Google+

Membangun Rumah Tradisional Bali

Membangun Rumah Tradisional Bali

setiap kepala keluarga sudah tentu mendambakan memiliki Rumah Sendiri, lepas dari keluarga induknya. begitupula orang bali, bagi kepala keluarga yang sudah mulai mebanjar adat maupun dinas, rumah tinggal milik sendiri juga menjadi dambaan, terpisah dari keluarga, menghindari masalah klasik orang bali, yaitu persaingan internal di keluarga intinya. untuk itu Membangun Rumah Tradisional Bali menjadi sebuah harapan besar, tetapi Membangun Rumah Tradisional Bali tidak segampang membuat barang dagangan, karena Rumah Tradisional Bali memiliki makna filosofis dan magis yang dapat mempengaruhi orang yang memilikinya serta yang tinggal didalamnya. untuk itu ada tahapan yang harus dilalui untuk Membangun Rumah Tradisional Bali.
adapun tahapan awal sebelum Membangun Rumah Tradisional Bali, diantaranya:

menentukan Lokasi Rumah

dalam penentuan lokasi untuk Membangun Rumah Tradisional Bali ini ada beberapa pertimbangan, salah satu yang sangat penting adalah hindari "karang Panes", seperti tanah yang numbak gang/jalan/sungai, tanah yang berdampingan dengan pura khayangan, tanah yang berhawa panas akibat kurangnya sirkulasi, tananh yang lebih rendah daripada tanah disekelilingnya, tanah yang tidak bisa ditumbuhi oleh tumbuhan maupun hewan dan lain sebagainya.
berikut ini sedikit kupasan dari Lontar Keputusan Sanghyang Anala, yang menjelaskan tentang Hala-Ayuning Palemahan. adapun isinya:
iki ling Ira Bhagawan Wiswakarma, luwire: iki ayuning palemahan; ring pascima manemu labha, ring uttara paribhoga wredhi, palamehan asah madya, palemahan hinang Dewa Ngukuhin lan maambu lalah sihing kanti. 
maksudnya:

Hari Baik Nikah - Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2015

Hari Baik Nikah - Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2015

menyambung artikel sebelumnya "Dewasa Ayu Nganten - Hari Baik kawin di 2015" yang baru selesai 6 bulan saja yakni hanya bulan januari - juli 2015, melalui artikel ini "Hari Baik Nikah - Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2015" akan melengkapinya mulai Bulan Juli - Desember 2015.
semoga Artikel Hari Baik Nikah - Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2015 ini bisa menjadi masukan bagi semeton hindu yang ingin melangsungkan pernikahan.

seperti telah dipaparkan dalam artikel-artikel wariga dan dewas ayu sebelumnya, Hari Baik Nikah - Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2015 ini dibuat dengan menitik beratkan pada:
Hari baik - Tanggal dan pangelong - wuku - sasih
selain itu tyang abaikan untuk memberi ruang nafas untuk memilih dewasa ayu apabila ada kejadian memaksa untuk melangsungkan upacara pernikahan.

Pilihan Hari Baik Nikah - Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2015

untuk mempersingkat tulisan ini, mari kita bahas Hari Baik Nikah - Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2015 berikut ini:

Asta Kosala Kosali dan Astabumi

Asta Kosala Kosali dan Astabumi

Om Swastyastu
Katattwaning Ngawangun Manut Sastra Agama Hindu
Pawangunan Krama Hindune utamine ring Bali dahat mitatasang parindikan tata cara ngawangun madasar antuk daging-daging Sastra Agama Hindu, pamekas dasar utama Sanghyang Aji Weda. Palemahan Ida nenten pateh manggeh sekadi napi sane kaunggahang ring Catur Weda sakewanten sampun nyuti rupa manados sari-sarining “Aksara Aji” pawangunan sakadi Hasta Kosala, Hasta Kosali, Hasta Bumi, Wiswakarma, Asta Patali, Aji Janantaka, Taru Pramana, Bhamakertih, Satkertih, Caturlokapala, Astamandala, miwah Lontar Tattwa lan sastra siosan sane muat indik pawangunan. 

Melacak ''Hong Sui'' dalam Arsitektur Bali

Melacak ''Hong Sui'' dalam Arsitektur Bali

Dalam minggu-minggu ini, umat Hindu kembali memasuki hari-hari suci, seperti Galungan dan Kuningan. Hari Raya ''kemenangan'' dharma melawan adharma, sekaligus hari ''perenungan'', kontemplasi atau refleksi diri. Dalam konteks arsitektur, mungkin ada baiknya melakukan ''instrospeksi'' ke dalam. 

Menyingkap ''tirai'' esensi dan substansi kearifan lokal arsitektur Bali. Di antaranya, bagaimana mengangkat nilai-nilai dan makna tatanan arsitektur Bali yang salah satunya ada memiliki kemiripan dengan hong sui. Semisal yang berhubungan dengan tata letak tanah dan bangunan serta pengaruhnya terhadap penghuninya.


SELINTAS, jika merunut perjalanan popularitas hong sui, mungkin dapat disimak dari fungsi dan manfaatnya dalam kehidupan serta orang-orang yang mempublikasikan tentang keunikan yang ada di dalamnya. Sehingga, hong sui memasyarakat hingga ke negeri Eropa selain ke negara-negara Asia.

Menelaah vibrasi Tanah Bali, Turus Lumbung Hingga Kahyangan Jagat

Menelaah vibrasi Tanah Bali, Turus Lumbung Hingga Kahyangan Jagat

PULAU Bali juga disebut sebagai ‘Pulau Seribu Pura’. Pura selain merupakan tempat suci Hindu, juga sebagai “sentra rohani”. 
Apa saja yang melatarbelakangi perkembangannya dan bagaimana sebaiknya konsep rancangan sebuah pura ke depan?
Sumber prasasti kerap menyebut gunung dan bukit sebagai sthana para dewa. zaman dulu, tempat – tempat tinggi di Bali, di hulu atau di tanah bervibrasi suci, orang-orang membuat suatu bangunan peribadatan, meski sederhana dan sifatnya sementara.

Ketika itu tiangnya dibuat dari turus pohon dapdap, dan sebuah ruangan dengan balai-balai dirakit dari bambu untuk tempat meletakkan sajian (sesajen). Bangunan suci jenis ini disebut Turus Lumbung, bermakna kias “melindungi dan menghidupi pemujanya”. 

  • "Turus dapdap" bermakna tameng atau perisai-alat pelindung diri. 
  • lumbung” mengandung makna: ranah penghidupan. 

Bangunan Turus Lumbung ini sifatnya sementara yang lambat laun diganti menjadi bangunan yang lebih permanen.

Pura Agung Besakih Awalnya, Penamaman "Pancadatu" Hindari Petaka

Pura Agung Besakih Awalnya, Penamaman "Pancadatu" Hindari Petaka

Pada Purnama Kadasa, di Pura Agung Besakih diselenggarakan piodalan atau upacara Betara Turun Kabeh yang berlangsung (nyejer) selama sebelas hari. Masyarakat umat Hindu berduyun-duyun pedek tangkil silih berganti ke Pura terbesar di Bali yang dibangun di barat daya lambung Gunung Agung itu.
Apa saja yang bisa disimak dari Pura Agung Besakih?
Makna apa yang kira-kira bisa didapat dari ungkapan arsitekturnya?
PURA Agung Besakih berlokasi di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Mungkin sudah ribuan cerita pernah diungkap dan ditulis tentang keagungan pura terbesar di Bali ini. Namun sampai kini belum ditemui data pasti mengenai kapan pura ini pertama kali didirikan. Informasi berupa data yang bernilai historis maupun prasasti-prasasti yang diperoleh hanya sebatas wujud pengembangan puranya. Hanya sekilas, konon ada dimuat dalam lontar "Markandya Pura", mengisahkan kedatangan Rsi Markandya bersama para pengikutnya dari Jawa Timur ke pulau Bali. Namun ada sumber lain yang menyebutkan bahwa Rsi Markandya datang ke Bali sekitar abad ke-8.

Pasar Tradisional yang kian Terpinggir

Pasar Tradisional yang kian Terpinggir

SEKARANG, "pasar swalayan modern" banyak dibangun dalam bentuk mal, minimarket, supermarket atau hypermarket. Kehadirannya seperti mulai kian berlebihan dan memberi dampak pada wajah arsitektur kotanya. 
Terkendalikah pertumbuhannya? 
Sudahkah bercitra Bali? 
Lantas, bagaimana peran, makna dan fungsi keberadaan pasar tradisional ke depan?

Memang banyak faktor yang mempengaruhi makna sebuah tempat (place) dan ruang (space) sebuah pasar secara arsitektural. Eksistensi suatu ruang publik kiranya bisa dikaji dari segi konteks, citra dan estetikanya. Dengan kata lain, keberadaan sebuah pasar tradisional, serta kaitan antara tempat lainnya masing-masing, tak boleh tercerabut dari pemahaman manusia yang hidup dan bergerak di dalamnya. Lantaran dimensi ruang publik bersifat sosio-spasial, maka makna keberadaan sebuah pasar tradisional di dalam kota tak semata memberi nilai bagi diri sendiri, melainkan juga untuk orang-orang yang hidup dan beraktivitas di "ruang" kota setempat.

Jangan Seragamkan Arsitektur Lokal Bali

Jangan Seragamkan Arsitektur Lokal Bali

Mungkin suatu saat ke depan dibutuhkan sebuah “ensiklopedi” yang merupakan himpunan kesatuan pemahaman atau tafsir mengenai arsitektur Bali. Di dalamnya mungkin bisa dimuat landasan fasafah,pemaknaan, dan perihal yang esensial dalam keanekaragaman-keragaman dan keunikan arsitektur Bali. Jelas hal ini samasekali terlepas jauh dari substansi penyeragaman arsitektur dalam cakupan fisik. Namun, justru lebih terkait dalam konteks wilayah penyamaan pemahaman isi dan makna, atas realitas ketidaksamaan wujud penampakan arsitektur Bali di masing-masing tempat.

Kesatuan tafsir itu tentu perlu dipedomani oleh hasil penggalian atau penelitian terhadap saripati arsitektur Bali klasik, tradisional atau vernakularnya. Selain berharap agar tidak ada persepsi maupun penafsiran yang samar terhadap esensi arsitektur Bali.