Pages

Upacara Bayi 12 hari atau Ngerorasin (Nama Karma)

Upacara Bayi 12 hari atau Ngerorasin (Ngelepas Awon)

Di Bali yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu tak bisa lepas dari upacara agama. Dalam agama Hindu ada 5 macam upacara yang disebut dengan Panca Yadnya, salah satunya adalah Manusa Yadnya yaitu upacara yang dilakukan untuk/pada manusia.

Upacara Manusa Yadnya sudah dilakukan ketika seorang manusia masih berada di dalam kandungan. Di Bali upacara ini dikenal dengan Megedong-Gedongan, yang makna intinya tentu saja memohon keselamatan untuk janin yang ada di dalam kandungan ibunya.

Selanjutnya ketika bayi tersebut lahir, ada beberapa upacara kecil yang dilakukan di rumah. Upacara ini seringkali berbeda-beda tergantung dari kebiasaan masyarakat setempat namun maknanya sama saja.

Pada umumnya masyarakat di Bali biasanya dilakukan setelah bayi lahir adalah "upacara Ngerorasin", berasal dari kata roras yang dalam bahasa Bali artinya 12. Upacara ini dilakukan tepat saat bayi telah berumur 12 hari atau roras lemeng. 

Upacara ngerorasin atau "ngelepas hawon", biasanya dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan atau bisa juga oleh seorang Pemangku. Upacara ngerorasin dilakukan di pekarangan rumah yaitu di dapur (Brahma) dan sanggah kemulan. 

Tujuan dan makna upacara ngerorasin ini secara umum adalah untuk melakukan pembersihan terhadap ibu dan bayinya. Kejadian melahirkan secara niskala dianggap kotor / leteh. Sehingga setelah upacara ini ibu dan bayinya sudah bersih dan suci kembali. Umumnya, sebelum upacara ngerorasin sang ibu tidak diperkenankan memasuki daerah suci seperti masuk ke sanggah kemulan.

Upakaranya pun sangat sederhana, yaitu:
  • membuat banten kumara, ditaruh di kemara (plangkiran bayi)
  • banten ari-ari (disanggahnya),
  • benten tataban yang di tujukan untuk sang numadi, yang ditatab di bayi, ditaruh di tempat tidur, dan
  • Banten nunas tirta penglukatan di dapur/paon, ada pula yang nunas tirta di sumur/semer. Banten nunas tirta penglukatan ini juga dihaturkan di Bhatara Hyang Guru.

Upakara/banten nunas tirta ini sangat bervariasi, tergantung desa kala patra. Bahkan ada yang hanya dengan canang sari saja, dengan gelas berisi air dan didoakan dengan bahasa sendiri.
Contoh : nunas tirta di paon,
“Ratu Ida Bethare Brahma, titiyang nunas tirta panglukakatan mangda rare titiyang rahajeng, selamat lan dirgayusa”. 
Dan banten itu, boleh dihaturkan oleh siapa saja yang dituakan dirumah itu, kecuali ibu-bapak yang masih dianggap leteh. Kemudian bayi dilukat dengan tirta tersebut.

Selain itu upacara roras lemeng ini juga disebut “nama karma”, Karena pada saat ini si bayi dianggap sudah melewati masa-masa kritis.tetapi dibeberapa tempat, upacara nama karma dilaksanakan pada saat bayi berumur 42 hari, silahkan baca "Upacara Ngelepas Aon dan Namakarma".

setelah melaksanakan upacara ngerorasin ini, si Ibu bayi sudah diperbolehkan untuk memasuki dapur untuk melakukan aktifitas sebagai ibu rumah tangga. demikian sekilas ritual Upacara Bayi 12 hari atau Ngerorasin (Nama Karma), semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar