Google+

Penerapan Tri Hita Karana pada Rumah Adat Bali

Penerapan Tri Hita Karana pada Rumah Adat Bali

Rumah dan perumahan yang layak merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan. Selain itu rumah dan perumahan merupakan cerminan dari jati diri manusia baik perorangan maupun kelompok dan kebersamaan dalam masyarakat.

Bali pada masa lalu mempunyai bentuk rumah dan perumahan yang didasari oleh konsep Tri Hita Karana, dalam pengaturan ruang, tata letak, bentuk, serta penggunaan bahan, berpedoman pada pemikiran, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

Bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dibarengi pengaruh pariwisata pada masa ini memberi perubahan cara pandang dalam pengaturan perencanaan perumahan yang akan menimbulkan baik dampak positif maupun negatif.

Tembok Panyengker

Tembok Panyengker

Rumah adat Bali yang lengkap merupakan suatu komplek perumahan yang harus dapat menunjang sebagian besar aspek kehidupan penghuninya. Merupakan suatu syarat juga bahwa perumahan adat Bali itu dilingkari dengan tembok, yang dikenal dengan istilah "Tembok Panyengker". 
Tembok panyengker, agaknya, memiliki makna lebih, ketimbang sekadar pagar pembatas. Lantaran panyengker mengandung pengertian "mengurung" (kurung = sengker), melindungi atau menjaga isi yang ada di dalam, memberikan kesentosaan, ketentraman, dan kedamaian.
Pelapisan makna apa yang bisa disimak dari tembok panyengker?
tembok panyengker dengan Padurasa
Tembok penyengker merupakan batas wilayah (rumah atau pura) yang satu dengan yang lainnya. Baik Pra, rumah atau banjar semuanya dikelilingi pagar tembok, Pagar masif (penyengker) yang dipadu candi bentar, kori atau kori agung adalah bagian yang tidak terpisahkan, sebagai ekspresi citra tata ruang yang tinngi nilai budayanya. Penyengker dipercaya sebagai wujub perlindungan empat kekuatan alam (air,api, tanah, udara) yang menempati sudut-sudut pekarangan. Dalam hal ragam hias sebagai cirri khas arsitektur Bali mengambil tiga bentuk kehidupan makhluk bumi (manusia, flora dan fauna). Unsur-unsur estetika, etika dan logika mendasarai pengolahan dan penempatan ragam hias, denagn mengingat nilai–nilai ritual yang disandangnya.

Angkul-angkul atau Gerbang Rumah Adat Bali

Angkul-angkul atau Gerbang Rumah Adat Bali

angkul-angkul atau Pamedal (kori)
Angkul-angkul atau sering juga disebut Pamedal/Kori yang merupakan salah satu bentuk pamesuan (pintu keluar dari pekarangan),  pintu masuk utama ke pekarangan rumah adat Bali dengan berbagai ukiran dan ornamen khas bali di bagian atas maupun samping kiri-kanan, juga sebagai salah satu wujud arsitektur tradisional Bali yang telah berkembang dengan pesat baik yang terjadi pada fungsi, estetika (bentuk dan langgam) serta struktur. angkul-angkul rumah adat bali selain sebagai kesan pertama saat memasuki rumah keluarga hindu bali, juga merupakan struktur bangunan bali yang memiliki nilai magis. angkul-angkul juga akan melengkapi konsep tri hitakarana yang diusung masyarakat hindu dalam penerapannya pada bangunan tempat tinggal. secara umum angkul –angkul rumah tradisional Bali memiliki pintu kwadi dan aling – aling untuk menghindari sirkulasi langsung dan akses langsung menuju tempat tujuan.

Penempatan Angkul-angkul atau pintu halaman akan menentukan kehidupan rumah tangga, maka dari itu sastra wajib diikuti seperti yang tersirat dalam astha bumi dan astha kosala-kosal, sesuai dengan posisinya masing-masing. Memiliki lebih dari 1 (satu) pintu rumah dan atau angkul-angkul sangat tidak direkomendasikan dalam sastra, karena akan berakibat boros, terjadinya perselingkuhan, kehilangan dan sakit-sakitan

Runtuhnya Kerajaan Mengwi

Runtuhnya Kerajaan Mengwi

Dengan menyerahnya Keraton Mengwi, Mengwi dibawah kekuasaan raja Badung maka diangkatlah Anak Agung Putu Kukus sebagai pejabat penguasa Mengwi, kekuasaan Anak Agung Putu Kukus meliputi wilayah-wilayah yang ditaklukan Badung setelah mendapatkan pembagian dari sekutunya, antara lain: Tabanan, Ubud, dan Bangli.

Banyak rakyat Mengwi yang masih setia kemudian meninggalkan wilayah kekuasaan Anak Agung Putu Kukus, terutama para prajurit Mengwi, meminta perlindungan kepada Raja Tabanan, Ubud dan Bangli.

Penduduk-penduduk yang berdiam di wilayah perbatasan Mengwi banyak yang meninggalkan desanya. hal itu mereka lakukan karena ketidakpuasan mereka dengan pemerintahan Anak Agung Putu Kukus yang masih membiarkan sikep-sikep Badung melakukan penjarahan di desa-desa mereka.
Pemberontakan-pemberontakan kecil sering terjadi dibeberapa wilayah perbatasan kekuasaan Anak Agung Putu Kukus, sehingga para penduduk yang semula damai menepati daerahnya merasa tidak tenang dan ketakutan memilih untuk meninggalkan desa.

Kedua Adipati Agung Kerajaan Mengwi yaitu I Gusti Putu Mayun (Putra dari I Gusti Agung Munggu, treh Arya Kepakisan) dan I Gusti Made Ngurah dapat menyelamatkan diri dari peperangan yang terjadi di keraton Mengwi sampai wilayah hamparan sawah di daerah Mengwitani.

Kerajaan Ubud - Dalem Sukawati

Kerajaan Ubud - Dalem Sukawati

Pasar Ubud Tahun 1910. Foto Claire Holt
Menurut beberapa babad dan penelitian bangsa asing, Ubud di Abad XVII masih terdiri dari sawah ladang dan semak belukar, dan hutan.
Sebagaian kecil sudah di diami oleh penduduk yang terdiri dari Kuwu-kuwu (Pondokan), mereka mendiami wilayah-wilayah, Jungut, Taman dan Bantuyung. Masih menjadi wilayah kekuasaan dari Kerajaan Sukawati yang berdiri sekitar tahun 1710, dengan raja pertamanya yang bernama Sri Aji Maha Sirikan, Sri Aji Wijaya Tanu.

Pada Saat I Dewa Agung Made menjadi raja di Kerajaan Peliatan, dua adik beliau ditugaskan memegang wilayah:

  • Ida Tjokorda Gde Karang di Padang Tegal Ubud. 
  • Ida Tjokorda Tangkeban ditugaskan di Ubud. Banyak pura kemudian berdiri di Ubud dalam masa pemerintahan beliau.

Bukti Reinkarnasi Luke Ruehlman

Bukti Reinkarnasi Luke Ruehlman

Bukti Kebenaran Reinkarnasi
banyak umat agama non_hindu masih meragukan Pokok-Pokok Keimanan kita, salah satu yang diragukan adalah adanya "Reinkarnasi". tetapi, inilah kebesaran ajaran kita, Tuhan telah memberikan banyak pencerahan kepada umat manusia melalui Weda yang kemudian bertumpu pada Panca Sradha, serta diberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinanya masing-masing lewat Catur Marga Yoga, tetapi masih saja ada perdebatan tentang benih-benih keyakinan yang baru mereka miliki. dan sekarang terbukti akan kebesaran Weda, setelah adanya pembuktian secara saint (baca: Bukti Saint Keberadaan Alam Semesta) baru-baru ini ada berita yang cukup memberi angin segar dimana ada seorang anak yang bisa mengingat masa lalunya. dalam keyakinan hindu disebut sebagai Reinkarnasi atau punarbhawa.

berikut ini beberapa media massa sebagai Bukti Reinkarnasi Luke Ruehlman