Banyualit Blambangan Banjir Darah akibat Politik VOC
Banyualit digantikan Blimbingsari.
Rakyat Banyuwangi saat ini hanya mengenal Blimbingsari. Bekas benteng VOC yang memakan ribuan pekerja rakyat Blambangan pun hilang dari bumi, begitu juga sejarah pertempurannya, yang menyebabkan banjir darah telah terlupakan.
Belanda begitu rapi menghapus jejaknya. Tetapi cerita kepahlawanan tidak pernah luntur dari ingatan leluhur. Walaupun jejak benteng telah dihapuskan, catatan sejarah diputar balikkan, tetapi secara pasti leluhur Blambangan masih mampu mewariskan. Seperti dikatakan Leonardo Da Vinci, pelukis, filsafat, budayawan, scienties besar mengucapkan; Fakta sejarah tak akan pernah mati walau diabaikan.
Setelah perjanjian Salatiga 1757, VOC mendapat dana yang cukup besar dari Mataram, persiapan menggempur Java Oostoek dimulai Ternyata persiapan penyerangan pada Java Oostoek (Pasuruan, Malang, Probolinggo dan sebagian Lumajang)tidaklah mudah, karena VOC memerlukan kekuatan tempur yang sangat besar untuk menghadapi kekuatan keturunan Untung Suropati dan Blambangan yang sangat kuat.Belanda begitu rapi menghapus jejaknya. Tetapi cerita kepahlawanan tidak pernah luntur dari ingatan leluhur. Walaupun jejak benteng telah dihapuskan, catatan sejarah diputar balikkan, tetapi secara pasti leluhur Blambangan masih mampu mewariskan. Seperti dikatakan Leonardo Da Vinci, pelukis, filsafat, budayawan, scienties besar mengucapkan; Fakta sejarah tak akan pernah mati walau diabaikan.
Keturunan Untung Suropati tentu sangat menyesalkan penyerahan Java Oosthoek oleh Pakubuwana II kepada Belanda, karena ayahanda Amangkurat III, ditolong dan dilindungi oleh Suropati. Ibarat kebaikan dibalas dengan penghianatan. Karena itu keturunan Untung Suropati segera memperkuat diri.
Sementara itu Blambangan memanfaatkan meningkatkan hubungan dengan Inggris, karena Inggris telah terusir dari Banten ( 1600) Jakarta, Banda (1625), maka hubungan Blambangan dengan Inggris sejak tahun 1600, telah maju dengan pesat. Dan Inggris mulai menjadikan Blambangan sebagai pijakan untuk menguasai Sumatera dan Borneo (Stanford Raffless, History of Java. 140).
Karena Inggris telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan Blambangan sejak tahun 1600, maka Inggris hanya membutuhkan pijakan di Sumatera. Semula Inggris, berkeinginan mengikat perjanjian dengan Sultanah Aceh Zaqiyat ud din Inayat Shah, tetapi Sultanah menolak. Kemudian Inggris menghubungi kedatuan Baros dan Pariaman. Baros dan Pariaman dapat menerima tawaran tersebut, karena VOC yang dikenal ganas juga mulai melirik Pariaman. Tetapi dua hari menjelang keberangkatan armada Inggris ke Pariaman, Kedatuan Bengkulu juga mengirimkan utusan ke Inggris, meminta Inggris dapat melindungi Bengkulu dari penjajahan VOC.
(Untuk diingat kalau VOC menekankan kekuasaan, sedang EIC ( Inggris) menekankan hubungan dagang. Maka Inggrispun membangun pijakan di Bengkulu. ( Alaan Harfield (1995): Bencolen: A history of the Honourable East India Company’s, Garrison on the west coast Sumatra (1685 -1825). Pada tahun 1685 utusan Inggris disambut Orang kaya Lela, dan Patih Setia raja Muda. Hubungan dagang kemudian dilanjutkan pembangunan Garrison ( kompleks Militer) berupa benteng , yaitu benteng Malborough dan juga membangun faktory. ( Firdaus Burhan (1988) Bengkulu Dalam Sejarah ).
Berita VOC tentang Blambangan penuh kebohongan,
Hubungan antara VOC dengan Blambangan rupanya sejak awal telah menimbulkan ketidak senangan VOC. Kapal VOC yang singgah di Panarukan pada tanggal 17 Januari 1959 dan berada disana selama tiga bulan tidak mendapatkan apapun. Karena perlakuan itu kemudian VOC mengarang cerita, bahwa Blambangan dikepung pasukan Pasuruan. Dan karena itu Blambangan minta bantuan kepada GelGel, dan GelGel mengirim pasukan 20.000 ke Panarukan. ( Jarig Cornellis Molema , De eerste schipvart der Hollanders naar Oost Indie 1595 1597 via DR. Sri Margana , Perebutan Hegemoni Blambangn 162).
Padahal berdasar sejarah Kerajaan GelGel, masa jaya Gel Gel dibawah Waturenggong telah berakhir pada tahun 1550. Dan setelah itu GelGel merosot dan methamorphosis menjadi Klungkung. Dan GelGel bukanlah kerajaan Maritim. Perahu Bali pada saat itu hanya mampu memuat maximal 15 orang. Jadi tidak mungkin GelGel mengirim 1500 kapal, untuk tentara dan logistik. Hal ini juga tidak dipercaya oleh Drs I Made Sudjana Nagari Tawon Madu 27).
Tetapi rupanya laporan resmi tersebut rupanya perlu ditambah fitnah yang lebih besar lagi oleh seorang anggota armada pertama Belanda (Frank der does) menulis dalam Journal 2 April 1595 s/d 13 Juni 1597 dia diberitahu oleh seorang bangsawan Blambangan bahwa:
"Bupati Pasuruan melamar putri raja Blambangan (pada saat itu Thomas Cavendish berada di Blambangan). Sang raja menerima lamaran tersebut namun setelah malam pertama, sang putri Blambangan dibunuh oleh suaminya. Pembunuhan itu terjadi karena sang putri tidak mau masuk Islam"
Berita ini juga tidak berdasar karena Thomas cavendish (Thomas Candish menurut I Made Sudjana MA) yang berada di Blambangan tidak pernah menulis kejadian tersebut. Menurut I Made Sudjana, Thomas Candish, penjelajah Inggris membawa kapal dagang Preety dan Wilhems singgah di Blambangan, selama dua minggu tinggal di Blambangan, membeli logistik, kemudian berlayar melanjutkan perjalanan ke timur. (Drs I.Made Sudajana. Nagari Tawon Madu 23)
Juga ketika VOC mengirim utusan Jeremias van Vliet menghadap susuhunan Tawangalun pada tahun 1690, untuk menjalin hubungan dengan VOC untuk membendung pengaruh Inggris yang semakin kuat, permintaan hubungan ini tidak ada kelanjutannya. Maka VOC memutar balikkan fakta bahwa selat Bali rusuh dan penuh kekacauan (Drs I Made Sudjana Nagari Tawon Madu 62). Ternyata pernyataan itu harus ditafsirkan bahwa Ulu Pampang telah menjadi tempat yang paling sering dikunjungi kapal kapal Inggris untuk melanjutkan perjalanannya ke Timur menuju Pasir dan Banjarmasin ( Borneo) (I Made Sudjana M.A, Nagari tawon Madu 60) dan tempat berkumpul pedagang Nusantara bagian Timur untuk meneruskan hubungan dagang dengan kerajaan Melayu, China dan India.
Mereka memilih lewat lautan Hindia dan menjadikan Ulu Pampang sebagai pelabuhan persinggahan. Maka Ulupampang menjadi pelabuhan yang ramai karena menjadi pertemuan pedagang Nusantara dan Inggris. Ini terbukti sejak awal tahun 1600an Ulupampang mampu mengekspor, sarang burung walet seharga f4000, bahan lilin 10 pikul dan beras 600 ton setiap tahun. ( Drs I Made Sudjana MA. Nagari Tawon Madu 22) .
Pantaslah hal itu telah merobah motivasi Inggris, kalau awalnya hanya sebagai tempat persinggahan maka pada tahun 1760, Ulu Pampang /Blambangan mulai dilirik sebagai tempat berpijak. Pada tahun 1765, konsul EIC merekomendasikan beberapa pelabuhan yang cukup tepat untuk pendirian perwakilan perdagangan EIC, termasuk di Blambangan (DR. Sri Margana Perebutan Hegemoni Blambangan 49).
