Ki Pasek Gelgel (Ki Pasek Gobleg) Berhasil Membujuk Danghyang Wiragasandi, Sehingga Membatalkan Rencananya Kembali ke Jawa.
Ki Pasek Gelgel alias Ki Pasek Gobleg kepada Dewa Kayuputih daerah Buleleng,
berhasil membujuk Danghyang Wiragasandi putra sulung dari Danghyang Nirartha
untuk membatalkan niatnya kembali ke Jawa. Hal ini dilakukan oleh Danghyang
Wiragasandhi, akibat terjadi perselisihan dengan Dalem Gelgel, dan kemudian
Danghyang Wiragasandhi meninggalkan Gelgel hendak kembali ke Jawa.
Di dalam
perjalanannya, beliau melewati hutan lebat di pegunungan Pulau Bali. Entah berapa
lama perjalanannya bersama anak istri, pada suatu hari Danghyang Wiragasandhi
sampai di desa Kayuputih, Buleleng. Tatkala itu yangberkuasa adalah Ki pasek Gelgel
dan dengan senang hati menerima Danghyang Wiragasandhi bersama keluarganya.
Seterusnya Danghyang Wiragasandhi dipersilahkan beristirahat di rumah Ki Pasek Gelgel dan disampingnya disediakan tempat bermalam, juga dijamu serta disuguhkan
makanan dan minuman, layaknya seorang tamu, lebih-lebih sebagai sulinggih. Apalagi
Ki Pasek Gelgel dapat memahami, bahwa keadaan Danghyang Wiragasandhi bersama
anak istrinya cukup lelah.
Di sana Ki Pasek Gelgel dengan hormat dan sopan santun bertanya siapa nama,
dari mana, dan hendak kemana sang panditha bersama anak istrinya. Dijawab oleh
Danghyang Wiragasandhi bahwa beliau adalah putra sulung dari Danghyang Nirartha.
Beliau berasal dari Gelgel dan dalam perjalanan menuju Jawa. Hal ini diakibatkan
terjadinya perselisihan dengan Dalem Gelgel, sebab itu beliau merasa tidak berguna lagi
tinggal di Bali. Lalu Ki Pasek Gelgel meminta maaf, dan momohon kepada Danghyang
Wiragasandhi berkenan tetap tinggal di Desa Kayuputih dan membatalkan niatnya
pulang ke Jawa. Nanti rakyat desa Bangkangan, Banyuatis dan Kayuputih yang
menghormatinya. Untuk tempat tinggal Danghyang Wiragasandhi bersama keluarga, Ki
Pasek Gelgel menyerahkan rumahnya, dan dijawab oleh Dang Hyang Wiragasandi
bahwa beliau tidak berani menolak permohonan Ki Pasek Gelgel, apalagi beliau sudah
berutang budi kepada Ki Pasek Gelgel yang telah menerimanya dan menjamunya.
Namun ada permintaan Dang Hyang Wiragasandi, yaitu demi keselamatan beliau
bersama Ki Pasek Gelgel, supaya keberadaan beliau di desa Kayuputih dipermaklumkan
oleh Raja Buleleng sebagai guru wisesa di daerah itru. Besok paginya Ki Pasek Gelgel
berangkat ke Singaraja lalu menghadap Raja Buleleng yang sedang dihadap para
Bahudandanya. Di sana Ki Pasek Gelgel dipermaklumkan kepada raja Buleleng, bahwa
sekarang di desa Kayuputih ada Dang Hyang Wiragasandi bersama keluarganya dan
peristiwa seluruhnya dari awal sampai akhir telah dipermaklumkan sampai rinci. Raja
Buleleng memerintahkan Ki Pask Gelgel supaya selalu menjaga keselamatan Dang
Hyang Wiragasandi, karena tidak sampai lewat dari esok harinya Raja Buleleng akan
datang ke desa Kayuputih untuk menemui Dang Hyang Wiragasandi.
Esok harinya Raja Buleleng berangkat menuju desa Kayuputih dan setibanya di sana
terus menuju penginapan Dang Hyang Wiragasandi. Begitu Dang Hyang Wiragasandi
melihat kedatangan Raja Buleleng I Gusti Panji Sakti, lalu beliau turun dari tempat
duduknya. Dang Hyang Wiragasandi memperlihatkan sikap hormatnya dengan mengelu-elukan
kedatangan Raja Buleleng. Lalu dengan sopan dan kata-kata manis Dang Hyang Wiragasandi menyambut kedatangan Raja Buleleng, bahwa beliau merasa sangat
berbahagia atas kedatangan Baginda Raja Buleleng. Dijawab oleh I Gusti Panji Cakti
dengan diawali dengan permohonan maaf, dengan mengatakan kedatangannya tidak lain
karena ada permakluman dari Ki Pasek Gelgel kepadanya tentang Sang Pandita ada
disini dalam perjalanan ke Jawa. Selanjutnya Raja Buleleng meminta Dang Hyang
Wiragasandi agar tetap tinggal di desa Kayuputih dan berkenan menerima keadaan
seperti itu baik suka maupun duka. Ditambahkan oleh Raja Buleleng, bahwa beliau ingat
tentang kisah kedatangan Dang Hyang Wiragasandi bersama saudara-saudaranya dulu.
Tujuannya tidak lain untuk menajalankan dharma kawikon demi kesucian Pulau Bali.
Seterusnya Raja Buleleng meminta kepada Dang Hyang Wiragasandi bersedia
menjadi Bhagawanta Kerajaan Buleleng. Lalu dijawab oleh Dang Hyang Wiragasandi,
bahwa beliau meminta maaf yang sebesar-besarnya tidak dapat memenuhi permintaan
Raja Buleleng, karena beliau merasa berhutang budi kepada Ki Pasek Gelgel yang telah
banyak membantu dirinya beserta anak-anaknnya. Ditambahkan pula bahwa Dang
Hyang Wiragasandi merasa sangat berhutang budi atas kerelaan Ki Pasek Gelgel dan
beliau menyatakan, bahwa beliau akan tetap tinggal di Desa Kayuputih. Seterusnya
Dang Hyang Wiragasandi menyatakan bersedia menjadi Bhagawanta Kerajaan
Buleleng, dan sewaktu-waktu apabila diperlukan beliau bersedia datang ke
Buleleng. demikianlah pembicaraan antaraRaja Buleleng dengan Dang Hyang
Wiragasandi. Kemudian Raja Buleleng kembali ke Singaraja, dan sejak itu Dang Hyang
Wiragasandi bersama keluarganya tinggal di desa Kayuputih. Adapun Dang Hyang
Wiragasandi berputra empat orang laki-laki yaitu:
- Padanda Cakti Bukian,
- Padanda Cakti Ngurah Pamade,
- Padanda Cakti Kemenuh, dan
- Padanda Cakti Bukit.
Adapun Raja Mengwi bergelar Cokorda Cakti Belambangan ingin mengangkat
Bhagawanta dari warga keturunan Brahmana Kamenuh, lalu datang menghadap Raja
Klungkung I Dewa Agung Jambe, mohon seorang Brahmana Kamenuh untuk diangkat
menjadi bhagawanta. Dijelaskan oleh I Dewa Agung Jambe, bahwa warga Bahmana
Kamenuh tidak masih ada di Klungkung, tapi konon ada di Buleleng. Apabila ingin
bertemu dengan warga Brahmana Kamenuh disarankan agar datang ke Buleleng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar