Pages

Filsafat advaita dari sanskara acarya

Filsafat advaita dari sanskara acarya

Sutra-sutra atau aphorisme dari Wyasa merupakan dasar dari filsafat Wedanta dan telah di jelaskan oleh berbagai pengulas yang berbeda-beda. Dari penafsiran-penafsiran ini muncul beberapa aliran filsafat yaitu, Kewala Adwaita, dari sanskaracarya, filsafat monisme terbatas atau wisistadwaita dari sri ramanuja, filsafat Dwaita dari Sri Madhwarcarya, Filsafat BhedaBheda dari Sri Nimbarkacarya, Filsafat Acintya Bhedabheda dari Sri Caitanya dan filsafat Siddhanta dari Sri Meykandar.

Tiap-tiap sistem filsafat tersebut membicarakan tentang 3 masalah pokok yaitu tentang Tuhan, alam dan roh. Beberapa aliran filsafat hanya berbeda dalam mengusahakan penemuan kebenarannya. Acarya-Acarya yang berbeda, dari aliran filsafat yang berbeda secara nyata, menjadi pendiri dari sekte-sekte dan sistem-sistem yag terkenal. Para pengikut dari aliran-aliran filsafat ini mencoba untuk membuktikannya dengan menafsirkan Wedanta Sutra sesuai dengan pendapat mereka sendiri; menunjukkan pendapat yang di dasarkan atas, dan secara teratur di kembangkan, dari tradisi kuno.

Nimbarkacarya mendamaikan semua perbedaan pandangan mengenai Tuhan yang di pakai oleh Sankara, Ramanuja, Madhawa dan yang lain-lainnya serta membuktikan bahwa pandangan-pandangan mereka semuanya benar, dengan petunjuk pada aspek tertentu dari Brahman, yang berhubungan dengannya, masing-masing dengan caranya sendiri. Sankara telah menerima realitas pada aspek transendentalnya, sedang ramanuja menerimanya pada aspek Imanent-nya, secara prinsip; tetapi Nimbarka telah menyelesaikan perbedaan pandangan yang di terima.

Sri Sankaracarya, Sri Ramanuja, Sri Madhwacarya, Sri Wallabacarya dan Sri Nimbarkacarya semuanya adalah para jnani agung. Kita tidakdapat mengatakan bahwa Sri Sankara lebih agung dari pada Sri Ramanuja atau Sri Wallabha lebih agung dari pada Sri Nimbarka. Semuanya adalah Awatara Purusa, yang masing-masing menjelmakan diri di bumi ini untuk melengkapi suatu misi yang terbatas, untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran-ajaran tertentu, yang tumbuh subur pada masa tertentu, yang ada pada tahapan evolusi tertentu. Semua aliran filsafat di perlukan,yang masing-masing di anggap paling sesuai bagi type manusia tertentu. Perbedaan konsepsi tentang Brahman tiada lain hanya merupakan perbedaan cara pendekatan terhadap realitas sangatlah sulit hampir-hampir tak mungkin bagi roh terbatas untuk memperolehnya sekaligus konsepsi tentang yang Tak Terbatas atau memperolehnya sekaligus konsepsi tentang Yang Tak Terbatas atau Roh Tak Terbatas. Ini secara jelas, lenih-lebih lagi untuk menyatakan dengan istilah yang memadai. Semuanya tak dapat menjamah ketinggian dari filsafat Kewala Adwaita dari Sri Sankara sekaligus. Pikiran harus didisiplinkan seperlunya sebelum ia di pakai sebagai sebuah alat yang pantas untuk memahami pendapat dari Adwaita-nya Sri Sankara.

Orang pertama yang secara sistematis menguraikan filsafat Advaita adalah Gaudapada, yang merupakan Parama Guru (Gurunya guru) dari Sri Sankara. Govinda, guru dari Sri Sankara adalah murid dari Gaudapada.

Gaudapada dalam Mandukya karika-nya yang terkenal itu telah menguraikan ajaran inti dari adwaitaVedanta, tetapi Sri Sankaralah yang melahirkan bentuk akhir yang indah dari filsafat adwaita ini dan memberinya sentuhan akhir dan kesempurnaan. Kalau kita secara hati-hati menyimak ulasan-ulasan dari Sri sankara meegenai upanisad-upanisad utama, Brahman sutra dan Bhagavad Gita, secara jelas kita akan memahami filsafat adwaita tersebut. Ulasan mengenai Brahma Sutra oleh Sankara di kenal sebagai Sariraka Bhasya.
Ajaran-ajaran dari Sankara dapat di simpulkan dalam separoh sloka yaitu: “Brahman Satyam Jagan Mithiya, Jiwo Brahmaiwa Na Aparah”. Brahman yang mutlak sajalah yang nyata: Dunia ini tidak nyata dan jiwa atau roh pribadi tidak berbeda dengan Brahman. Hal ini merupakan sari pati dari filsafatnya.
Advaita yang di ajarkan oleh Sri Sankara merupakan filsafat yang keras dan mutlak. Menurut Sri Sankara, apapun juga adalah Brahman. Brahman itu sendiri adalah keserbasamaan mutlak. Semua perbedaan dan kejamakan merupakan khayalan.

Brahma yang Esa tiada duanya

Atman adalah sang diri yag nyata (Swatah Siddha) yang tak di tetapkan oleh bukti-bukti yang tak ada hubungannya. Tak mungkin mengingkari adanya atman,karena ia merupakan inti sari dari seseorang yang mengingkari-Nya. Atman merupakan dasar dari segala jenis pengetahuan, prasangkaan dan pembuktian. Sang diri ada di dalam, di luar, di muka, di belakang, di kanan, di kiri, di atas dan di bawah.

Brahman bukanlah suatu objek, karena ia Adrsta, mengatasi pencapaian mata. Karena itu kitab Upanisad menyatakan: Neti-neti bukan ini bukan itu, ini bukan berarti bahwa Brahman merupakan suatu konsep negative atau abstraksi methapysika atau sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ada, atau ketiadaan. Ia bukanlah yang lain. Ia memenuhi segalanya, tak terbatas , tak berubah, ada dengan sendirinya, kesenangan itu sendiri, pengetahuan dan kebahagiaan itu sendiri. Ia merupakan inti sari dari yang mengetahui dan swarupa. Ia adalah si pengamat (drstha), transenden (turiya) dan saksi bisu (saksi).

Brahman tertinggi-nya Sankara tak berpribadi, Nirguna (tanpa guna dan atribut), Nirakara (tanpa wujud), Nirwisesa (tanpa cirri-ciri tertentu), tak berubah, abadi dan akarta (bukan wakil). Ia mengatasi semua keperluan dan keinginan. Ia selamanya merupakan subjek penyaksi, dan tak pernah dapat menjadi objek, karena ia mengatasi pencapaian indriya-indriya. Brahma tiada duanya, Esa tanpa yang kedua. Ia tak memiliki yang lain disisiNya. Ia tak memiliki pembendaan, baik yang bersifat luar maupun dalam. Brahman tak dapat di gambarkan, karena uraian menyatakan perbedaan-perbedaan. Brahman tak dapat dibedakan dari sesuatu yang lain dari padanya. Pada Brahman tak ada perbedaan substansidan atribut. Sat Cit Ananda, menyusun inti sari atau swarupa dari Brahman dan bukan hanya atribut-Nya.

Nirguna Brahman danSankara adalah tanpa pribadi. Ia menjadi tuhan yang berpribadi atau Saguna Brahman hanya melalui penyatuan_Nya dengan maya.
Saguna Brahman dn Nirguna Brahman bukanlah dua Brahman. Nirguna Brahman tidak bertentangan atau berlawanan dengan saguna Brahman. Nirguna Brahman yang sama tampak sebagai saguna Brahman bagi pemujaan yang saleh dari para pemujaan. Ia adalah kebenaran yang sama dari dua titik pandang yang berbeda. Nirguna Brahman merupakan Brahman yang lebih tinggi di pandang dari sudut transcendental (Paramarthika). Saguna Brahman merupakan Brahman yang lebih rendah di pandang dari sudut pandaang rellatif (wuawaharika).

Alam relaitas yang relative

Alam bukanlah suatu khayalan, menurut Sankara, dan merupakan kenyataan yang relative (wyawaharika satta), sedangkan Brahman merupakan kenyataan mutlak (Paramarthika Satta). Alam merupakan hasil dari maya atau Awidy. Brahman yang tak berubah tampak sebagai alam yang melalui maya. Maya adalah dya misterius yang tak dapat di gambarkan, dari Tuhan yang menyembunyikan yang nyata dan mewujudkan dirinya sebagai tidak nyata.
Maya tidak nyata, karena ia lenyap apabila kamu mencapai pengetahuan dari yang abadi. Ia juga tidak nyata karena ia ada sampai pengetahuan turunpada dirimu. Tumpang tindih dari alam pada Brahman di sebebkan oleh awidya dan kebodohan.

Sifat dari jiwa dan cara menuju Moksa

Bagi Sankara, jiwa atau roh pribadi hanyalah kenyataan relative. Kepribadiannya berakhir hanya selama ia merupakan subjek terhadap Upadhi yang tidak nyata atau kondisi terbatas yang di sebabkan oleh Awidya. Jiwa mempersamakan dirinya dengan badan, pikiran dan indriya, bila ia di khayalkan oleh awidya atau kegelapan. Ia berfikir, ia berbuat dan ia menikmati, di sebabkan oleh Awidya. Sesungguhnya ia tak berbeda dengan Brahman atau yang Mutlak. Upanisad secara tegas menyatakan : “tat twam asi” Dia adalah engkau. Segala gelembung-gelembung yang menjadi satu dengan lautan, bila ia pecah; seperti ether dalam periuk yang menjadi satu dengan ether universal, bila periuknya di pecahkan, demikian pula dengan jiwa atau diri empiris menjadi satu dengan Brahman, bila ia memperoleh pengetahuan Brahman. Bila pengetahuan turun padanya melalui penghilangan awidya, ia terbebas dari kepribadian dan keterbatasan dan mewujudkan sifat inti saccidananda. Ia menggabungkan dirinya dalam lautan kebahagiaan. Sungai kehidupan bergabung dengan lautan keberadaan. Inilah kebenaran.

Kelepasan dari samsara menurut sankara, artinya penggabungan mutlak dari roh pribadi dalam Brahman, di sebabkan pembebasan dari dugaan salah bahwa roh berbeda dengan Brahman. Menurut Sankara, karma dan Bhakti adalah cara menuju Jnana yang merupakan Moksa.

Wiwarta wada atau Pelapisan

Sankara menyatakan bahwa ala mini hanyalah kenyataan relative (Wyawaharika Satta), ia menganjurkan wiwarta wada atau teori penampakan atau pelapisan adhyasa). Seperti ular yang di bayangkan pada seutas tali, pada senja hari, alam dan badan ini di tumpangkan pada Brahman atau diri tertinggi.Bila kamu memeperoleh pengetahuan tentang tali, khayalan tentang ular pada tali akan lenyap. Demikian pula bila kamu memperoleh pengetahuan tetag Brahman atau yang tidak dapat hancur, khayalan tentang badan dan alam akan lenyap. Dalam wiwarta wada, penyebab menghasilkan akibat, tanpa mengalami suatu perubahan pada dirinya. Ular hanya penampakan pada tali. Tali tidak akan mengalami perubahan dirimenjadi seekor ular. Brahman tetap abadi dan kekal. Oleh karena itu ia tidak dapat merubah dirinya menjadi alam. Brahman menjadi penyebab alam melalui maya yang merupakan daya sakti nisterius yang tak dapat dimengerti.

Bila kamu smpai mengetahui bahwa ia hanya seutas tali, ketakutanmu akan lenyap, kamu tidak lari menjuhinya. Demikian pula apabila kamu mewujudkan Brahman yang abadi, kamu tidak di pengaruhi oleh gejala-gejala atau nama dan bentuk dari alam. Pengetahuan tentang yang abadi, bila mithya jnana atau pengetahuan palsu di lepaskan dengan pengetahuan yang sebenarnya tentang yang tak terhancurkan atau realitas kehidupan, kamu bersinar dalam kecermerlangan dan kemuliaan Tuhan yang sebenarnya dan murni.
Adwaita, Suatu Filsafat Tanpa Bandingan

Filsafat adwaita dari Sri SankaraCarya sangat luhur, agung dan has. Ia merupakan sistem filsafat yang tegas dan halus logikanya. Ia sangat menarik, mengilhami dan mengangkat spiritualitas. Tak ada filsafat lain yang dapat di sejajarkan dalam ketegasan, kedalam dan kehalusan berfikirnya. Filsafat dari Sankara bersifat menyeluruh dan sempurna.

Sri Sankara, yang di anggap sebagai Avatara dari Siva, merupakan seseorang yang jenius yang hebat dan mengagumkan, serta menguasai logika. Ia adalah seorang yang bijak tentang realisasi tertinggi, dimana filsafatnya telah member hiburan, kedamaian dan pencerahan pada orang-orang yang tak terhitung jumlahnya, baik dari timur maupun dari barat. Para pemikir barat menundukkan kepalanya pada kaki padma Sri Sankara. Filsafatnya telah menyejukkan kesedihan dan kesusahan dari orang-orang yang sangat sedih dan memberinya harapan, kegembiraan, kebijaksanaan, kesempurnaan, kemerdekaan dan ketenangan pada banyak orang dan sistem filsafatnya membuat kagum seluruh dunia.

Beliau memiliki 4orang murid, yaitu: Padma-pada, Hastamalaka, Suresvara atau Mandana dan Trotaka dan seorang muridnya yang lain, yang bernama Ananda-Giri menulis sejarah kegigihanya membantah, yang di sebut Sankara-Vijaya, yang secara tradisi membuatnya sebagai pendiri sekte Saiva yang utama, yaitu Dasa-Nami-Dandins atau Sepuluh orang peminta-minta. Disamping ulasan-ulasan beliau terhadap kitab-kitab upanisad, Brahma Sutra, Vedanta Sutra, Bhagavad Gita dan Mahabarata, beliau juga menulis beberapa buah buku antara lain: Atma-Bodha, Ananda-Lahari, Jnana Bodhini, Mani-ratna-mala.

Dari pemaparan materi di atas dapat di simpulkan bahwa Ajaran Filsafat Adwaita Sri Sankaracarya merupakan suatu ajaran yang sangat fleksibel dalam pembahasannya mengenai Brahman atau Tuhan itu nyata, dan Sri Sankaracaraya juga menyatakan bahwa kalau dunia ini hanyalah semu, dan Atman atau roh pribadi tidak berbeda dengan Brahman. Sri Sankaracaraya juga menyatakan bahwa Brahman itu sendiri adalah keserbasamaan nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar