Banten Sebagai Pengganti Mantra
Banten pada awalnya ketika diajarkan pembuatannya di Desa Puakan (Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali) oleh Maha Rsi Markandeya kepada penduduk setempat di abad ke-8, bernama “Bali” atau “Wali”.
Lama kelamaan tradisi yang diajarkan itu berkembang ke seluruh pulau, sehingga orang-orang yang bersembahyang menggunakan banten, dinamakan “Orang Bali” dan pulau kecil inipun bernama Pulau Bali.
Banten diajarkan kepada penduduk yang buta huruf, karena mereka tidak bisa mengucapkan mantra-mantra dalam persembahyangan.
Jadi fungsi banten yang utama adalah sebagai “pengganti” ucapan mantra yang kemudian berkembang ke fungsi yang mengikuti, yaitu sebagai simbol kemahakuasaan Tuhan, wujud bhakti, prasadam, dan sarana pensucian roh.
Beberapa jenis banten yang hingga kini digunakan di Bali sebagai pengganti ucapan mantra, misalnya:
Sesayut Saraswati, pengganti mantra Rg Veda 61.4:
Om Pra No Sarasvati, Vajebhir Vajinivati, Dhinam Avinyavantu
Tuhan, Sarasvati yang agung dan berkuasa, semoga memberikan pengetahuan dan memelihara kecerdasan kami.
Sesayut Prayascita, pengganti mantra Rg Veda 1.3.10:
Om Pravakanah Sarasvati, Vajebhir Vajinivati, Yajnam Vastu Dhiyavasuh
Tuhan, Sarasvati yang agung dan berkuasa, anugrahilah hamba kesucian dan kecerdasan; terimalah persembahan hamba.
Sesayut Pageh Tuwuh, pengganti mantra Rg Veda VII.66.16:
Om Taccaksura Devahitam Sukram Uccarat, Pasyema Saradah Satam, Jivema Saradah Satam
Tuhan yang maha kuasa, semoga selama seratus tahun hamba selalu melihat mata-Mu yang bersinar.
Daksina, pengganti Gayatri Mantra:
Om Bhur Bhuvah Svah, Tat Savitur Varenyam, Bhargo Devasya Dimahi, Dhiyo Yo Nah Pracodayat
Beakala Dhurmenggala: pengganti mantra Rg Veda V.82.5:
Om Visvani Deva Savitar, Duritani Para Suva, Yad Bhadram Tanna A Suva
Tuhan, Yang Maha Esa, Savitri, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat; berikan hamba yang terbaik.
Sesayut pemapag rare: pengganti mantra Rg Veda IV.53.6:
Om Brhatsumnah Prasavita Nivesano, Jagatah Sthaturubhayasya Yo Vasi, Sa No Devah Savita Sarma Yacchatvasme, Ksayaya Trivarutham Amhasah
Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan dan memelihara, yang mengatur segala yang bergerak maupun tak bergerak, sebagai Savitar, berilah anugrah kepada bayi ini agar terhindar dari kekuatan jahat.
Peras Sadampati: pengganti Rg Veda X.85.42.
Om Iha Iva Stam Ma Vi Yaustam, Visvam Ayur Vyasnutam, Kridantau Putrair Naptrbhih, Modamanau Sve Grhe
Tuhan Yang Maha Pengasih, anugrahilah pengantin ini kebahagiaan, tidak terpisah sepanjang masa, panjang umur dan dianugrahi pula putra-putri serta cucu-cicit yang utama, serta tinggal di rumah yang penuh kegembiraan.
Sesayut/Canang pengrawos: pengganti mantra Rg Veda I.89.1:
Om A No Bhadrah Krattavo Yantu Visvatah
Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
Sesayut Pageh Urip: pengganti mantra Rg Veda VII.59.12:
Om Trayambhakam Yajamahe, Sugandhim Pusti Varadhanam, Urvarukam Iva Bandhanat, Mrtyor Muksiya Mamratat
Tuhan, kami memuja-Mu sebagai Rudra, yang menyebarkan keharuman dan membawa kesejahteraan, hindarilah hamba dari kematian tetapi bukan dari kekekalan.
Sesayut Ngulap-Ngambe: pengganti mantra Rg Veda X.186.1:
Om Vata A Vatu Bhesajam, Sambhu Mayobhu No Hrde, Pra Na Ayumsi Tarisat
Tuhan Yang Maha Agung, kami memuja-Mu sebagai Hyang Vayu, hembuskanlah kesehatan dan kesejahteraan serta umur panjang kepada hamba.
Contoh-contoh banten di atas adalah jenis banten yang sehari-hari atau sering dibuat oleh masyarakat Hindu di Bali.
Masih banyak lagi yang lain yang perlu diteliti, sehingga tercapai tema pokok, yaitu bila tidak pandai membuat banten, maka Bhakti dapat diwujudkan dalam ucapan mantra-mantra yang benar dan tepat, walaupun sarananya hanya dengan Panca Upakara yang sederhana, yaitu terdiri dari unsur-unsur: air, api, daun, bunga, buah/ biji/ harum-haruman, sebagaimana dimaksud dalam Bhagavadgita IX.26 dan Manava Dharmasastra III.76.
Om A no bhadrah krattavo yantu sisvatah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar