Pages

Sri Aji Pamahyun atau Dalem Bekung Th Caka 1482 / 1560 M


Dalem Bekung adalah putra tertua Dalem Waturenggong .
Setelah wafat, Dalem Waturenggong digantikan oleh putranya yang belum dewasa yaitu Dewa Pemayun (Dalem Bekung) dan I Dewa Anom Saganing (Dalem Saganing). Karena umurnya yang masih muda maka diperlukan pendamping dalam hal menjalankan roda pemerintahan. Maka pemerintahan sehari-hari di Gelgel diwakilkan kepada kelima pamannya  ( putra  Sri Aji Tegal Besung ) yaitu Gedong Atha, I Dewa Nusa, I Dewa Pangedangan, I Dewa Anggungan, dan I Dewa Bangli.

Masa Pemerintahan Dalem Bekung adalah awal kesuraman kerajaan Gelgel. Karena pada masa pemerintahannya ini pula terjadi banyak masalah dan kesulitan. Masa keemasan Gelgel mulai memudar pada masa pemerintahan Dalem Bekung (1550--1580 M) putra sulung Dalem Waturenggong , Kerajaan -kerajaan Gelgel di luar Bali yang pernah dikuasai Dalem Waturenggong satu per satu melepaskan diri.

Jabatan Patih Agung pada saat itu dipegang oleh I Gusti Arya Batanjeruk dan semua kebijakan pemerintahan dipegang oleh Patih Arya Batanjeruk. Melihat situasi seperti ini, pejabat kerajaan menjadi tidak puas. Suatu ketika disebutkan kepekaan para pembesar istana saat raja yang masih belia itu dihadap para pembesar.

Raja yang masih suka bermain-main ke sana-ke mari selalu duduk di pangkuan Ki Patih Agung. Dalem Pemayun duduk di atas pupu sebelah kanan dan Ida I Dewa Anom Saganing di sebelah kiri. Kemudian kedua raja ini turun lagi dan duduk di belakang punggung Ki Patih. Isu berkembang bahwa I Gusti Arya Batanjeruk akan mengadakan perebutan kekuasaan.

Nasehat Dang Hyang Astapaka terhadap maksud ini tidak diperhatikan oleh Ki Patih Agung sehingga kekecewaan ini menyebabkan hijrahnya Dang Hyang Astapaka menuju ke sebuah desa bernama Budakeling di Karangasem.

Kekacauan di Gelgel terjadi pada tahun 1556 saat Patih Agung Batanjeruk dan salah seorang pendamping raja yaitu I Dewa Anggungan mengadakan perebutan kekuasaan yang diikuti oleh I Gusti Pande dan I Gusti Tohjiwa. I Gusti Kubon Tubuh dan I Gusti Dauh Manginte akhirnya dapat melumpuhkan pasukan Batanjeruk. Diceritakan Batanjeruk lari ke arah timur dan sampai di Jungutan, Desa Bungaya ia dibunuh oleh pasukan Gelgel pada tahun 1556.


kisah pemberotntakan yang dilakukan oleh Kiyai Pande beserta dengan sekalian anak-anaknya, yang terjadi kira-kira tidada antara lama sebelum tahun 1597. Didalam peristiwa yang amat menyedihkan itu, tersebutlah Kiyai panulisan Dawuh Bale Agung seorang sastrawan yang sudah beruur lanjut tu, Ia amat menyesali hidupnya, terkenang akan kematian sekalian anak-anaknya beserta dengan cucu-cucunya yang malang itu. Sebagai kenang-kenangan atas kepahlawanan anak-anaknya itu, maka dikaranglah sebuah kitab yang berjudul “ARJUNA PRALABDHA”, yang isinya memuji dharma para Kesatrya yang gugur didalam medan pertempuran.

Tersebutlah baginda raja Sri Aji Pemayun (Sri Pangharsa), yang selalu mengurung dirinya didalam istana, walaupun suasana di kota Gelgel telah tenang kembali. Baginda menyadari akan kekeliruan perbautannya, sehingga menimbulkan pemberontakan yang hebat itu. Syukurlah pada waktu itu sungai Unda sedang banjir besar, kalau tidak niscaya kota Gelgel akan hancur lebur, mengingat dengan rakyat Kiyai pande yang demikian banyaknya yang terletak disebelah Timur sungai Unda itu. Setelah pemberontakan itu berakhir, lalu Sri Pangharsa meletakkan jabatanya, dan kemudian berpindah tempat ke Jro Kapal. Sejak itulah baginda digelari “Sag Ing Bedauh” karena letak Jro Kapal itu adalah disebelah Barat Istana. Juga baginda digelari Sri Bekung oleh sekalian rakyatnya di kota Gelgel, karena baginda tiada mempunyai keturunan.

Setelah baginda Dalem Bekung meletakan jabatan, maka pemerintahan di Bali dipegang oleh Raden Anom Sagening, Baginda adalah seorang raja yang sangat dihormati oleh sekalian Penduduk di Bali, berkat pimpinannya yang bijaksana dan adil. Kehancuran kota Gelgel lambat laun dapat dipulihkannya kembali, serta ketegangan-keterangan yang terjadi diantara pemimpin-pemimpn rakyat telah dapat diatasinya pula. Walupun demikian kekuasaan baginda yang terletak di Jawa Timur telah direbut oleh kerajaan Mataram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar