virginia, dan sekarang Direktur Divisi Studi Persepsi di Universitas Virginia. Ia telah mengabdikan 40 tahun karirnya kepada dokumentasi ilmiah dari ingatan anak tentang hidupnya di masa lalu, dari seluruh penjuru dunia dan mempunyai lebih dari 3000 kasus di dalam filenya. Banyak orang, termasuk yang skeptis dan para sarjana, setuju bahwa kasuskasus ini menawarkan bukti terbaik untuk reinkarnasi

Dr. Stevenson meneliti kemungkinan reinkarnasi mulai dalam 1960 ketika ia mendengar tentang suatu kasus di Sri Lanka di mana seorang anak mengaku mengingat hidupnya yang lampau. Ia secara teliti dan lengkap menanyai anak itu dan orangtuanya, juga orang-orang yang diklaim oleh anak itu sebagai orangtuanya dari hidupnya yang lampau. Ini meyakinkan Dr. Stevenson bahwa reinkarnasi mungkin suatu realitas. Lebih banyak kasus-kasus ia kejar, lebih besar dorongan untuk secara ilmiah membuka dan menaklukkan wilayah tak dikenal di antara misteri-misteri dunia, yang hingga sekarang telah dikeluarkan dari pengamatan ilmiah. Meskipun begitu, ia percaya ia bisa mendekati dan mungkin melengkapi bukti dari realitas reinkarnasi dengan cara-cara ilmiah.

Apakah Tuhan Semua Agama Sama?

Apakah Tuhan Semua Agama Sama?

apakah tuhan semua agama sama? jawabanya IYA, memang benar adanya tuhan semua agama adalah tuhan yang sama adanya karena tuhan dihadirkan oleh manusia dengan rasa karena rasa adalah sama terbebas dari bahasa manusia dan rasa ketuhanan hadir dalam jiwa manusia sejak dulu kala ketika manusia belum mengenal peradaban perkumpulan dalam satu wilayah (desa/kota/negara) bahkan ketika manusia tinggal di hutan dalam gua manusia telah merasakan kehadiran tuhan esa mereka memuja tuhan dalam kebesaran dewa dan upaya pendekatan tuhan dipersonifikasikan.

Gambaran Tuhan dari "rasa" diejawantahkan dalam kata hingga tuhan pun menjadi terwujud dengan berbagai personifikasi berdasarkan pandangan mulia pemujanya. dalam esensi tuhan yang hakiki dirasa berubah menjadi logika ketika logika tak mampu mencerna dan dipaksa bekerja maka lahirlah fanatisme. ini akibat tak mampu merasa dan mencerna tuhan akhirnya dikapling dikuasai oleh agama-agama masing-masing memegang dan menamai tuhan mereka mereka klaim dan anggap hanya tuhan mereka benar adanya.

itulah esensi keyakinan dan keimanan terhadap tuhan pula namun ketika masing-masing agama saling menyoal sesamanya pada saat itu tuhan telah dibonsai dipenjara oleh agama karena sesungguhnya dari asal agama adalah rasa yang berkembang akibat budaya ratusan tahun melembaga dan lembaga agama menentukan tuhan dalam aneka nama yang semua nama tuhan adalah pendekatan saja dan esensinya tuhan semua agama adalah sama tuhan semua agama adalah benar dan tuhan esa yang hanya bisa dirasa dalam hati dan jiwa
artikel ini tyang kutip dari artikel mediahindu.net dengan judul yang sama, yaitu Apakah Tuhan Semua Agama Sama. semoga dengan artikel ini dapat menambah wawasan dari para pembaca semuanya, khususnya semeton hindu bali. 

Persamaan Pendapat

Pada dasarnya semua agama mengajarkan keyakinan seperti dibawah ini : Tuhan adalah yang menciptakan semesta alam dan seisinya. Tuhan adalah yang menghidupi semua mahluk hidup. Tuhan adalah yang berkuasa atas semesta alam dan semua mahluk hidup. Tuhan adalah yang menjadi penyembahan dan pemujaan umat manusia. Tuhan adalah yang Maha Esa. Khusus di Indonesia semua agama sepakat dengan butir kelima yang menjadi sila pertama dari Pancasila yaitu KeTuhanan Yang Maha Esa.Akan tetapi apakah masing masing umat beragama memahami bahwa Tuhannya berbeda dengan Tuhan umat beragama lain? Jawabannya perlu pembahasan dibawah ini.

Perbedaan Pendapat

Perbedaan bahasa. Masing masing bangsa (umat) menyebut Tuhan sesuai dengan bahasanya, seperti : Yahudi menyebut dengan nama Yahweh, Arab dengan nama Allah, Hindia – Brahman, Inggris – God, Yunani – Deo, Bali – Sang Hyang Widhi, Sunda ada yang menyebut Gusti, Jawa dengan berbagai sebutan seperti Pangeran, Hyang Manon, Hyang Widhi, Suksma Kawekas, dll. Termasuk bangsa bangsa lain diseluruh dunia ini menyebut sesuai dengan bahasanya.

Pertanyaannya adalah apakah kalau sebutannya berbeda, dapat dikatakan Tuhannya juga berbeda? Jawabannya perlu uraian dibawah ini.

Odalan atau Piodalan - Dewa Yadnya

Odalan atau Piodalan - Dewa Yadnya

yadnya sebagai salah satu kegiatan agama tidak dapat dilepaskan dari tata aturannya. bahkan dalam melaksanakan yadnya, sejak persiapan hingga pelaksanaannya, sikap mental, disiplin diri, dipandang merupakan landasan yang sangat menentukan kualitas suatu yadnya. Persembahan sebesar-besarnya pengorbanan materi yang dilaksanakan dalam suatu Yadnya  menjadi tidak berarti, bila tidak dilandasi dengan sikap dan kepribadian yang baik oleh para pelaksana-pelaksana yadnya tersebut.

Dasar melakukan Yadnya

Dalam Lontar Dewa Tattwa pada bagian awal uraiannya memberi petunjuk dan mengingatkan bagi yang melaksanakan yadnya, yang juga sebagai dasar dalam melaksanakan Yadnya. berikut ini kutipan Lontar Dewa Tattwa;
"Anakku sang para empu danghyang, sang mahyun tuwa janna, luputing sangsara papa, kramanya sang kumingkin akarya ngalem drwya, mwang kumutug kaliiranging wwang utama, awya mangambekang krodha mwang ujar gangsul, ujar menak juga kawedar denira"
"mangkana kramaning sang ngarepang karya, awya simpanging budhi mwang krodha; yan kadya mangkana patut pagawenya, sawidhi widananya, tekeng ataledanya mwang ring sesayutnya, meraga dewa sami, tkeng wawangunan sami"
maksudnya: