Pages

Percaya dengan adanya MOKSA - Panca Sradha

Percaya dengan adanya MOKSA - Panca Sradha

pokok Keimanan Hindu Bali "Panca Sradha" yang kelima adalah percaya akan adanya Moksa. Kata moksa berasal dari kata "maha sha" yang berarti keinginan, keterikatan dan bebas tak terikat. Mereka dapat dicapai semasih hidup dan sesudah mati. Semasih hidup bila seorang bhakta bersikap tidak terikat lagi atau terbebas dari ikatan objek duniawi, maka ia telah merupakan Jiwan Mukti atau Moksa semasih hidup didunia ini. Orang seperti itu telah menganggap sama antara kehidupan dan kemudian kebahagiaan dan kesedihan, musuh dan teman, panas dan dingin. Kamoksaan, asal kata moksa berasal dari bahasa sansekerta, adalah mencapai tujuan tertinggi, kebahagiaan di dunia nyata dan tidak nyata, sekala dan niskala yakni manunggalnya Atman dengan Brahman. 

Hal mana sesuai dengan tujuan Agama Hindu “Moksartham Jagadhita Yaca Iti Dharma”. Artinya tujuan Agama Hindu adalah mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat atau kebahagiaan lahir dan bathin. Hal ini dapat kita ibaratkan dengan seekor laba-laba yang berada di dalam jaringnya dan kemudian jaringnya masuk dan keluar dari laba-laba sendiri. Di dalam buku lontar kamoksan, kajian teks dan terjemahan (Bab II hal.3) di tegaskan bahwa Moksa artinya pembebasan atau pelepasan terakhir. Jagat hita artinya kesejahteraan dunia. Lontar Kamoksan menawarkan cara-cara untuk mencapai tujuan hidup tersebut yang di namakan Aji. Aji menurut artinya formula yang sangat suci, kuat,sebagaimana di maklumibahwa kamoksan atau keepasan mengajarkan bagaimana Atma dari tubuh manusia dapat manunggal dengan Paramaatman.

Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan hal-hal yang termasuk ikatan adalah:
  1. pengaruh panca indria,
  2. pikiran yang sempit,
  3. ke-akuan,
  4. ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman,
  5. cinta kasih selain kepada Hyang Widhi,
  6. rasa benci,
  7. keinginan,
  8. kegembiraan,
  9. kesedihan,
  10. kekhawatiran/ketakutan, dan
  11. khayalan.

Moksa dapat dicapai oleh seseorang baik selama ia masih hidup (disebut : Jivam Mukta), maupun setelah meninggal dunia (disebut : Videha Mukta). 
Jika selama masih hidup seseorang itu mencapai moksa maka ia telah mencapai tingkat moral yang tertinggi, kehidupannya sempurna (krtakrtya), penuh dengan kesenangan (atmarati) karena terbebas dari 11 jenis ikatan yang disebutkan diatas, memandang dirinya ada pada semua mahluk (eka atma darsana), memandang dirinya ada pada alam semesta (sarva atma bhava darsana). Kesenangan juga tercapai karena pengetahuan dan kesadaran bahwa brahman-lah atman yang ada didirinya (brahmanbhavana). Jika moksa dicapai setelah meninggal dunia maka terjadilah proses menyatunya atman dengan brahman sehingga atman tidak lahir kembali sebagai mahluk apapun atau bebas dari samsara, disebut juga sebagai kedamaian abadi (sasvatisanti).

Moksa adalah tujuan hidup manusia yang tertinggi yang dapat dicapai oleh setiap manusia bila ia:
  1. Mampu membebaskan atman dari ikatan.
  2. Mempunyai pengetahuan utama (paravidya) tentang brahman.
  3. Melaksanakan disiplin kehidupan yang suci.

Oleh karena itu moksa juga dikatakan sebagai pahala yang tertinggi dari Hyang Widhi atas karma manusia utama, suatu anugerah yang maha mulia. Ada kutipan Svetasvatara Upanisad I.6 yang sangat indah :
Sarvajive sarvasamsthe brhante asmis, hamso bhramyate brahmacakre, prthag atmanam pretitaram ca justas, tatas tenamrtatwam eti.
Artinya :

Dalam roda Brahman yang maha besar dan maha luas, didalamnya segala sesuatu hidup dan beristirahat, sang Angsa mengepak-epakkan sayapnya dalam melakukan perjalanan sucinya. Sejauh dia berpikir bahwa dirinya berbeda dengan Sang Maha Penggerak maka ia dalam keadaan tidak abadi. Apabila dia diberkahi oleh Hyang Widhi maka ia mencapai kebahagiaan sejati dan abadi.
Makna dari sloka upanisad di atas adalah :
Sekalipun anda telah melaksanakan disiplin kehidupan suci dan membebaskan atman dari ikatan-ikatan, namun bila anda tidak menyadarkan atman bahwa Brahmanlah atman, maka anda belum mencapai moksa

Brahman, Tujuan Akhir Kehidupan

Satguru Sivaya Subramuniyaswami, memberikan gambaran tentang tujuan agama hindu. berikut ini sedikit pandangan beliau:
Dari demikian banyak orang yang hidup di planet ini, sangat langka yang bertanya-tanya, “Apa tujuan yang sebenarnya, tujuan akhir dari kehidupan?” Tetapi, kebanyakan orang dibutakan oleh ketidaktahuan dan keprihatinannya dengan eksternalitas dunia. Dia terperangkap, terpesona, terikat oleh karma. Realisasi utama ada di luar pemahamannya dan tetap tidak jelas, bahkan secara intelektual. Pencarian utama manusia, batas akhir evolusi, ada di dalam manusia itu sendiri. Ini adalah Kebenaran yang diucapkan oleh para rishi Veda sebagai Diri dalam manusia, dapat dicapai melalui pengendalian pikiran dan pemurnian.
Ini adalah karma yang menghalangi kita untuk memahami dan mencapai tujuan akhir kehidupan, namun yang salah menyebutnya sebagai tujuan. Ini adalah apa yang dikenal oleh orang yang berpengetahuan untuk selalu ada. Ini bukan soal menjadi Sang Diri, tetapi menyadari bahwa anda tidak pernah bukan Sang Diri. Dan apakah Sang Diri itu? Dia adalah Brahman. Itu berada di luar pikiran, perasaan dan emosi, di luar waktu, bentuk dan ruang. Itulah hakikat yang dicari-cari, dirindukan semua orang. Bila karma dikendalikan melalui yoga dan dharma, dilakukan dengan baik, dan energi ditransmutasikan ke keadaan akhir mereka, Kebenaran Veda tentang hidup yang ditemukan oleh para rishi jaman dahulu kala akan menjadi jelas.
Tujuan yang utama adalah untuk menyadari Brahman dalam keabsolutan-Nya, atau keberadaan-Nya yang transenden, yang ketika menyadari adalah keadaan akhir anda sendiri — Kebenaran abadi, di luar ruang, di luar wujud. Bahwa Kebenaran terletak di luar pemikiran pikiran, di luar alam perasaan, di luar aksi atau pergerakan vritti-vritti; ombak pikiran. Menjadi, melihat, Kebenaran ini kemudian memberikan perspektif yang benar, membawa realitas eksternal ke dalam perspektif. Mereka kemudian dilihat benar-benar sebagai maya, tidak nyata, namun bukan berarti sebagai barang rongsokan yang bisa dibuang begitu saja.
Pengalaman yang intim, menyadari Brahman, harus dialami saat berada di tubuh fisik. Seseorang datang kembali dan kembali lagi ke dalam tubuh fisik hanya untuk menyadari Brahman. Tidak lebih. Namun, Sang Diri, atau Brahman, merupakan pengalaman hanya setelah itu dialami. Namun, walaupun masih menjadi pemahaman tanpa pengalaman, walaupun masih dalam perenungan, tetap menunjukkan akibat positif terhadap pikiran manusia. Sebelum realisasi, itu adalah tujuan. Setelah realisasi, satu hal akan hilang, keinginan terhadap Sang Diri.
KESIMPULAN : Moksa adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati adalah sorga yang sebenarnya. Moksa dapat dicapai dengan upaya yang tekun melaksanakan. Demikian sekilas tentang Panca Sradha yaitu Percaya dengan adanya MOKSA, semoga paparan ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar