Pages

Raja Yoga - AM I A HINDU

berikut adalah lanjutan resume dari buku 

AM I A HINDU ( Apakah Saya Hindu ? ) 

dimana dibawah ini dijelaskan tentang "Raja Yoga" buku ini di tulis oleh Ed. Viswanathan (Diterjemahkan oleh NP Putra) 

 

APAKAH RAJA YOGA? 

Raja Yoga pada intinya adalah satu jalan yang sangat ilmiah untuk mencapai (mengejawantahkan) Tuhan. Dalam jalan ini, Tuhan kurang lebih dianggap sebagai energi murni. Reshi Patanjali, pengarang dari Yoga Sutra, adalah orang pertama yang mensistematisasi praktek-praktek dari Yoga ini. 


Patanjali mendefiniskan Yoga sebagai "Chitta-Writti-Nirodha." 
  • Yoga artinya "persatuan dengan yang suci" atau "moksha" (salvation).
  • Chitta artinya "pikiran." Writti artinya "penyederhanaan " (modifications) atau "getaran" (vibrations). 
  • Nirodha artinya "penghentian" (stoppage), "penekanan" (suppression), atau "penahanan" (restraint). 
Jadi menurut Reshi Patanjali, persatuan dengan yang suci atau moksha berarti penghentian dari getaran-getaran, atau penyederhanaan pikiran. 

Menurut Patanjali, penyederhanaan pikiran adalah lima lapis dan pada hakikatnya bisa sakit bisa juga tidak sakit. Kelima lapis itu adalah 
  1. Pengetahuan Yang Benar, 
  2. Pengetahuan Yang Salah, 
  3. Khayalan, 
  4. Tidur 
  5. Ingatan. 
Praktek Raja Yoga mulai sejak zaman Weda. Bhagawad Gita mengagungkannya dan memujinya mulai dengan pernyataan , "Raja Yoga, Raja Guhyan (rahasia yang dijaga bagaikan raja), Pawitram (yang amat disucikan), Uttamam (yang paling baik), Pratyakshawagaman (yang cepat memberi hasil), Dharmyam Kartum (setia kepada Dharma)..." (Bab 9:2) 

 

AYAH, SIAPAKAH PATANJALI? 

Pendiri Raja Yoga, yang diperkirakan hidup dari tahun 240 sampai 180 S.M. Ada perdebatan antara para sarjana mengenai apakah ia Patanjali yang sama dengan ahli bahasa yang menyusun komentar Mahabsya yang besar terhadap komentar kritis (Warttika) dari Katayana atas Tatabahasa Sansekerta dari Panini, atau tidak. Beberapa orang mengatakan dia tidak lain adalah reinkarnasi dari raja naga Anathan. 

 

APAKAH YANG DICAPAI OLEH SEORANG YANG MEMPRAKTEKAN RAJA YOGA? 

 Dalam Raja Yoga, seorang bhakta (devotee) mencoba untuk mencapai satu keadaan di atas pikiran dan dalam satu cara mencoba untuk mencapai keadaaan tanpa pikiran (a mindless state). Sangat sulit untuk menjelaskan hal ini dalam kalimat sederhana. Seorang mahasiswa parapsikologi mungkin mampu memahami aspek ilmiah dari Raja Yoga lebih baik dari siapapun juga. Orang biasa yang keadarannya terbatas pada pikiran yang lebih rendah dapat membayangkan hanya citra-citra nyata dari obyek-obyek, yang berasal dari organ indriya. Secara singkat, bagi seorang Raja Yogi yang sempurna, berpikir adalah sebuah proses sukarela sepanjang waktu, tidak seperti kebanyakan dari kita yang memikirkan begitu banyak hal secara tidak sukarela. Kita berpikir tentang baik buruk pro kontra dari setiap masalah, bahkan bila kita tidak ingin memikirkan mengenai masalah itu sama sekali. 

Sebagai contoh, bila kita memutuskan untuk tidak memikirkan monyet-monyet untuk sejam yang akan datang, kita malah memikirkan monyet-monyet itu untuk sejam kemudian. Ini cara kerja pikiran kita sepanjang waktu. Yoga Sutra Patanjali terdiri dari 196 sloka. Dalam bukunya Patanjali tidak pernah menyatakan atau menyebutkan bahwa inilah satu-satunya jalan untuk mencapai Tuhan, tapi secara tersirat mengatakan bahwa keadaan pikiran yang ia jelaskan, seperti juga pencapaian Tuhan, dapat dicapai pula oleh praktek-praktek keagamaan yang lain. 

 

APAKAH DISIPLIN DAN LATIHAN DALAM RAJA YOGA? 

Raja Yoga menyebutkan delapan jenis disiplin. Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyhara, Dharana, Dhyana dan Samadhi. Yama artinya menjauhkan diri dari semua kejahatan. Niyama artinya melaksanakan kesucian dan kepuasan hati. Asana artinya posisi yang tepat untuk meditasi. Pranayama terdiri dari:
  • mengeluarkan nafas panjang (Rechaka), 
  • menarik nafas panjang (Purakha), 
  • menahan nafas (Kumbhaka). 
Latihan ini dimaksudkan untuk dilakukan hanya di bawah bimbingan dari guru yang sudah mumpuni. 

Dalam latihan Pranayama, sang bhakta diharuskan untuk mengendalikan aliran hidup dalam badan. Pratyahara artinya penarikan atau penciutan dari organ indriya dari obyek-obyek indriya. Dhyana artinya meditasi. Samadhi adalah keadaan yang terakhir. Dia yang melakukan meditasi mencapai Samadhi. Dalam keadaan itu, pikiran kehilangan identitasnya secara total dan mencapai keadaan tanpa bentuk, sekalipun ia dapat mencapai bentuk dari obyek apapun yang direnungkannya (kontemplasi). Dalam Samadhi, sang bhakta menyadari kebenaran yang terakhir. Nirwikalpa Samadhi dan Sawikalpa Samadhi adalah dua jenis Samadhi dengan mana para bhakta mencapai tujuan suci mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar