Bhujangga Waisnawa dalam Perjalanan Suci Ida Maharsi Markhandeya di Bali
( Jejak perjalanan para leluhur Bhujangga Waisnawa di Bali )
OM Swastiastu,
Semua kehidupan di dunia ini tidak bisa dipisahkan dari perjalanan para leluhur. Di Bali leluhur merupakan tangga utama dalam mencapai Tuhan. Kehilangan jejak leluhur merupakan salah satu hal yang mengakibatkan para saudara di Bali banyak mengalamai permasalahan dalam kehidupan dunia nyata. Permasalahan ini ternyata juga banyak terjadi pada warih bhujangga waisnawa. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan saya mencoba menguraikan jejak perjalanan para leluhur bhujangga, smoga bisa menambah dan membuka wawasan para semeton terhadap jejak perjalanan para Leluhur.
Jejak Perjalanan Maharsi Markhandeya : 111 Masehi atau ( Wak Sasi Wak)
Perjalanan Maharsi Markhandeya di tanah Bali dimulai dari :
Pura Rambut Siwi.
Lokasi Pertapaan Beliau ada di tebing depan pura melanting Tempat ida rsi membuat benteng/perlindungan Bali terutama dalam Menyeleksi orang-orang yang hendak masuk ke Bali (dari Jawa).
Pura Tledu Nginyah.
Tempat Ida Maharsi Markhandeya bertapa dan membuat pesraman yang pertama.Beliau mampir ke tempat ini karena tempat ini mirip sekali dengan pertapaan beliau di Gunung Raung Jawa yaitu Gumuk Kancil.Oleh karena itu tempat ini dikenal dengan Gumuk Kancil Bali. Ditempat ini beliau bertapa untuk memohon petunjuk ke arah mana beliau harus melanjutkan perjalanan supaya bisa menemukan pusat sinar di Bali yang beliau lihat dari Gunung Raung Jawa. Selama bertapa disini beliau juga membentuk pesraman untuk melatih dan peningkatkan kemampuan dari pengikut- pengikut beliau yang akan diajak ngatur ayah di Bali.Dari hasil bertapa disini kemudian beliau mendapat petunjuk untuk menyusuri aliran sungai sampai ke hulu dan ketemu suatu tempat yang tinggi (bukit). Bukit yang tinggi inilah yang kemudian hari dikenal dengan Gunung Bhujangga ( Puncak Sepang Bujak).
Gunung Bhujangga ( Puncak Sepang Bujak ).
Di tempat inilah ida Maharsi Markhandeya bertapa supaya bisa menemukan pusat sinar di Bali yang beliu lihat dari Gunung Raung Jawa. Setelah bertapa sekian lama di Gunung Bhujangga barulah beliau mendapatkan petunjuk yang pasti ke arah mana beliau harus berjalan untuk dapat menemukan Pusat Sinar Suci di Bali. Jadi di Gunung Bhujangga inilah pertama kali beliau bisa melihat gambaran Pulau Bali seutuhnya melalui penglihatan mata batin. Oleh karena di tempat ini beliau pertama kali melihat Bali seutuhnya maka tempat ini pulalah yang beliu pilih untuk melihat Bali untuk terakhir kalinya dalam hidup beliau. Dengan kata lain, Puncak Gunung Bhujangga merupakan tempat Ida Maha Rsi Markhandeya Moksa. Beliau Moksa di atas Batu Hitam yang sampai saat sekarang ini masih ada di Puncak Gunung Bhujangga.
Dari Gunung Bhujangga banyak tempat yang beliau singgahi hingga beliau sampai di Gunung Agung.
Tempat-tempat tersebut, antara lain :
- Puncak Manik Pulaki. Disini berstana Ida Ratu Niang Bhujangga Suci dan Ida Ratu Niang Rsi Bhujangga Sakti. Ida Ratu Niang Bhujangga Suci inilah yang mengajarkan tentang perdagangan di Bali. Dan Beliau inilah guru dari Ratu Ayu Mas Melanting. Beliau ini juga yang memiliki Kendi Uang yang ada di Melanting yang pada prakteknya akan disebarkan oleh Ratu Ayu Mas Melanting kepada para pedangan di Bali. Ida Ratu Niang Rsi Bhujangga Sakti, merupakan orang yang mengajarkan tentang pembuatan Baju dari kraras (daun pisang). Beliau berdua juga yang meletakkan pondasi pembuatan banten di Bali.
- Pura Penegil Dharma. Pura ini disinggahi ida rsi pada putaran kedua per jalanan beliau mengelilingi Bali. Di tempat ini ida rsi, diminta tinggal oleh seorang anak keturunan bangsawan untuk mengajarkan tentang pengetuan agama dan pengetahuan kehidupan. Dari tempat inilah cikal bakal kerajaan pertama yang ada di Bali.
- Pura Ponjok Batu. Disini beliau hanya singgah sebentar. Perjalanan ida rsi di tempat ini kemudian akan dikembangkan lebih lanjut oleh ida rsi Madura.Masih banyak tempat-tempat yang dikunjungi beliau dalam perjalanan Menuju Besakih yang kelak kemudian hari akan menjadi Pura-Pura Jagat di Bali.
Gunung Agung ( Pura Besakih ).
Di tempat ini Maharsi Markhandeya melakukan pertapaan untuk nindaklanjuti petunjuk yang beliau dapatkan di Gunung Raung Jawa tentang bagaimana membuka alam Bali supaya dapat dibentuk dan di diami oleh manusia. hasil pertapaan beliau yang pertama beliau mendapat petunjuk untuk menanam Panca Datu di lereng Gunung Agung yang sekarang menjadi tempat Pura Pengubengan. Di tempat ini beliau pertama melakukan perabasan hutan dan kemudian menanam Panca Datu. Akan tetapi setelah hutan di rabas dan beliau menanam Panca Datu, yang terjadi adalah para pengikut beliau banyak yang sakit bahkan hingga meninggal dunia.
Oleh karena itu beliau bertapa lagi dan mendapat petunjuk bahwa tempat yang beliau pilih untuk menanam Panca Datu salah. Kemudian beliau bertapa kembali untuk memohon dimana tempat yang tepat untuk menanam Panca Datu. Akhirnya beliau mendapat petunjuk bahwa tempat untuk menanam Panca Datu itu ada di kaki gunung Agung yang nantinya di kenal dengan pura Basukihan. Akan tetapi karena proses penanaman Panca Datu ini memerlukan banyak orang serta bahan-bahan yang utama, maka sebelum menanam Panca Datu ini beliau memutuskan kembali pulang ke Jawa untuk mempersiapkan segala keperluan yang akan dipakai untuk prosesi penanaman Panca Datu.
Setelah segala keperluan yang dibutuhkan untuk prosesi penanaman Panca Datu ini selesai maka beliau kemudian kembali ke Bali. Akan tetapi sesampainya beliau di Bali, beliau tidak langsung menanam Panca Datu, melainkan beliau mengundang dulu semua pendeta-pendeta yang beliau temui dan kenal dalam perjalanan beliau dari India sampai ke Bali. Para undangan dari berbagai daerah dan negara ini kemudian beliau buatkan tempat-tempat peristrirahatan yang sekarang ini dikenal dengan pura-pura penyangga pura besakih seperti : Pura Batu Madeg, Kiduling Kreteg, Ulun Kulkul, Pura Gelap, Pura Kongco dll. Pura-pura ini disamping sebagai tempat peristirahatan, lokasi-lokasi pura ini juga merupakan tempat menaruh segala kelengkapan prosesi penanaman Panca Datu di pura Basukihan. Setelah semua undangan dan kelengkapan siap, barulah prosesi penanaman Panca Datu dilakukan di lokasi pura Basukihan sekarang. Penanaman Panca Datu di lakukan pada tahun 111 Masehi atau Dalam Purana Basukihan disebutkan
kalimat “Wak Sasi Wak” yang setelah diterjemahkan oleh ahli sastra bermakna 111 Masehi.
Pura Basukihan.
Pura ini merupakan tempat ida Maharsi Markhandeya menanam Panca Datu yang berfungsi untuk membuka pertiwi tanah Bali supaya Bali bisa ditempat manusia. Penanaman Panca Datu pada waktu tersebut dilakukan oleh ida Maharsi Markhandeya dengan didoakan oleh semua pendeta yang diundang untuk hadir oleh ida dan disaksikan oleh seluruh penduduk Bali pada waktu itu.Pura Basukihan inilah sebenarnya merupakan cikal bakal Pura Besakih yang sekarang, dengan kata lain Pura Basukihan inilah pura Besakih itu sendiri.
Pura Besakih.
Pura Besakih terdiri dari 7 mandala utama. Penataran Agung ada di Mandala ke-2. Pelinggih Kongco ada di Mandala ke-4. Lokasi pesraman agung besakih yang merupakan Pesraman ida Maharsi Markhandeya berada di mandala ke-3, 4, 5. makanya di mandala ke-5 ada pelinggih Meru Tumpang Tiga yang merupakan tempat duduk ida Maharsi Markhandeya pada waktu memberikan tuntunan kepada para murid beliau di pesraman besakih. Akan tetapi tempat Pertapaan ida Maharsi Markhandeya berada di Mandala ke-7 yang merupakan mandala tertertinggi di Pura Besakih, di mandala ini tidak terdapat pelinggih apapun cuma tanah. Pada waktu itu jikalau ida rsi selesai bertapa di puncak gunung agung maka beliau kemudian akan turun ke pesraman besakih, akan tetapi sebelum beliau memberikan tuntunan kepada para murid beliau, biasanya beliau bersemedi dulu sebentar di mandala ke-7 ini untuk meresapi petunjuk-petunjuk yang beliau dapat pada waktu bertapa di puncak gunung agung.
Pura Puncak Sabang Daat ( Puakan ).
Setelah ida rsi selesai menanam Panca Datu di besakih serta telah merasa cukup pembekalan yang beliau berikan kepada para murid ida atau pengikut-pengikut ida lewat Pesraman besakih, kemudian beliau memulai perjalanan beliau untuk benar-benar membuka pulau Bali. Dimana sebelum ida bisa membuka Bali secara menyeluruh untuk bisa ditempati oleh para pengikut beliau maka beliau kemudian bertapa di suatu tempat yang sekarang ini dikenal dengan Puakan. Jadi di tempat inilah Ida Maharsi Markhandeya ngeruak ( mulai membuka hutan Bali ) di pakai sawah, kebun, rumah dll.Setelah selesai bertapa kemudian beliau membuat pesraman agung yang mana tempatnya sekarang dikenal dengan nama Pura Gunung Raung Bali.
Pura Gunung Raung ( Bali ).
Di tempat ini Ida Maharsi Markhandeya mengadakan rapat dengan para pengikutnya terutama untuk menindaklanjuti proses pembukaan tanah Bali secara menyeluruh. Di tempat ini pula beliau mulai mengklasifikasikan para pengikut beliau sesuai dengan keahlian masing-masing. Pemecahan pengikut sesuai dengan keahlian inilah yang kelak kemudian hari di Bali dikenal dengan sebutan para bhujangga, pasek , pande, dukuh dll. Dan inilah yang menjadi cikal bakal orang Bali Mule ( Bali Aga ).
Sehingga dengan ini bagi siapapun dijagat Bali kehilangan kawitan maka mereka bisa tangkil ke Pura Gunung Raung dan Puncak Sabang Daat, karena di tempat inilah pertama kali ida Maharsi Markhandeya mengklasifikasikan para pengikut beliau ( orang Bali Mule/Bali Aga) menjadi klan-klan yang di Bali sekarang terkenal dengan bhujangga, pasek, pande, dukuh. Setelah semua persiapan cukup maka para pengikut beliau di pecah dan disebar ke seluruh wilayah Bali disesuaikan dengan keahlian. Tempat-tempat yang menjadi pemukiman orang Bali mula ini biasanya dekat dengan daerah pegunungan dan dekat dengan sumber mata air. Maka berkembanglam peradaban manusia di Bali. Dimulai dari Batur, Tamblingan, beratan, buyan dll.
Pura-Pura di seputaran Payangan dan Ubud.
Setelah selesai mengajarkan cara bercocok tanam, cara hidup bersosialisasi, cara bertahan hidup dll, kemudian ida Maharsi Markhandeya melanjutkan perjalanan ida di seputaran daerah yang sekarang di kenal dengan Payangan, Ubud dan seputarannya. Diseputaran tempat Ini beliau membuat pura-pura berikut ini :
- Pura Campuhan Ubud.
- Pura Dalem Pingit.
- Pura Puncak Payogan.
- Pura Dalem Suargan.
- Pura Murwa Bumi.
- Pura Gunung Lebah.
Pura-Pura di seputaran Batur.
Setelah memecah pengikut-pengikut beliau ke seluruh pelosok wilayah Bali kemudian ida Maharsi Markhandeya melanjutkan perjalanan ida ke daerah Batur. Jejak langkah Maharsi Markhandeya di batur dapat ditemukan di pura-pura berikut ini :
- Pura Dalem Balingkang. Di Komplek pura Dalem Balingkang ini terdapat salah satu pura yang bernama Pura Bhujangga. Sementara di pura penataran Agung Dalem Balingkang meskipun tidak ada pelinggih bhujangga akan tetapi yang berstana disana adalah Ratu Gede Bhujangga Lingsir.
- Pura Ulun Danu Songan ( Padma Tiga). Di pura ini meskipun tidak terdapat tulisan pura atau pelinggih ida Bhujangga akan tetapi dari bentuk bangunan yaitu Padma Tiga sebagai simbol pemujaan Tri Murti yang diajarkan oleh ida Maharsi Markandeya di Bali maka pura ini merupakan salah satu peninggalan ida Rsi.
- Pura Air Hawang (Dibawah Puncah Gunung Abang). Sebagaimana yang tercantum dalam lontar Batur Kelawasan Petak dinyatakan bahwa silsilah bhujangga di Bali dimulai dari batur, tepatnya di Gunung Abang sebagai stana Hyang Sunia Tawang. Akan tetapi sangat ironi sekali karena hampir sebagian besar warga bhujangga di Bali tidak tahu akan pura ini. Pada saat letusan Gunug Batur yang kesekian, pura ini terkena dampaknya sehingga kemudian para semeton bhujangga yang ada ditempat ini kemudian mengungsi ke atas ( Kalanganyar ). Karena lama tidak bisa kembali ke bawah ,maka mereka membuat pengayatan ke Pura Air Hawang dan Gunung Abang, dimana pura ini yang sekarang terkenal dengan nama pura Tuluk Biyu.
- Pura Tuluk Biyu Batur. Sebagaimana telah diceritakan di atas, pura ini dibuat sebagai pemujaan betara di Gunung Abang. Di dalam pura ini terdapat pelinggih yang sangat dipingitkan oleh para pengempon pura yaitu berupa 2 buah MeruTumpang Tiga yang merupakan stana dari ida ratu Bhujangga Sakti dan ida Ratu Bhujangga Luwih.
- Pura Jati. Pura Jati batur merupakan pura yang paling disakralkan oleh masyarakat batur. Bahkan ada kepercayaan tidak tertulis yang menyatakan bahwa tirta pura jati merupakan tirta tersuci di dunia.Di pura ini di puja pelinggih utama berupa meru tumpang tiga yang merupakan stana dari ida Ratu Bhujangga Sakti. Dalam beberapa lontar dinyatakan bahwa ida yang berstana di pura ini adalah ida Rsi Sunia Hening yang merupakan orang tua dari Mpu Kuturan dan Mpu Beradah ( untuk cerita mpu kuturan dan mpu beradah sebagai rsi bhujangga akan penulis ceritakan di lain kesempatan).
- Pura Tampurhyang. Jikalau kita naik ke Gunung Batur atau kita melihat Gunung Batur dari jalan raya Kintamani atau jalan raya Batur-Singaraja maka di sekian ratus hektar hamparan bebatuan hitam bekas larva gunung batur yang berada di kaki gunung batur dan sekitarnya kita akan melihat keajaiban dimana diantara sekian ribu hektar hamparan hitam kita akan melihat sekitar 500 m2 hutan hijau. Tempat inilah yang disebut dengan Tampurhyang yang merupakan lokasi pura Batur Yang pertama. Dari 26 kali letusan gunung batur, sekalipun tempat ini tidak pernah kena larva (sungguh suatu keajaiban). Padahal tempat ini tepat berada di barat laut kaki gunung batur. Ditempat ini tidak ada pura akan tetapi inilah titik pusat Waisnawa di batur. Setelah gunung batur meletus yg kesekian kali, akhirnya para penduduk Desa Batur Kuno mengungsi ke atas. Karena desa mereka yang lama tidak bisa ditempati lagi akhirnya mereka membuat permukiman yang baru yang sekarang ini dikenal dengan lokasi pura Batur yang baru yaitu di Kalanganyar.
- Puru Ulun Danu Batur ( Kalanganyar ). Pura ini terletak di pinggir jalan raya Bangli-Singaraja. Lokasi pura ini bersebelahan dengan Pura Tuluk Biyu Batur. Di tempat ini di puja ida Sesuhunan Hyang Betari Sakti Dewi Danu. Pura ini terbagi menjadi beberapa kompleks pura, dimana di sebelah kanan ( selatan ) penatara utama terdapat kompleks pura yang mana salah satu pelinggih utamanya adalah meru tumpang tiga sebagai stana ida Ratu Bhujangga Sakti.
- Pura Bukit Mentik. Pura Bukit Mentik merupakan salah satu Pura Catur Loka pala Gunung Batur dan Danu Batur. Di tempat ini dipuja ida Ratu Ayu Sembah Suhun. Di natar utama pura ini, di bagian gunung rata yang paling tinggi terdapat komplek pura, yang mana pelinggih utamanya berupa meru tumpang tiga sebagai stana ida Sanghyang Bhujangga Sakti.
- Pura Pucak Penulisan/ Pucak Panarajon. Pura ini merupakan pura pemujaan raja-raja waisnawa di Bali. Di Pura ini terdapat komplek pura yang dinamakan pura Bhujangga.
- Pura Puncak Bukit Indrakila
- Pura Puncak Bukit Sinunggal.
- Pura Ponjok Batu.
- Pura Batu Belah.
- Pura Lempuyang Luhur. Perjalanan beliau di Pura Lempuyang luhur di mulai dari daerah silawana. Maka sepanjang dari bawah sampai puncak lempuyang luhur ditemukan banyak sekali pura-pura seperti pura Bhujangga Silawana, Pura Windu Sari dll.
- Pura Goa Lawah.
- Kemudian beliau meneruskan perjalanan menuju Bali selatan.
Setelah menyelesaikan perjalanan beliau di daerah Bali Barat, Utara, Timur dan Tengah, terutama sekali setelah beliau membuat parahyangan di daerah Gianyar maka tidak ditemukan lagi lontar atau pustaka yang menyebutkan perjalanan ida rsi Markhandeya sehingga menjadi missing link bagi para anak keturunan beliau.
Sebenarnya hal yang terjadi setelah itu adalah beliau melanjutkan perjalanan ke daerah Bali selatan. Karena pada jaman tersebut daerah Bali selatan merupakan hutan yang sangat angker dan sangat jarang ada orang berani diam disana, kecuali orang-orang pelarian perang dll, maka tidak ada yang menulis perjalanan ida rsi di daerah ini. Sekian tahun ida rsi Markhandeya di pesisir pantai selatan Bali terutama sekali di daerah uluwatu.
Tempat pertapaan beliau adalah di belakang pelinggih meru tumpang tiga, atau dibagian paling ujung dari semenanjung uluwatu. Disini beliau mendoakan keseimbangan daerah Bali bagian selatan. Jadi pendeta pertama yang bertapa di pura uluwatu adalah ida rsi Markhandeya. Sisa-sisa peninggalan pura yang dibangun ida rsi Markhandeya inilah yang nantinya diketemukan oleh ida mpu kuturan dan dibangun ulang oleh ida mpu kuturan.
Jadi keberadaan pura uluwatu ini sangat tua sekali jauh sebelum kedatangan ida Peranda Sakti Wawu Rauh. Setelah selesai bertapa ditempat ini, kemudian beliau melanjutkan perjalanan kearah Bali barat, salah satu tempat yang beliau mampir dan bertapa adalah Pura Tanah Lot.
Disini beliau bertapa dan muncullah keris dari laut yang disebut keris ki baru gajah. Keris ini ribuan tahun kemudian diberikan sebagai anugerah ( paica kepada ida Peranda Sakti Wawu Rauh yang waktu itu berjanji mau menggunakan untuk kesejahteraan rakyat Bali. Yang kemudian oleh ida Peranda Sakti Wawu Rauh diberikan kepada masyakat kediri dan disungsung dipura pekendungan tanah lot. Di pura tanah lot ini beliau dipuja dimeru tumpang lima (ida betara Dalem Segara). Kemudian ida rsi Markhandeya berjalan kembali menuju rambut siwi.
Sesampainya disini berarti perjalanan beliau ditanah Bali sudah berakhir karena sudah ngewindu. Karena beliau memulai dari rambut siwi kemudian mengelilingi Bali lewat Bali utara kemudian Bali timur, kemudian Bali tengah kemudian ke Bali selatan dan kembali ke Bali barat. Pada saat perjalanan beliau sudah ketemu ujung dan pangkal atau di Bali disebut dengan ngewindhu inilah beliau kemudian mendapat petunjuk tempat moksa yaitu ditempat beliau pertama kali bisa melihat Bali secara utuh maka dari tempat itu pulalah beliau akan meninggalkan pulau Bali dengan seutuhnya.Tempat itu adalah Puncak Sepang Bujak (Puncak Gunung Bhujangga).
Om Shanti Shanti Shanti Om.
Narasumber : Guru Made Dwijendra Sulastra ( Denpasar ).
OM SWASTIASTU Guru. Suksma banget antuk artikel puniki Inggih punika indik Dharma Yatra Ida Maharsi Markandeya, leluhur Bhujangga Waisnawa. Dumogi iraga sareng sinamian sane dados warih Bhujangga Waisnawa tur Ida Hyang Maharsi Markandeya setata polih pituntun saking Ida, mangda setata Ajeg, pageh tur Becik ngemargiyang swadharma dados jadma maurip ring mrecapada, Umat Hindu, jadma Bali, tur Bhujangga Waisnawa, mangda nenten dados MERK manten Nangging Sepatutnyane kesarengin antuk kualitas dados Bhujangga Waisnawa.
BalasHapusDemikian berat perjuangan Maharsi Markandeya yg Jauh2 datang pada sekitar abad ke-8 dari India Selatan untuk mengajarkan Sanatana Dharma serta tata cara merawat Bali dengan ritual keagamaan dan tradisi berdasarkan Kitab Suci Weda. Saat itu nusantara terutama Bali yg belum memiliki nama, masih menyatu dengan pulau jawa (belum dipisahkan selat) sehingga disebut pulau dawa/panjang dan dominan ditumbuhi hutan lebat, angker dan dijaga binatang buas. Belum ada jalan setapak apalagi jalan paving atau jalan aspal seperti sekarang. Berkat Beliau, Ida Maharsi Markandeya dan juga murid-murid dan pengiring Beliau, Bali bisa dihuni dan memberikan kesejahteraan & kemakmuran luar biasa pada umat manusia dan makhluk lain yg tinggal diatas pulau ini. Bali tidak memiliki tambang emas, minyak, mineral, dll. Bali tidak begitu indah, karena daerah lain di nusantara memiliki pemandangan yg jauh lebih indah daripada Bali. Tapi berkat jasa Ida Maharsi Markandeya dengan kekuatan yogaNYA lalu mengumpulkan energi dari tanah/pertiwi Bali yg memiliki kekuatan luar biasa lalu dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran orang yg tinggal dibali. Terbukti Bali menjadi Pulau yg makmur dan sejahtera. Untuk mencari uang 100 ribu sehari adalah hal gampang di Bali sedangkan untuk mencari uang 5000 rupiah di Jawa dan sejumlah daerah lain adalah perkara yg susah. Hal ini yg mengundang orang luar ramai datang ke Bali. Sekali lagi Bali tanpa memiliki sumber daya alam dan tambang seperti daerah lain. Jadi siapapun yg tinggal diatas pulau Bali termasuk para pendatang wajib dan harus ikut merawat, melestarikan dan mengajegkan Bali sesuai warisan berupa tradisi, adat, kebiasaan berdasarkan dan bernafaskan Hindu & kitab suci weda yg dilanjutkan turun temurun hingga jaman sekarang. Kalau mau merusak tatanan yg sudah ada dengan membawa budaya dan tradisi baru/asing dari luar, termasuk agama baru, ada baiknya keluar dari pulau ini. Jangan tinggal di pulau ini. Yg cinta Bali, Mari Ajeg kan Bali.
BalasHapusDemikian berat perjuangan Maharsi Markandeya yg Jauh2 datang pada sekitar abad ke-8 dari India Selatan untuk mengajarkan Sanatana Dharma serta tata cara merawat Bali dengan ritual keagamaan dan tradisi berdasarkan Kitab Suci Weda. Saat itu nusantara terutama Bali yg belum memiliki nama, masih menyatu dengan pulau jawa (belum dipisahkan selat) sehingga disebut pulau dawa/panjang dan dominan ditumbuhi hutan lebat, angker dan dijaga binatang buas. Belum ada jalan setapak apalagi jalan paving atau jalan aspal seperti sekarang. Berkat Beliau, Ida Maharsi Markandeya dan juga murid-murid dan pengiring Beliau, Bali bisa dihuni dan memberikan kesejahteraan & kemakmuran luar biasa pada umat manusia dan makhluk lain yg tinggal diatas pulau ini. Bali tidak memiliki tambang emas, minyak, mineral, dll. Bali tidak begitu indah, karena daerah lain di nusantara memiliki pemandangan yg jauh lebih indah daripada Bali. Tapi berkat jasa Ida Maharsi Markandeya dengan kekuatan yogaNYA lalu mengumpulkan energi dari tanah/pertiwi Bali yg memiliki kekuatan luar biasa lalu dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran orang yg tinggal dibali. Terbukti Bali menjadi Pulau yg makmur dan sejahtera. Untuk mencari uang 100 ribu sehari adalah hal gampang di Bali sedangkan untuk mencari uang 5000 rupiah di Jawa dan sejumlah daerah lain adalah perkara yg susah. Hal ini yg mengundang orang luar ramai datang ke Bali. Sekali lagi Bali tanpa memiliki sumber daya alam dan tambang seperti daerah lain. Jadi siapapun yg tinggal diatas pulau Bali termasuk para pendatang wajib dan harus ikut merawat, melestarikan dan mengajegkan Bali sesuai warisan berupa tradisi, adat, kebiasaan berdasarkan dan bernafaskan Hindu & kitab suci weda yg dilanjutkan turun temurun hingga jaman sekarang. Kalau mau merusak tatanan yg sudah ada dengan membawa budaya dan tradisi baru/asing dari luar, termasuk agama baru, ada baiknya keluar dari pulau ini. Jangan tinggal di pulau ini. Yg cinta Bali, Mari Ajeg kan Bali.
BalasHapusDemikian berat perjuangan Maharsi Markandeya yg Jauh2 datang pada sekitar abad ke-8 dari India Selatan untuk mengajarkan Sanatana Dharma serta tata cara merawat Bali dengan ritual keagamaan dan tradisi berdasarkan Kitab Suci Weda. Saat itu nusantara terutama Bali yg belum memiliki nama, masih menyatu dengan pulau jawa (belum dipisahkan selat) sehingga disebut pulau dawa/panjang dan dominan ditumbuhi hutan lebat, angker dan dijaga binatang buas. Belum ada jalan setapak apalagi jalan paving atau jalan aspal seperti sekarang. Berkat Beliau, Ida Maharsi Markandeya dan juga murid-murid dan pengiring Beliau, Bali bisa dihuni dan memberikan kesejahteraan & kemakmuran luar biasa pada umat manusia dan makhluk lain yg tinggal diatas pulau ini. Bali tidak memiliki tambang emas, minyak, mineral, dll. Bali tidak begitu indah, karena daerah lain di nusantara memiliki pemandangan yg jauh lebih indah daripada Bali. Tapi berkat jasa Ida Maharsi Markandeya dengan kekuatan yogaNYA lalu mengumpulkan energi dari tanah/pertiwi Bali yg memiliki kekuatan luar biasa lalu dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran orang yg tinggal dibali. Terbukti Bali menjadi Pulau yg makmur dan sejahtera. Untuk mencari uang 100 ribu sehari adalah hal gampang di Bali sedangkan untuk mencari uang 5000 rupiah di Jawa dan sejumlah daerah lain adalah perkara yg susah. Hal ini yg mengundang orang luar ramai datang ke Bali. Sekali lagi Bali tanpa memiliki sumber daya alam dan tambang seperti daerah lain. Jadi siapapun yg tinggal diatas pulau Bali termasuk para pendatang wajib dan harus ikut merawat, melestarikan dan mengajegkan Bali sesuai warisan berupa tradisi, adat, kebiasaan berdasarkan dan bernafaskan Hindu & kitab suci weda yg dilanjutkan turun temurun hingga jaman sekarang. Kalau mau merusak tatanan yg sudah ada dengan membawa budaya dan tradisi baru/asing dari luar, termasuk agama baru, ada baiknya keluar dari pulau ini. Jangan tinggal di pulau ini. Yg cinta Bali, Mari Ajeg kan Bali.
BalasHapusOm Swasty Astu, rahayu sareng sami dumugi warih ide bethare makesami ngemolingang rahayu rahajeng turmaning setate ngajegang ajaran dharme lan warisan leluhur merupe parahayangan sane sampun teme tiname, swahe...🙏🙏🙏
BalasHapus