Perkenalan Sains Veda
Naskah-naskah kuno Veda tidak semata-mata hanya berisikan pengetahuan filsafat dan spiritual tingkat tinggi, tetapi mereka juga memuat informasi tentang ilmu-ilmu materiil (material science) yang sudah maju. Jadi kita akan menyajikan daftar tentang berbagai topik yang ada di dalam ilmu pengetahuan Veda dan juga ide-ide dan pengetahuan yang sudah dikenal ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Kita juga harus menyadari bahwa tanpa adanya kemajuan yang berasal dari peradaban Veda dalam berbagai bidang yang akan dibahas, dunia ini dan masyarakat kita tentunya tidak akan seperti sekarang ini. Jadi, kita berhutang banyak kepada kemajuan yang bersumber dari kearifan Veda.
Literatur Veda juga termasuk hasil karya seperti :
- Ayur-veda, ilmu pengobatan holistik yang diajarkan oleh Lord Dhanvantari;
- Dhanur-veda, ilmu kemiliteran oleh Rishi Bhrigu;
- Gandharva-veda, yang membahas tentang seni musik, tari, drama, dll, oleh Bharata Muni;
- Artha-sastra, ilmu pemerintahan dan pembangunan ekonomi;
- Sthapatya-veda, ilmu arsitektur; dan Manu-samhita, kitab hukum Veda. Ada juga
- Shulba Sutra, perhitungan menurut sistem Veda.
Shulbasutra (matematika)
Shulbasutra merupakan model-model matematika paling awal, dan tentunya pada mulanya digunakan untuk tujuan keagamaan. Pada dasarnya mereka dimasukkan sebagai sisipan dari Kalpasutra untuk aspek ritual (Shrauta), yang memperlihatkan model-model paling awal dari ilmu aljabar. Pada intinya mereka berisikan rumus-rumus matematika untuk merancang berbagai bangunan altar tempat pemujaan dalam ritual Veda. Setiap Shrautasutra memiliki Shulbasutra-nya sendiri, sehingga mungkin terdapat beberapa naskah tersebut di masa lalu, walau hanya tujuh Shulbasutra yang dikenal saat ini. Diantaranya yang terpenting adalah Baudhayana, Apastamba (yang keduanya merupakan sisipan dari Taittiriya Samhita atau Yajur-veda Hitam), dan Katyayana (yang merupakan sisipan dari Vajasaneya atau Yajur-veda Putih), sementara Manava, Maitrayana, Varaha, dan Vidula kurang begitu penting.
Tentang kapan Shulbasutra disusun, setelah membandingkan Shulba-Shulba Baudhayana, Apastamba, dan Katyayana dengan matematika dari jaman Mesir kuno dan Babylonia, seperti dijelaskan oleh N.S.
Rajaram dalam Vedic Aryan and The Origin of Civilization (hal.139), adalah sekitar 2000 B.C. Tetapi, setelah memperhitungkan data astronomi sejak Ashvalayana Grihyasutra, Shatapantha Brahmana, dll, saat penyusunannya bisa dibawa jauh kebelakang mendekati 3000 B.C., mendekati saat terjadinya Perang Mahabharata dan penyusunan naskah-naskah Veda lainnya oleh Srila Vyasadeva.
Berdasarkan pandangan ini, matematika Veda tidak bisa lagi dianggap sebagai turunan dari matematikanya bangsa Babylonia kuno, yang bertajuk tahun 1700 B.C., tetapi pasti merupakan sumbernya begitu juga dengan ilmu hitung Yunani atau matematika Pythagoras.
Model-model matematika Veda jauh lebih maju dibandingkan dengan matematika yang ditemukan pada masa-masa awal peradaban bangsa Yunani, Babylonia, Mesir, atau Cina. Ternyata, rumusan geometri yang dikenal sebagai theorema Pythagoras dapat ditelusuri ke Baudhayana, bentuk Shulbasutra paling awal dari masa sebelum abad kedelapan B.C. Hal ini merupakan konfirmasi bahwa para filsuf bangsa Yunani kuno mendapatkan inspirasinya dari India.
Ternyata, Prof. R.G. Rawlinson menyatakan, “Hampir semua teori, kepercayaan, filsafat, dan matematika, yang diajarkan oleh Pythagoras sudah dikenal di India pada abad keenam B.C”.
Pengakuan atas keunggulan matematika Veda juga sudah lama ditulis oleh Sebokht, Bishop dari Qinnesrin di Syria Utara yaitu tahun 662 A.D.. Sebagaimana dilaporkan dalam Indian Studies in Honor of Charles Rockwell (Harvad University Press, Cambridge, MA Edited by W.E. Clark, 1929), Sebokht menulis bahwa penemuan-penemuan bangsa India dalam bidang astronomi lebih jenius dibandingkan dengan bangsa Yunani atau Babylonia, dan sistem angka (decimal) mereka lebih unggul. (N.S. Rajaram, p.157, 1995)
Ini merupakan sistem yang berasal dari bangsa India yaitu sistem angka decimal puluhan, ratusan, ribuan, dll, dan prosedur memindahkan sisa dari satu kolom angka ke kolom angka berikutnya. Terdapat juga cara pembagian bilangan pecahan dan pemakaian tanda persamaan dan huruf-huruf untuk menunjukan faktor-faktor yang tidak diketahui.
Sistem angka India ini digunakan di Arabia setelah tahun 700 A.D. dan kemudian menyebar ke Eropa dimana mereka telah secara keliru menyebutnya sebagai angka Arab. Itu hanya karena bangsa Eropa mengganti sistem angka Romawi ke sistem angka Arab yang bersumber di India sehingga banyak kemajuan bangsa Eropa dalam bidang ilmu pengetahuan dan matematika bisa terjadi.
Penemu pertama Calculus modern adalah orang India bernama Bhaskaracarya (1150 A.D.), dimana orang-orang mengira itu merupakan kontribusi dari Newton atau Liebnitz. Penggunaan aljabar, trigonometri, kwadrat dan akar pangkat tiga juga pertama kali dimulai di India.
Formulasi istimewa angka “0”, merupakan hasil pemikiran ilmiah luar biasa bangsa India, yang memungkinkan terjadinya banyak kemajuan di bidang matematika yang kita miliki sekarang ini. Dan adalah Aryabhatta (497 A.D.) yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha Brahmana, Baudhayanasutra, dll.
sumber vedasastra.wordpress. com/2010/01/01/shulbasutra-matematika
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar