Google+

Lontar Yadnya Prakerti

Lontar Yadnya Prakerti

Om awighnamastu namo sidham.

Iti Widhi sastra Tapini, warah Bhatari Umadewi, sira hyang ing pura dalem maka lingga gama kerti, ulahing wang kamanusan, ndya ta lwirnya: Dewakerti, Budakerti, manusakerti, jagatkerti.

Samangkana kweh ikang parakerti palaning anadi wang, arep pun sira amaraYadnya, nimita kweh wetunikang Yadnya, sapta Yadnya makadin ika, lwirnya: Aswameda-Yadnya, Siwa-Yadnya, Resi-Yadnya, Pitra-Yadnya, Bhuta-Yadnya, Manusa-Yadnya, Samodaya linuwihaken , pada luwih ika tinemunya, palaning Yadnya samangkana, apan maka lwih ikang prakerti kamanusan, apan ring manusa ika papulanya kabeh, manusa juga makawak ikang samangkana, paraning jagat, ala-ayu, amerta, wisia, papa-swarga, sukha duhkha, ika pada nuksma ring manusa nimita manusa juga wenang ulah parakerti, apan kabeh ikang Dewa, Bhatara, Kala, Bhuta Raksasa, Detya, Danawa, Pisaca, Danuja, Atma, Apitra, Pitara, Jin, Setan, Leyak, Tuju, Teluh Taranjana, Desti, Wat, Tiwang Prakasa, Moro, Pulung, Pamala-pamali, Anta Preta, Kala Dengen mwang Sarwa Marana, Gering ,Gerubug, Sasab.

Fengshui Angka HP Telepon dan Nomor Plat Kendaraan Mobil

Fengshui Angka HP Telepon dan Nomor Plat Kendaraan Mobil

Sering dijumpai dalam masyarakat kita, dimana sebagian lapisan tertentu memborong beberapa angka-angka tertentu dengan urutan tertentu, yang konon dapat membawa hokky atau keberuntungan bagi mereka. Mereka bersedia membayar mahal dengan membeli angka tersebut untuk berbagai macam tujuan, seperti nomor HP, nomor telepon rumah, nopol kendaraan, nomer rekening Bank, sampai dengan nomer alamat rumah. Setidaknya fenomena ini bisa saya kategorikan menjadi 3 berdasarkan motifnya, yaitu :
  1. Mereka yang menganggap nomer atau angka ini sebagai angka yang cantik, sehingga karena ini adalah sebuah paradigma masyarakat yang berkembang seiring dengan waktu akhirnya banyak yang memakluminya. Tidak ada sesuatu yang takhayul dari motif seperti ini, karena ini hanyalah sebuah trend saja.
  2. Mereka yang menganggap nomer atau angka ini sebagai suatu yang magis, karena bisa membawa hokky atau keberuntungan bagi pemiliknya sehingga karena ini adalah sebuah kepercayaan maka mereka menghubungkan ini dengan praktek Feng Shui. Ini adalah motif yang takhayul, karena pada dasarnya ilmu Feng Shui tidak pernah ada yang membahas ini dimulai dari pakar-pakar kita yang kuno.
  3. Mereka yang menganggap nomer atau angka ini sebagai angka yang spesial, karena mewakili mungkin tanggal kelahiran mereka, angka favorit, angka kenangan, dsb. Tidak ada yang takhayul dari motif seperti ini, ya....karena ini kan urusan pribadi masing-masing.

Apakah Feng Shui itu?

Banten Otonan - Hari Ulang Tahun Kalender Hindu Bali

Banten Otonan - Hari Ulang Tahun Kalender Hindu Bali

Kata Otonan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang telah menjadi kosa kata bahasa Bali yang berasal dari kata “wetu” atau “metu” yang artinya keluar, lahir atau menjelma.
Dari kata “wetu” menjadi “weton” dan selanjutnya berubah menjadi “oton” atau “otonan”.
Demikian pula kata “piodalan” dari kata “wedal” berubah menjadi “odal” atau “odalan” yang juga mengandung makna yang sama dengan “weton” tersebut di atas.
Di dalam bahasa Sanskerta kata yang mengandung pengertian kelahiran adalah “janma” dan kata “janmadina” atau “janmastami” mengandung makna “hari kelahiran” atau hari ulang tahun

Meditasi Maha Mantra Gayatri

Meditasi Maha Mantra Gayatri

Gayatri Mantra adalah salah satu yang tertua dan mantra Sansekerta yang paling kuat . Hal ini diyakini bahwa dengan mengucapkan Gayatri mantra dan tegas menetapkannya dalam pikiran anda, dan jika Anda membawa pada hidup Anda dan melakukan pekerjaan yang ditetapkan untuk Anda, hidup Anda akan penuh kebahagiaan.

Kata "Gayatri" sendiri menjelaskan alasan keberadaan mantra ini. Ini berawal pada frase bahasa Sansekerta "Gayantam Trayate iti", dan mengacu bahwa mantra yang menyelamatkan pelantun dari semua situasi buruk yang dapat menyebabkan kematian.

Dewi Gayatri juga disebut "Veda-Mata" atau Bunda Weda - Rig, Yajur, Sama dan Atharva - karena itu adalah sangat dasar Veda. Ini adalah dasar, kenyataan di balik berpengalaman dan mengetahui alam semesta.

Mantra saat Odalan di Pura

Mantra saat Odalan di Pura

berikut ini mantra-mantra pemujaan saat muspa di pura khayangan di lingkungan desa pekraman di Bali. adapun mantra ini merupakan bagian ke-3 kramaning sembah.

Urutan sembahyang ini sama saja seperti saat sembahyang berdasarkan Kramaning sembah yang dilakukan di sanggah (rumah), dan perlu diingatkan bahwa "ETIKA SEMBAHYANG" dimana apabila ada pangeter (pemimpin) sembahyang baik Pemangku ataupun Sulinggih, hendaknya kita sebagai umat yang dienterkan tidak ikut mengucapkan mantra kramaning sembah, umat yang sembahyang cukup ikuti instruksi dan tetap nguleng pikayun ngacep (konsentrasi) ring bhatara yang dipuja.

apabila sembahyang niri (tanpa ada yang menimpin/sembahyang sendiri) hendaknya menghafal urutan kramaning sembah ini. secara umum mantranya sama seperti Mantra Muspa dirymah. adapun urutan kramaning sembah di pura sebagai berikut:
  1. Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran pada sang hyang atma - paratma. - sama dengan Mantra Muspa di rumah.
  2. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya, sebagai saksi kegiatan/kehidupan di dunia ini. - sama dengan Mantra Muspa di rumah.
  3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat (pura) persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiran-Nya pada waktu memuja di pura saat odalan. nah Untuk Mantra pemujaan ISTADEWATA inilah yang akan saya share dibawah ini.
  4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. - sama dengan Mantra Muspa di rumah.
  5. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. - sama dengan Mantra Muspa di rumah.

berikut ini Mantra Pemujaan ISTA DEWATA untuk diucapkan saat memuja bethara tertentu saat Piodalan Ida di Pura.

Banten Sebagai Pengganti Mantra

Banten Sebagai Pengganti Mantra

Banten pada awalnya ketika diajarkan pembuatannya di Desa Puakan (Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali) oleh Maha Rsi Markandeya kepada penduduk setempat di abad ke-8, bernama “Bali” atau “Wali”.

Lama kelamaan tradisi yang diajarkan itu berkembang ke seluruh pulau, sehingga orang-orang yang bersembahyang menggunakan banten, dinamakan “Orang Bali” dan pulau kecil inipun bernama Pulau Bali.

Banten diajarkan kepada penduduk yang buta huruf, karena mereka tidak bisa mengucapkan mantra-mantra dalam persembahyangan.

Jadi fungsi banten yang utama adalah sebagai “pengganti” ucapan mantra yang kemudian berkembang ke fungsi yang mengikuti, yaitu sebagai simbol kemahakuasaan Tuhan, wujud bhakti, prasadam, dan sarana pensucian roh.

Beberapa jenis banten yang hingga kini digunakan di Bali sebagai pengganti ucapan mantra, misalnya:

Nyentana atau Paid Bangkung?

Nyentana atau Paid Bangkung?

istilah “paid bangkung” sudah bukan istilah yang asing lagi di telinga umat Hindu etnis Bali. Yaitu sebuah istilah yang umum digunakan untuk menyebutkan seorang lelaki (selaku purusa) yang menikah dengan wanita (selaku predana) dan kemudian mengikuti kemauan istrinya serta ikut segala perintah dari pihak predana.

Paid Bangkung tidak hanya berlaku untuk sebutan seorang Suami (hindu) ikuti kemauan Istri (Non-Hindu) serta pindah agama ke agama si Istri, tetapi istilah paid bangkung juga digunakan untuk seomua suami yang "tunduk" kepada istrinya.
Etimologi “paid bangkung” sendiri berasal dari bahasa Bali, yaitu dari kata 

  • paid” = ditarik, dan 
  • bangkung” = babi betina yang dipelihara untuk dibiakkan. 

Namun belakangan ini muncul istilah baru lagi, yaitu "paid kaung". "kaung" = Gigolo-nya babi. 
bilamana ada wanita bali yang sampai disebut "paid kaung" maka dia diidentikkan setia dengan suami yang suka mencari wanita penghibur atau rela dimadu dengan banyak istri. paid kaung juga di identikkan dengan wanita hindu yang pindah agama. 
Jadi istilah “paid bangkung” ataupun "paid kaung" selalu dikonotasikan sebagai hal yang negatif. 
trus, Apa beda Nyentana dengan Paid Bangkung?

Nunas Beras atau Meluasin di Balian

Nunas Beras atau Meluasin di Balian

kuatnya keyakinan bali tentang adanya Roh Leluhur, membuat banyaknya semeton bali yang menyelesaikan segala permasalahannya dengan bertanya kepada orang pintar alias Balian, dimana balian ini dipercaya dapat menghubungkan diri si pencari pencerahan dengan leluhurnya.
Ritual bertanya "pemecahan masalah atau mencari solusi" lewat balian ini dikenal dengan istilah "Nunas Beras atau Meluasin di Balian"
namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah:
Benarkah Roh Leluhur Bisa Diajak Bicara?
Apa benar kita bisa wawancara dengan Roh?

Memantra dan Puja Mantra Pemangku

Memantra dan Puja Mantra Pemangku

Oṁ sahana vavatu sahana bhunaktu
Saha viryam karavavahai
Tejasvināvaditham āstu mā vidviṣā vahai
Ya Tuhan semoga kami dapat belajar bersama, berkembang bersama, memperoleh pengetahuan bersama. Semoga tidak terjadi suatu kesalahpahaman di antara kami. Dan apabila terjadi sesuatu kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja, semoga kami dapat saling memaafkan.

Tetikesan Puja Mantra Pemangku

Dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahman, umat Hindu diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan bentuk Śraddhā tersebut. Secara umum bentuk Bhakti umat Hindu dapat dilakukan dengan menggunakan: mantra, yantra, tantra, yajña, dan yoga. 

Peranan Ibu wujudkan Keluarga Bahagia

Peranan Ibu wujudkan Keluarga Bahagia

Peran Ibu dalam membangun Keluarga yang Bhawantu Sukhinah
"Jika ibu wajahnya selalu memancarkan keceriaan,seluruh rumah tangga berbahagia,

tetapi jika wajahnya cemberut, semuanya akan kelihatan suram" Manavadharmasastra, III.62.
Tanggal 22 Desember setiap tahun bangsa Indonesia memperingati hari Ibu sebagai penghormatan atas jasanya kepada putra-putrinya yang telah melahirkan bangsa ini. 

Bila kita membicarakan ibu, maka perhatian kita pada sebuah keluarga (keluarga inti) yang terdiri dari ibu, bapak dan anak-anak. Keluarga merupakan tahapan hidup yang kedua bagi setiap orang. 
Tahapan yang pertama disebut Brahmacari, yakni menuntut ilmu pengetahuan selaras pula dengan perkembangan jasmani dan rohani manusia. Ketika ia mencapai kematangan jasmani dan rohani, mereka memasuki kehidupan berumah tangga yang disebut Grahasthasrama. Kehidupan keluarga ini dimulai dengan upacara perkawinan (Vivaha). 
Perkawinan tanpa upacara ( Vivaha tan sinangarkara) tidak dibenarkan dalam agama Hindu dan diyakini sebagai dosa yang membuat kehancuran rumah tangga dan masyarakat.