Lahirnya Kebo Iwa - Arya Karang buncing medewasraja Di Pura Pasek Gaduh
Pada tahun saka 829 sang jayakaton menjadi patih berkedudukan di desa belah
batuh,gianyar. Ia terkenal sangat pandai di dalam melakukan beberapa jenis pekerjaan.
Karya besarnya antaralain adalah sebuah candi di desa belahbatuh. Kemudian sang
jayakaton menurunkan seorang anak laki-laki bernama Arya Rigih. Selanjutnya arya
rigih menurunkan dua anak laki-laki. Yang sulung bernama narottama yang seterusnya
ikut kepada sri airlangga ke jawa. Selanjutnya di Bali, arya rigis menurunkan seorang anak laki-laki bernama arya kedi. Kemudian arya kedi menurunkan anak laki-perempuan
yang lahir bersamaan, sebab itu dinamakan arya karangbuncing. Anak kembar itu lalu di
kawinkan. Setelah cukup lama bersuami istri, tetapi belum menurunkan anak,
menyebabkan mereka sedih. Lalu mereka memohon waranugraha ida sang hyang widi
wasa dan leluhur pasek gaduh di banjar tengah, desa belahbatuh. Dengan ndewasraya di
pura pasek gaduh, mereka mohon kemuran hyang widhi wasa dan leluhur pasek gaduh
agar dikaruniai anak. Mereka juga mesesangi, apabila permohonannya berhasil, mereka
akan ikut memelihara dan nyungsung pura pasek gaduh di banjar tengah, desa belah
batuh, disamping memelihara dan nyungsung di Pura Karangbuncing.
Atas kemurahan Hyang Widhi Wasa dam leluhur pasek gaduh, mereka
melahirkan seorang anak laki-laki dan dibernamaa kebo waruga.
Anak itu tidak seperti
anak-anak pada umumnya melainkan memilik tubuh yang tinggi besar dan kuat. Sesudah
dewasa anak ini memiliki kemampuan lebih dari sesamanya seperti misalnya ahli dalam
bidang pembangunan, sakti dan sangat berwibawa. Peristiwa ini akhirnya diketahui oleh
raja bali sri gajah waktra alias sri gajah wahana. Lalu timbul niat sri baginda raja untuk
memberikan kedudukan kepada kebo waruga. Untuk mengetahui sampai dimana
kemampuan dan kesaktiannya, kebo waruga diuji kemampuannya, baik fisik maupun
batiniah dengan melakukan pertarungan melawan beberapa orang yang dianggap
memiliki kemampuan baik secara fisik dan batiniah. Dalam pertarungan ini kebo waruga
selalu unggul dan mengalahkan lawan-lawannya. Lalu ia di angkat menjadi patih oleh
raja sri gajah waktra alias sri gajah wahana dengan gelar ki kebo iwa. Dan oleh karena itu sampai cukup umur ia belum kawin lalu ia dijuluki ki kebo taruna.
Kemudian terjadi perselisihan antara raja Majapahit dengan Raja Bali, ada niat
Raja Majapahit menggempur Raja Bali. Namun niatnya ini diurungkan, karena
menganggap bahwa kekuatan pasukan Bali berada di tangannya Patih Kebo Iwa alias Ki
Kebo Taruna,untuk memudahkan dan berhasilnya serangan terhadap Raja Bali. Ki Kebo
Iwa diperdaya oleh Maha Patih Hamengkubumi Kryan Gajah Mada di ajak ke Majapahit
untuk dikawinkan oleh Raja Majapahit dengan seorang perempuan. Sampai di Majapahit
Ki Kebo Iwa di perdaya sampai menemui ajalnya. Namun sebelum menghembuskan
napasnya terakhir, ia sempat mengutuk para menteri kerajaan Majapahit. Selain itu ia
berpesan kepada pengiringnya di dari Bali agar tidak membawa jenazahnya ke Bali, tapi cukup membawa batu nisannya saja. Oleh karena itu sampai akhir hayatnya Ki Kebo Iwa
belum kawin, maka ia tidak memiliki keturunan di Bali. Oleh Karena itu Ki Kebo Iwa
dan Narottama tidak mempunyai keturunan di Bali. Maka untuk memelihara dan
nyungsung di Pura Karangbancing di Desa Belahbatuh dilakukan oleh keturunan Pasek
Gaduh di Banjar Tengah, Desa Belahbatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar