Google+

Carcan Mirah, Kecubung dan Batu Permata

Carcan Mirah, Kecubung dan Batu Permata

Disi akan dikupas mengenai kasiat dari berbagai permata lengkap dengan ciri-ciri dari permata tersebut. Informasi ini bukanlah sembarangan informasi, ini didapat dari mengutip Lontar Bali (Buku Kuno yang ditemukan di pulau Bali) dimana lontar tersebut berjudul Carcan Mirah Miwah Batu. Sayangnya lontar ini belum sempat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, disamping waktu juga dalam pencarian padan kata yang sangat susah. Semoga kutipan Lontar (Buku Kuno dari Bali) ini bisa bermanfaat bagi anda.
Om Awighnam Astu Mano Siddham Swastiastu Tat Astu,
Om Narayana, Om Saraswati Jaya.
Om A No Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah.

Mirah Dewa


  • Ratna Sewala, Mirah putih mateja biru. Kewengangan mejaya – jaya.
  • Mirah Surya Candra, Mirah masurya kembar, sarin tanah genah Sang Nakula matapa, utama anggenn malelungan muang anggen ngastawa Ida bhatara Tiga Sakti.
  • Pada agung, Mirah bang masawang ireng, mahurat putih kadi padma, maka telu selem. Utama dahat, anggen gagelaran dipakurenan, panglipuran, sihing widhi.
  • Manik Maya, Mairah marupa kuning, utama palinggyan hyang siwa tiga, pengasih dewa manusa, arang mirah iki.

Akhir Perang Agung Wilis Kerajaan Blambangan

Akhir Perang Agung Wilis Kerajaan Blambangan

Sir Thomas Stanford Rafless dalam bukunya Hystory of Java menulis tentang adanya disolating system orang Banyuwangi pada page 68 sbb:
From that moment , the provinces subjected to its authority, ceased to improve. Such were the effect of her desolating system that the population of the province of Banyuwangie,which 1750 is said to have amounted to upwards of 80.000, was in 1811 reduce to 8000

Benarkah pembunuhan itu terjadi?

Kebenaran tulisan Sir Thomas Raffles mantan Letnan Gubernur Jawa dan Sumatra itulah yang menjadi perburuan saya, mencermati setiap fakta untuk mencari jawaban kebenaran tulisan itu. Maka ketika Hystory of Jawa di terjemahkan, saya membelinya dan melahapnya sebagai bacaan yang menarik, karena ditulis seorang birokrat muda (umur 30 tahun), yang dalam masa pemerintahan yang singkat 6 (enam ) tahun, telah menulis buku yang diakui sebagai masterpiece tentang Jawa dan membela orang Jawa, dari character assanisation Belanda.

Banyualit Blambangan Banjir Darah akibat Politik VOC

Banyualit Blambangan Banjir Darah akibat Politik VOC

Banyualit digantikan Blimbingsari.

Rakyat Banyuwangi saat ini hanya mengenal Blimbingsari. Bekas benteng VOC yang memakan ribuan pekerja rakyat Blambangan pun hilang dari bumi, begitu juga sejarah pertempurannya, yang menyebabkan banjir darah telah terlupakan.

Belanda begitu rapi menghapus jejaknya. Tetapi cerita kepahlawanan tidak pernah luntur dari ingatan leluhur. Walaupun jejak benteng telah dihapuskan, catatan sejarah diputar balikkan, tetapi secara pasti leluhur Blambangan masih mampu mewariskan. Seperti dikatakan Leonardo Da Vinci, pelukis, filsafat, budayawan, scienties besar mengucapkan; Fakta sejarah tak akan pernah mati walau diabaikan.

Setelah perjanjian Salatiga 1757, VOC mendapat dana yang cukup besar dari Mataram, persiapan menggempur Java Oostoek dimulai Ternyata persiapan penyerangan pada Java Oostoek (Pasuruan, Malang, Probolinggo dan sebagian Lumajang)tidaklah mudah, karena VOC memerlukan kekuatan tempur yang sangat besar untuk menghadapi kekuatan keturunan Untung Suropati dan Blambangan yang sangat kuat.

Keturunan Untung Suropati tentu sangat menyesalkan penyerahan Java Oosthoek oleh Pakubuwana II kepada Belanda, karena ayahanda Amangkurat III, ditolong dan dilindungi oleh Suropati. Ibarat kebaikan dibalas dengan penghianatan. Karena itu keturunan Untung Suropati segera memperkuat diri.

Sementara itu Blambangan memanfaatkan meningkatkan hubungan dengan Inggris, karena Inggris telah terusir dari Banten ( 1600) Jakarta, Banda (1625), maka hubungan Blambangan dengan Inggris sejak tahun 1600, telah maju dengan pesat. Dan Inggris mulai menjadikan Blambangan sebagai pijakan untuk menguasai Sumatera dan Borneo (Stanford Raffless, History of Java. 140).

Julukan untuk Majapahit Kedaton Wetan

Majapahit Kedaton Wetan

Negeri ini adalah negeri yang sangat jelas kaitannya dengan sejarah masa jauh kerajaan di Jawa. Dan merupakan salah satu sendi dari ambisi besar raja Wisnu Wardhana dalam mewujudkan doktrinnya CAKRAWALA MANGGALA JAWA atau kesatuan Jawadwipa. Raja Wisnu Wardhana (abad ke XIII) mengangkat delapan Narariya atau raja bawahan [1], dan salah satunya adalah Narariya KIRANA di Lamajang. 
Doktrin ini ternyata memberi arti yang sangat besar semangat Singosari. Putranya Kertannegara, malah mendeklarasikan doktrin Pamalayu yaitu tekad Singosari untuk tidak saja menguasai pulau jawa, tetapi malah ,meluas sampai tanah Melayu. Doktrin ini yang oleh DR. Moch Yamin sebagai cikal bakal dokrin Nusantara atau Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Blambangan versi Sejarah

Blambangan versi Sejarah

ini merupakan tulisan yang diunggah oleh Sumono, seorang penulis kelahiran Blambangan, dengan judul asli dari tulisannya: DAMARWULAN, MENAKJINGGO, Blambangan versi Sejarah, Perang Paregreg dan NEGARA KRTAGAMA

Prajnaparamita (ken dedes)
ditemukan di singosari
Di Banyuwangi sampai dengan tahun 1960an, berkembang sebuah seni pertunjukan yang disebut Damarwulan,mengambil nama cerita yang dipertunjukan dalam kesenian tersebut. Seni pertunjukan ini menggunakan costum dan gamelan Bali, oleh karena itu ada juga yang menyebutkan pertunjukan ini sebagai Janger.
Cerita dalam pertunjukan ini adalah tentang Menakjinggo, raja Blambangan yang memiliki cacat fisik, pincang dan matanya buta sebelah, dengan suara cadel dan parau serta memiliki character angkuh, culas, dan tak tahu diri yang ingin mempersunting/memperistri ratu Mojopahit Kenconowungu. Versi lain menggambarkan Menakjinggo adalah raja para raksasa. Sungguh penggambaran yang amat sempurna tentang kejelekan manusia.

Selanjutnya untuk menghukum Menakjinggo yang tak tahu diri ini maka dikirimlah seorang ksatrya yang gagah perkasa dan berwajah ganteng bak arjuna, Damarwulan, sebagai Senopati Mojopahit. Dan ternyata sang rupawan mampu mengalahkan Menakjinggo. Berbeda dengan tampilannya yang gagak dan rupawan ternyata pemuda ini sangat keji, yaitu memenggal kepala sang Menakjinggo untuk dipersembahkan pada Ratu Kencono Wungu. Sang rupawanpun akhirnya menikah dengan Ratu Kenconowungu dan lebih dari itu juga memperistri mantan istri Menakjinggo.

Tenget Suatu Tinajuan Filsafat

Tenget Suatu Tinajuan Filsafat

Tenget adalah istilah dalam Bahasa Bali yang menyiratkan larangan untuk mengganggu terhadap areal / lingkungan, tempat, bangunan, tumbuhan, hewan atau benda-benda tertentu, karena dianggap keramat, suci, bertuah atau dapat mendatangkan bencana atau risqi bagi pendukungnya.

Filosofis Tenget tidak bisa diungkap secara terpisah dari budaya Bali, yang bersumber dari sistem religi masyarakatnya. Ajaran kebenaran dalam Weda yang berkembang dalam tradisi Bali, melahirkan berbagai fenomena unik dalam budaya Bali (Surata dalam Supartha ed.– 1999). 
Kebenaran (tatwam) itu kemudian diwujudkan menjadi etika (susila) yaitu pandangan tentang “baik buruk”; “boleh” atau “tidak boleh”; serta pandangan tentang rwa beneda (ada hulu hilir, tinggi rendah, dsb) terhadap lingkungan alam ataupun lingkungan sosial. Etika lingkungan tersebut, dikomunikasikan dengan simbol-simbol, salah satunya melalui tenget. Dengan demikian tenget adalah sebuah simbol. Simbol adalah keadaan yang merupakan peng-antara-an pemahaman tentang suatu obyek (Triguna). Obyeknya disini adalah etika yang bersumber dari kebenaran yang diyakini. Simbol berbeda dengan tanda karena simbol adalah bagian dunia makna manusia yang berfungsi sebagai designator, sedangkan tanda adalah bagian dunia fisik yang berfungsi sebagai operator. Kegiatan simbolik mengandung arti untuk sesuatu atau juga menggambarkan sesuatu, khususnya untuk menggambarkan sesuatu yang immaterial, abstrak, sesuatu idea, kualitas, tanda – tanda suatu obyek, proses dan lain – lain. 

Cara Gunakan Benda Pusaka; Pis Bolong, Keris Pusaka dan Buluh Perindu

Cara Gunakan Benda Pusaka; Pis Bolong, Keris Pusaka dan Buluh Perindu

ilustrasi perang dengan menggunaan pusaka dan kawisesan
setelah beberapa kali mendapatkan pertanyaan mirip-mirip seperti judul artikel ini, akhirnya terbelesit pikiran untuk memberikan informasi tentang Cara Gunakan Benda Pusaka; Pis Bolong, Keris Pusaka dan Buluh Perindu tersebut.
dalam artikel ini tidak hanya memberikan sekilas informasi tentang cara penggunaan Benda Pusaka; pis bolong arjuna, pis jaring serta pis polong wayang lainnya, disini juga akan dipaparkan sedikit tentang cara penggunaan buluh perindu serta beberapa benda pusaka budaya yang beredar di masyarakat secara umumnya.

dalam beberapa sesi konsultasi (wawancara) dengan beberapa penggemar benda petuah hasil kebudayaan bali, ini yang sering dipertanyakan:

  • saya memiliki pis arjuna, tepi kok ga ada reaksi saat menggunakannya?
  • saya menggunakan buluh perindu, tapi kenapa yang saya targetkan tidak ada respon apa-apa?
  • saya punya keris pusaka keluarga, dulu katanya kalau dicabut dari warangkanya, langsung turun hujan, tapi kemarin saat nyiramin kok tidak terjadi apa-apa?
  • apakah benda budaya yang saya miliki sudah mati (tidak bertuah)..?

begitulah sedikit pertanyaan kegalauan dari para penggemar benda mistis itu, dan karena itulah saya akan mencoba memberikan sekilas informasi tentang cara gunakan benda-benda tersebut.