Setelah itu yaitu tahun 1766 kehadiran kapal Inggris semakin sering. Sebelumnya hanya sekitar 6 bulan sekali, maka mulai tahun 1766 hampir setiap bulan, bahkan kadang kadang dua kali setiap bulan, (Drs I Made Sudjana MA. Negara Tawon Madu 61). Dan pada bulan Agustus 1766 tiga kapal besar Inggris diikuti lima kapal belas chialoup dan dua puluh lima pecalang dan seratus kapal yang lebih kecil, membawa pelaut bugis dan Madura tiba di Blambangan di bawah komando Edward Coles (DR. Sri Margana Perebutan Hegemoni Blambangan 49). Tidak dijelaskan apa yang dilakukan oleh armada yang sangat besar ini. Tetapi Thomas Stanford Raffless menjelaskan bahwa setelah itu, seorang berkebangsaan Inggris, Mr.Yesse, mulai membangun pemukiman di Blambangan. Pemukiman itu dinilai sangat tepat. Demikian baiknya tempat itu sehingga tempat tersebut disamakan kedudukannya dengan Pinang di Malaya. (Thomas Stanford Raffless History of Java 144). Dukungan dari pemerintah Blambangan juga sangat membantu. Selain itu, Stanford Raffless, juga memuji keberhasilan pemerintahan Blambangan. Thomas Stanford Raffless menyesalkan kegagalan pembangunan pemukiman itu, dan mengemukakan analisa bahwa kegagalan pembangunan tersebut karena pemukiman tersebut semata mata disebabkan dikhususkan untuk militer, tanpa ada pedagang profesional atau pedagang petualang yang disertakan di pemukiman tersebut. (Ho J.148)
Strategy Tumpes Kelor/Membunuh musuh sampai habis
Pembangunan pemukiman militer inilah yang memacu penyerbuan VOC ke Java Ooosthoek. Karena dengan demikian Inggris telah memiliki dua Garisson (Kompleks Militer), satu di Bengkulu, benteng Malborough dan satu lagi di Blambangan (diduga Inggrisan). Maka pada tahun 1767 setelah mendapat kepastian bantuan dari Mataram, Madura (Panembahan Cakraningrat IV), Surabaya, maka dibangunlah expedisi yang sangat besar untuk menggempur keturunan Untung Suropati dan Blambangan .
Dalam menggempur Untung Suropati, Belanda mengadopsi Strategy Tumpes Kelor dari Mataram, yaitu membunuh habis sampai keakar akarnya seluruh keturunan Untung Suropati (Margana 98). Rupanya pola pikiran inilah yang berlanjut dalam penyerbuan ke Blambangan.
Setelah VOC menggempur lebih dahulu keturunan Untung Suropati dan melakukan Tumpes Kelor (membunuh sampai habis), kemudian VOC dan sekutunya melanjutkan menyerang Blambangan. Penyerbuan ini dipimpin dipimpin Erdwiyn Blanke terdiri atas 25 buah kapal besar dan puluhan kapal kecil, yang memuat 335 serdadu Eropa, dan 3000 laskar madura, mataram, Pasuruan, menggempur Panarukan pada tanggal 27 Pebruari 1767.
Setelah Panarukan bumi hangus armada Erdwiyn Blanke melaju ke Banyualit. Pemilihan Banyualit (sekarang Blimbingasari) karena pantai ini berada di tengah kekuatan Blambangan yaitu Toyo Arum, Kota Lateng dan Ulupampang. Banyualit menjadi ajang pertempuran armada Blambangan dilaut maupun didarat. Blambangan kalah dalam technology dan strategy, sehingga Banyualit banjir darah. Dan jatuh ketangan VOC pada 31Maret 1767( NTM63).
VOC sekali lagi menyusun berita kebohongan yang luar biasa .
Berdasar Surat Resmi Kapten Blanke pada Gubernur Johannes VOS 31 Maret 1767 folio 131 136 via Perebutan Hegemoni Blambangan (DR . Sri margana 64). Menyatakan bahwa:
"di Banyualit, VOC tidak mengalami perlawanan sama sekali. Karena orang Blambangan telah muak dengan Bali dan kedatangan VOC digunakan oleh orang Blambangan berontak pada orang Bali. Ketika VOC memasuki kota, mereka melihat pemandangan yang mengerikan. Terjadi pembantaian besar besaran terhadap orang Bali. Kepala manusia tersebar dimana mana, sebagian besar orang Bali. Tetapi rupanya pasukan Belanda tidak puas, dan memburu orang Bali yang masih bersembunyi di hutan Belantara"
Adakah fakta 2 yang mendukung orang Bali menguasai Blambangan .
Pernyataan Blanke bahwa Blambangan dikuasai orang 2 Bali tidak memiliki fakta fakta yang kuat . Berdasarkan penelitian bahwa terhadap kerajaan Mengwi dan Buleleng didapat fakta sebagai berikut;
- Kerajaan Mengwi mengalami masa Jaya ketika I Gusti Agung Ngurah Made Agung 1627 s/d 1650. Pada masa ini adalah masa Tawangalun I, pelabuhan Ulu Pampang berkembang dengan cepat, kemudian mengantarkan ke masa jaya Tawangalun II. Setelah I Gusti Agung Ngurah Made Agung, Mengwipun menurun. ( Sejarah kerajaan Mengwi), yang memungkinkan Buleleng berdiri pada tahun 1660.
- Kerajaan Buleleng mengalami masa Jaya pada I Gusti Ngurah Panji Sakti (1660 s/d 1697) dalam babad Buleleng diceritakan mengusai Blambangan. (juga Soegianto Sastrodiwiryo : I Gusti Panji Sakti Raja Buleleng 1599-1680. Kayu Mas Agung 1995). Padahal pada masa ini Blambangan berada pada masa jaya dibawah Tawangalun II. Masa yang berdasarkan hasil penelitian DR. Sri Margana adalah masa jaya kerajaan Blambangan.Setelah masa itu Buleleng itu menurun malah dikuasai Mengwi.
Dari fakta itu jelas VOC telah melakukan kebohongan sejarah. Mengwi maupun Buleleng sudah tidak memiliki kekuatan apapun pada tahun 1767, malahan mereka saling bertempur satu dengan yang lain. Buleleng dan Mengwi adalah kerajaan agrarish, yang tidak memiliki kekuatan maritim. Mengwi dekat Denpasar maupun Buleleng dekat Singaraja sangat tidak mungkin mengerahkan armada laut, dengan kapal yang hanya bermuatan 15 orang perkapal, mengarungi arus Samudra Hindia yang ganas.
Dengan demikian , sebenarnya Kapten Blanke dengan satuan armada yang sangat besar, telah melakukan pembantaian terhadap prajurit Blambangan. Surat yang dibuatnya hanyalah cuci tangan dan mengadu domba orang Blambangan dengan orang Bali.
Dan apa gunanya kalo VOC mendapat dukungan rakyat Blambangan, VOC membangun benteng di Banyualit
Pendirian Benteng dan banjir darah ke dua di Banyualit.
Untuk mempertahankan kedudukannya di Blambangan, VOC membangun benteng di Banyualit. Pembangunan benteng ini menambah kesengsaraan rakyat Blambangan. Ribuan penduduk Blambangan dipekerjakan untuk secepatnya menyelesaikan Benteng tersebut tanpa mendapat upah dan makan. Setelah itu VOC juga membangun benteng di Ulu Pampang. Penderitaan rakyat Blambangan tak terkirakan. Para petinggi Blambangan diwajibkan menyerahkan dua ekor kerbau, dan menyerahkan uang sebesar 3.5 gulden . (I Made Sudjana MA. Nagari Tawon Madu .67)
Benteng ini cukup besar, dalam kondisi yang sangat kritis Van Rijcke menggambarkan bahwa Benteng Banyualit didapat 78 sakit, 59 meninggal. Untuk mempertahankan benteng Van Rijcke dibutuhkan bantuan pasukan setidaknya 100 orang Eropa dan 2000 prajurit pribumi juga dibutuhkan dua meriam yang baik dan 20 koyang beras dan daging sapi untuk orang orang yang sakit, lebih banyak tepung dan spek (asinan daging babi) bagi mereka yang sehat dan juga uang tunai. (Kondisi tentara Kompeni di Banyualit, folio 30 VOC 3248 Surat dinas dari Gubernur Johannes Vos pada gubernur Jendral Petrus Albertus van der Parra 21 Maret 1768, via DR Sri Margana Perebutan Hegemoni Blambangan 127).
Dengan melihat kondisi Benteng Banyualit, dapat diduga Benteng ini hampir sebesar benteng Malborough yang dibangun Inggris di Bengkulu. Yaitu benteng Inggris kedua yang terbesar di Asia.
Disisi lain perjoangan yang dipimpin Wong Agung Wilis mendapat dukungan yang besar dari rakyat dan para bangsawan Blambangan pedagang Bugis, Melayu, Bali, Lombok, China. Maka pada Maret 1768, setahun setelah VOC menduduki Banyualit dan Ulupampang pasukan Wong Agung Wilis bangkit dan menyerbu benteng Banyualit. Sekali lagi Banyualit menjadi daerah pertempuran dahsyat. Menghadapi serangan Wong Agung Wilis yang amat dahsyat VOC mendatangkan bantuan dari Surabaya. Bantuan dipimpin A.Groen membawa 13 kapal yang memuat 302 orang serdadu Eropa, 1000 orang laskar Madura, 400 orang dari Surabaya, 1700 laskar Lumajang. Benar pasukan Blambangan kalah dan Wong Agung Wilis tertangkap, kemudian dibuang ke Banda pada tanggal 6 September 1768. (NTm 68). Ternyata Wong Agung Wilis dapat melepaskan diri dari Banda dan memimpin perlawanan dari Bali. Dan semangat pertempuran Banyualit tidak pernah padam dihati rakyat Blambangan dan menghilhami pemberontakan Pangeran Rempeg Jagapati, yang terkenal dengan PUPUTAN Bayu.
baca juga artikel berikut ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar