Google+

Kenapa menjadi Hindu?

Kenapa Menjadi Hindu???

merupakan pertanyaan umum para bule kepada anak bali, nah... disini ada sesuatu yg dpt menjelaskannya.

Stephen Knapp, seorang mantan Kristen keturunan Yahudi berkebangsaan Amerika memilki 28 alasan mengapa ia masuk Hindu, yaitu:
  1. Apa yang diajarkan oleh agama Hindu? Peradaban Veda atau agama Hindu modern, adalah satu cara hidup. Ia bukanlah satu ras manusia atau sekedar agama atau keyakinan sektarian. Ia tidak menjadi milik satu ras atau negeri tertentu. Ia adalah satu jalan yang mendukung satu aturan tingkah laku (code of conduct) yang menghargai kedamaian dan kebahagiaan dan keadilan bagi semua orang.
  2. Hindu adalah peradaban tertua di dunia yang tetap hidup.
  3. Veda adalah kitab suci yang tertua dan paling lengkap.
  4. Veda mempunyai filsafat spiritual yang paling maju dan paling sempurna.
  5. Veda memberikan lebih banyak informasi mengenai ilmu pengetahuan tentang kehidupan sesudah mati, karma dan reinkarnasi.
  6. Filosofi Veda menawarkan pemahaman paling lengkap mengenai Tuhan dan dimensi spiritual.
  7. Hindu dan Veda memiliki banyak sabda dan perintah langsung dari Tuhan.
  8. Veda menawarkan bentuk-bentuk Tuhan yang paling indah dan penuh kasih sayang.
  9. Peradaban Veda memiliki guru-guru spiritual terbesar yang dapat anda temukan.
  10. Veda menawarkan jalan yang paling langsung kepada realisasi dan pencerahan spiritual pribadi.
  11. Karena Hindu adalah satu jalan yang paling ekspresif, ia juga adalah yang paling memenuhi secara emosional.
  12. Hindu, menawarkan satu jalan hidup ilmiah, dari diet, gaya hidup, jadwal harian, dan lain-lain.
  13. Siapapun dalam posisi apapun dapat menjadi seorang Hindu dan mempraktekan dan mendapat manfaat dari pengajaran Veda.
  14. Jalan Veda memandang semua agama sebagai benar, atau bagian dari kebenaran yang satu, dan jalan bagi keselamatan.
  15. Hindu, tidak menghadirkan Tuhan sebagai Tuhannya orang Hindu, Muslim, Kristen atau Sikh.
  16. Inilah sebabnya mengapa orang-orang Hindu, pengikut dari jalan Veda, dapat hidup damai dengan orang-orang dari agama lain.
  17. Agama Hindu tidak mempunyai konsep jihad, perang suci, perang salib, atau kesyahidan.
  18. Pengikut filosofi Veda tidak menjadikan orang lain sebagai target konversi.
  19. Agama Hindu menerima bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memilih jalan mereka sendiri menuju pencerahan atau keselamatan.
  20. Agama Hindu menawarkan satu Tuhan dan kesadaran universal, jauh melampaui sekedar tradisi lokal.
  21. Agama Hindu mendorong kita semua melihat Tuhan dalam semua makhluk.
  22. Di dalam Hindu anda dapat mengajukan semua pertanyaan yang anda inginkan tanpa dianggap murtad atau orang yang ragu.
  23. Agama Hindu adalah peradaban satu miliar dollar.
  24. Veda menawarkan jalan termudah untuk kembali kepada Tuhan.
  25. Agama Hindu mengajarkan kesadaran universal daripada kesadaran yang berpusat pada diri sendiri.
  26. Agama Hindu mengembangkan kepedulian yang sungguh-sungguh terhadap orang lain.
  27. Dengan atau tanpa institusi, agama Hindu menunjukkan dan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan.
  28. Agama Hindu, membukan pintu makna kehidupan yang sebenarnya.

Henry David Thoreau (1817-1862) Filsuf Amerika, unitarian, kritikus sosial, transendentalis dan penulis.

Adalah Ralph Waldo Emerson yang membangunkannya pada sebuah antusiasme sejati pada India.Kekuatan dari Upanisad bahwa Thoreau muncul mewarisinya di Walden dan menginspirasi tidak hanya pada mereka yang mempelopori perpindahan tenaga kerja Inggris, tetapi semua yang membacanya pada hari ini. Kelok-kelok di timur laut Massachusetts, penghormatannya pada sisi luar dan pandangannya jatuh pada Walden Pond.
Ia kerap menyinggung air—kiasannya jelas—kebijaksanaan Gita mengajarkan pemurnian pikiran: “Dengan usaha kesadaran pada pikiran, kita dapat berdiri jauh dari aksi dan konsekuensinya; dan segala hal, baik maupun buruk, pergi dengan kita seperti aliran air yang deras.”
Ia telah menemukan Sungai Ganganya yang suci. Tinggal di sana dan mencoba “mempraktekan yoga dengan setia” selama dua tahun keberadaannya di Walden, ia menulis:
“Pada pagi hari saya memandikan intelektualitas saya pada filsafat yang mengagumkan dan agung dari Bhagavad Gita, sejak tahun-tahun yang berkomposisi dengan Tuhan itu berlalu, dan di dalam perbandingannya dengan dunia kita yang modern dan segala literaturnya tampak lemah dan sepele; dan saya ragu jika filosofinya tidak menjadi petunjuk pada bagian dari kehidupan sebelumnya, jadi sedikit keagungannya dari konsepsi kita. Saya meletakkan buku itu dan pergi pada sumur mata air saya, dan o! Di sana saya menemukan pelayan dari Brahmin, persembahyangan pada Brahma, Visnu dan Indra, yang tetap duduk pada kuil-Nya di sungai Ganga sambil membaca Veda, atau berhuni dengan atap dari pohon beserta kayunya dan air—kendi. Saya menemukan pelayannya datang mengambil air untuk gurunya, dan ember kita seperti digunakan mengambil air secara bersamaan pada sumur yang sama. Air murni di Walden adalah bercampur dengan air suci dari sungai Ganga.”
(Sumber: The Writings of Henry D. Thoreau – Walden 1989. Universitas Princeton. Press. p 298 and How Vedanta Came to the West – By Swami Tathagatananda – swaveda.com). Listen to The Bhagavad Gita podcast – By Michael Scherer – americanphonic.com.)

Pada tahun 1840-an Thoreau menemukan India, antusiasmenya pada filsafat India demikian mendukungnya. Dari 1849-1854, ia membawa sejumlah besar kitab India dari Perpustakaan Universitas Harvard, dan tahun 1855 ketika teman Inggrisnya Thomas Chilmondeley mengiriminya sebuah hadiah dari 44 buku-buku Timur yang terdiri dari berbagai judul seperti Reg Veda Samhita, Mandukya Upanisad, Visnu Purana, Institute of Manu, Bhagavad Gita dan Bhagavata Purana, dan lain-lain.

Pada perenungannya pada India ia menemukan “sebuah kekuatan mengagumkan tentang keniskalaan” dan kekuatan mental yang mampu menarik dari perhatian dunia yang empiris kepada pikiran yang kokoh dan terbebas dari kebingungan.
“Apa yang dikutip dari Veda telah saya baca dan bagi saya seperti cahaya dari seorang bintang yang lebih tinggi dan lebih murni, yang mendeskripsikan jalan yang agung melalui lapisan yang murni. Ia terbit bagi saya seperti bulan penuh setelah bintang-bintang keluar, menyeberang melalui sebuah lapisan di langit.”
(Sumber: Commentaries on the Vedas, The Upanishads & the Bhagavad Gita – By Sri Chinmoy Aum Publications. 1996. p 26).

“Bilamana saya telah membaca bagian-bagian Veda, saya merasa bahwa sebuah cahaya yang aneh dan tidak diketahui menyinari saya. Dengan ajaran yang hebat dari Veda, tanpa ada sentuhan dari sektarian. Ia adalah segala zaman, iklim dan kebangsaan dan adalah jalan yang megah menuju pencapaian dari Pengetahuan Terbaik. Ketika saya membacanya, saya merasa bahwa saya berada di bawah surga yeng berkelap-kelip dari sebuah malam musim panas.”
(Sumber: The Hindu Mind: Fundamentals of Hindu Religion and Philosophy for All Ages – By Bansi Pandit B & V Enterprises 1996. p 307).

Henry David Thoreau – Orang bijaksana yang memperoleh inspirasi spiritual dari Bhagavad Gita. Ditujukan pada Chitra Gallery.
“Saya ingin katakan pada para pembaca kitab suci, jika mereka mengharapkan buku yang bagus, bacalah Bhagavad Gita … yang diterjemahkan oleh Charles Wilkins. Ia pantas dibaca sebagai referensi bahkan oleh orang-orang Amerika… Di samping Bhagavad Gita, Shakespeare tampaknya kadang disemangati kaum muda… Ex oriente lux mungkin masih dijadikan semboyan oleh para sarjana, untuk dunia Barat belum diperoleh dari Timur segala cahaya yang dipersiapkan untuk diperoleh kemudian.”

Dalam bukunya Walden, Thoreau mengandung referensi tegas pada kitab-kitab India seperti:

“How much more admirable the Bhagavad Geeta than all the ruins of the East.’ (Seberapa Lebih Menarik Bhagavad Gita daripada Seluruh Reruntuhan dari Timur)
(Sumber: The Writings of Henry D. Thoreau – Walden 1989. Universitas Princeton. Press. p 57).

Thoreau menggambarkan bahwa:

Kekristenan sebagai “radikal” karena “moralnya yang murni” kontras pada “intelektualitas yang murni” dari Hindu.
(Sumber: A Week on the Concord and Merrimack Rivers – By Henry David Thoreau p 109 – 111).

