Pada
tahun 1890 diadakan perundingan penting di Pemerajan Agung Puri Peliatan, yang
dihadiri tokoh – tokoh dari Puri Ubud, Mengwi, dan Kendran, untuk memanggil
Dewa Made Rai Sana, dan menempatkan Cokorda Putu Celuki putera sulung Dewa
Agung Gde Agung Peliatan (Raja Peliatan IV) sebagai Pacek di Puri Agung
Tegallalang. Karena dikuatirkan nantinya akan ada serangan balasan dari Cokorda
Anom Rambang. Sementara itu putera – putera
Dewa Made Rai Sana, yakni: Dewa Gde Ngurah dan Dewa Rai Perit jauh
sebelumnya sudah ditempatkan di Puri Sukawati.
Pada
suatu hari, Cokorda Putu Celuki memberi ijin rakyat Taro dari Proyek
Pembangunan ruas jalan Pujung – Jasan – Tegal Suci dan seterusnya karena
ngaturang ayah piodalan di Pura Taro. Tersiar fitnah yang menyatakan bahwa
Cokorda Putu tidak mau mengawasi pembangnan jalan. Beliau dipanggil ke Puri
Gianyar untuk diminta tanggung – jawabnya. Tuan Kontrolir (tidak disebut
namanya) tidak percaya dengan alas an Cokorda Putu, dan menyerahkan kepada Raja
Gianyar Dewa Made Raka, untuk diberi hukuman duduk di tempat atau kebengongan
beberapa hari.
Menyadari adanya usaha – usaha untuk menyingkirkan dirinya, Cokorda Putu
secara ksatria mengundurkan diri dengan hormat sebagai penguasa pada jaman
Belanda pada akhir tahun 1917 M.
Sumber darimana cerita niki..
BalasHapusSecara logika tidak mungkin seorang punggawa peliatan memerintahkan punggawa Tegallalang.. kecuali raja gianyar baru bisa memerintahkan punggawa. karena status peliatan dan Tegallalang saat sama sama merupakan kepunggawan dari kerajaan Gianyar. Dari cerita pengelingsir kami di puri Tegallalang Cekorda putu celuki lontang lantung ke Taro..oleh punggawa Tegallalang Ida Dewa Gde Rai Sana diajak ke Puri Tegallalang di Tempatkan di jempeng Puri Tegallalang. Kemudian menikahi putri dari puri jro agung Tegallalang. Karena sayang pada mantunya dia dikasi laba merajan agung tegallalang dng kewajiban ngamong merajan agungb Tegallang yg merupakan merajan agung trah manggis Gianya.
Ttyang setuju dengan pendapat niki dan memang harus diluruskan supaya tidak terjadi penyesatan sejarah ...dan ttyang warih langsung dari I DEWA GFE RAI SANA atau ttyang adalah kompyang dari I DEWA GDE RAI PERIT sedikitnya tau indik sejarah, seperti dikatakan dlm cerita di atas ubud itu bukan kepunggawaan jaman itu ubud itu manca artinya tidak memiliki hak untuk mengatur kepunggawaan, dan sekarangpun anak agung dan cekorde yang tinggal di puri agung tegalalang bukan keturunan dari punggawa I DEWA GDE RAI SANA
BalasHapus