“Veda mengandung catatan yang bijaksana dari Tuhan.” “Pemujaan yang diadakan oleh Veda adalah prestasi yang luar biasa.”
Kitab-kitabnya merangkul keseluruhan moral hidup dari Hindu dan sebagai alasan tidak ada kepercayaan selain ketulusan. Kebenaran sebagai referensi pada hati terdalam manusia, tanpa ada standar. Thoreau, seperti transendentalist lainnya telah bernafas dan berkatolisitas dalam pikiran yang membawanya mempelajari agama India. Dari awal ia dikecewakan dengan organisasi Kristen (ia tidak pernah ke gereja) dan seperti yang Emerson tunjukkan minat tingginya pada Hindu dan filsafatnya. Dalam perbandingan dengan Hebraisme, Thoreau menemukan superioritas Hindu dalam banyak hal. Bagian berikut mendemonstrasikan kekecewaan Thoreau dengan Hebraisme dan kecintaanya pada Hindu: Pada 1853 ia menulis:
“Umat Hindu adalah yang paling jelas dan religi yang penuh pertimbangan dibanding Ibrani. Mereka memiliki mungkin yang lebih murni, lebih merdeka dan pengetahuan yang impersonal (tanpa ada campur tangan manusia) mengenai Tuhan. Kitab suci mereka menggambarkan keingintahuan pertama dan akses kontemplasi kepada Tuhan; kitab Ibrani adalah hasil penelitian, terlalu dan lebih personal (ada campur tangan manusia) akan pertobatan. Itu mengejutkan dan penuh gairah. Tuhan lebih memilih jika anda mendekati-Nya dengan bijaksana, tidak mengaku dosa, meskipun anda berdosa. Hanya dengan melupakan diri anda bahwa diri anda datang mendekati-Nya. Dengan ketenangan dan kelemahlembutan di mana pendekatan dan wacana ilmiah filsafat Hindu pada tema terlarang adalah mengagumkan.”

Max Muller

yang awalnya adalah seorang Indologis yang sudah berusaha keras menterjemahkan Veda dan menyusun teori salah kaprah “penyerangan bangsa Arya atas Dravida” akhirnya mengakui bahwa Veda luar biasa dan jauh lebih superior dari Kekristenan sehingga dia sendiri berkata;
“Veda akan terus dikagumi dan dihargai selama samudera dan gunung masih ada di atas bumi.”

Ralph Waldo Emerson berkata;

“Veda memuliakan hidup kita. Seluruh filsafat dan ilmu pengetahuan Barat tampak kecil dan tak berarti di hadapan Veda. Seluruh manusia di bumi ini harus kembali ke Veda“

Pall Thema mengatakan;

“Veda adalah dokumen mulia, dokumen yang tidak saja bernilai dan menjadi kebanggaan India tetapi bagi seluruh umat manusia, karena di dalamnya kita melihat manusia berupaya untuk mengangkat dirinya di atas keberadaan dunia ini.”

Arthur Schoupenhour menyatakan:

“Ini meyakinkan orang banyak bahwa Veda adalah abadi dan tidak dapat dijawab oleh manusia dan bahwa Veda berasal dari Brahman, yang adalah penciptanya“

Prof. Heeren menyatakan:

“Veda berdiri tegak sendirian dalam kemegahannya sebagai mercusuar cahaya suci bagi gerak maju kemanusiaan”

Lord Morley menyatakan:

“Apa yang ditemukan dalam Veda, tidak ada di tempat lain“

Leo Tolstoy menyatakan:

“Agama Veda tidak hanya agama yang tertua tapi juga agama yang paling sempurna. Ia menempati posisi pertama dan yang paling utama di antara agama-agama dunia”.

Gerald Heard mengatakan,

”Wedanta sangat ilmiah tentang – hukum-hukum yang mengatur alam semesta.”

Dr. Kenneth Walker yang menyanjung kebijaksanaan Weda dan mengatakan,

”Wedanta merupakan suatu usaha untuk meringkas seluruh pengetahuan manusia dan membuat manfaat seluruh pengalaman manusia. Pada suatu saat ia adalah agama, pada saat lainnya filsafat dan saat lainnya lagi ilmu pengetahuan.”
Dengan kata lain 3 pilar ilmu pengetahuan dunia, terdapat di dalam kitab suci Hindu (Weda) yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Sarvepalli Radhakrishnan menyatakan:

“Setelah musim dingin selama beberapa abad, kita sekarang berada pada periode kreatif dari agama Hindu. Kita mulai melihat pada agama kita yang telah berusia berabad-abad dengan pandangan mata segar“.

Albert Enstein menyatakan:

“Ketika saya membaca Bhagavad Gita lalu merenungkan tentang bagaimana Tuhan menciptakan jagat raya ini, segala hal lain terasa begitu tidak bermakna“

sumber: -->Dikutip dari posting saudara Dharma, ngarayana.web.ugm.ac.id/2009/10/kenapa-menjadi-hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar