Siapa "Aku" Itu Sebenarnya dalam Bhagavad Gita 11.3?
Sloka Bhagavad Gita 11.3:
Terjemahan literal Bhagavad Gita 11.3:
"Benar seperti yang telah Kau jelaskan tentang Diri-Mu, wahai Penguasa Tertinggi (Parameśvara), aku ingin melihat rupa keilahian-Mu, wahai Puruṣottama."
Nah gan, kalau kita perhatikan kata kuncinya:
-
Parameśvara = Tuhan Tertinggi → Dalam Vedānta, ini tidak eksklusif berarti Wisnu atau Krishna sebagai pribadi, tetapi adalah Brahman.
-
Ātmanam = Diri-mu → Bisa dimaknai sebagai Atman , yang dalam Advaita Vedānta = Brahman.
-
Aiśvaram rūpam = bentuk ilahiah, manifestasi kekuatan yang mengatur
-
Puruṣottama = Jiwa Tertinggi / Kesadaran Tertinggi (bukan manusia super)
Jadi, konteksnya adalah: Arjuna ingin melihat manifestasi dari prinsip ilahi universal (Brahman) yang dijelaskan dalam bentuk Vishvarupa . Bukan karena Krishna sebagai manusia mempunyai bentuk kosmik, tapi karena Kesadaran itu bisa mewujudkan segala rupa ketika diperlukan—sebagai bentuk pengajaran.
Makna Kontekstual: Arjuna sebagai Penanya Filsafat
Sloka ini adalah titik awal dari permintaan Arjuna untuk melihat Vishvarūpa , wujud alam semesta. Namun penting dicatat, permintaan ini muncul bukan karena Arjuna ragu terhadap keilahian Krishna , melainkan untuk memperkuat pemahaman metafisik yang telah ia terima sebelumnya. Arjuna adalah siswa spiritual yang tekun—bukan pemuja figur. Ia ingin melihat kebenaran dalam rupa , bukan menyembah rupa sebagai kebenaran .
Dalam bab-bab sebelumnya, Krishna telah menjelaskan bahwa:
Ia adalah Ātman dalam semuamakhluk (BG 10.20),
Ia adalah sumber dari segala yang ada (BG 10.8),
Dan bahwa segala aktivitas ilahi merupakan manifestasi dari Brahman .
Dengan dasar inilah, Arjuna menyatakan, "evam etad yathāttha tvām..." — “Ya, benar seperti yang telah Kau katakan.”
Artinya, pemahaman filosofis sudah diterima , namun kini Arjuna ingin menyaksikan perwujudan visual dari kebenaran tersebut, bukan sebagai bentuk penyembahan, melainkan sebagai upāya (alat kontemplasi) .
Makna Kata-Kunci: Membongkar Bias Antropomorfik
-
Ātmānam parameśvara : “Diri-Mu sebagai Penguasa Tertinggi.”
→ Ini menunjuk pada Brahman yang hadir sebagai kesadaran agung. Parameśvara bukan pribadi, tetapi prinsip Tertinggi yang tidak terbatas wujud. -
Draṣṭum icchāmi te rūpam aiśvaram : “Aku ingin melihat rupa ilahi-Mu.”
→ Ini bukan berarti bentuk fisik, tetapi rūpa aiśvara , rupa ilahi, yaitu manifestasi alam semesta yang ditopang oleh Kesadaran. -
Puruṣottama : jiwa tertinggi yang melampaui kṣara (yang fana) dan akṣara (yang abadi) – dijelaskan dalam BG 15.17
→ Jadi Krishna sebagai Puruṣottama bukan berarti "pribadi tertinggi", tetapi metafora bagi Atman yang telah merealisasikan identitasnya dengan Brahman.
Dimensi Filosofis: Vishvarūpa adalah Proyeksi, Bukan Identitas Tuhan
Dalam kerangka Vedantik, Vishvarūpa bukanlah identitas sejati Tuhan. Ia adalah wujud simbolik , proyeksi dari Brahman melalui kekuatan Māyā. Krishna hanyalah nimitta , medium pengajaran.
Brahman tidak berwujud, tidak bisa dilihat, tidak bisa diungkapkan oleh pancaindra . Maka Vishvarūpa hanyalah rupaka , bukan svarūpa (hakikat asli) dari Tuhan.
Maka, permintaan Arjuna bukan bentuk devosi pada tubuh Krishna , tetapi permintaan kontemplatif untuk melihat bagaimana prinsip Kesadaran (Ātman) bisa menjadi seluruh jagat ini.
Adi Shankaracharya Tidak Pernah Bilang Krishna adalah Tuhan Pribadi
Sangat penting dicatat: Shankara tidak pernah mengatakan Krishna adalah Tuhan pribadi. Bahkan dalam komentarnya terhadap Bhagavad Gitā, beliau menjelaskan bahwa Krishna adalah īśvara , manifestasi yaitu Brahman untuk tujuan pengajaran dunia.
Mari kita kutip Sankara-bhāṣya di awal Bhagavad Gita:
“ Śrī Bhagavān uvāca — Śrībhagavān adalah sarvajña īśvaraḥ (Penguasa Mahata dan Pencipta jagat), yang adalah Brahman itu sendiri, mengambil wujud manusia sebagai Krishna hanya untuk menunjukkan jalan pengetahuan (jñāna) kepada Arjuna.”
Dalam komentarnya di BG 11.3 juga, beliau menegaskan bahwa Vishvarūpa itu bukan tubuh fisik Krishna, melainkan rūpam māyāmayam , wujud ilusi atau diwujudkan melalui kekuatan Maya. Artinya, wujud Vishvarūpa bukanlah bukti bahwa Krishna sebagai individu adalah Tuhan, melainkan Brahman yang wujudnya mengambil kosmik melalui medium Krishna.
Vishvarūpa Bukan Bukti Keilahian Pribadi
Artikel di atas seolah ingin menetapkan standar: "Kalau kamu mengakui Tuhan, menunjukkan wujud semesta." Tapi argumen ini justru kontraproduktif bagi Vedānta karena Tuhan yang sejati tidak berwujud (nirākāra) dan tidak bisa diobjektifikasi . Dalam banyak Upaniṣad:
Nānto na madhyaṁ na punas tadādiṁ
“Ia tidak punya awal, tengah, maupun akhir” (Śvetāśvatara Upaniṣad 3.9)
Dan:
Yasya prabhā prabhavato jagadanda-koṭi
“Cahaya-Nya adalah penyebab jutaan alam semesta” (Brahma-saṁhitā 5.40)
(NB: Walau ini dari Brahma-saṁhitā, tapi tetap menyatakan manifestasi bukan pribadi )
Dengan kata lain, manifestasi bukan berarti Tuhan itu pribadi , karena wujud itu hanya untuk pengajaran, bukan eksistensi sejati dari Brahman.
Justru Vishvarūpa Menegaskan : Krishna = Instrumen Brahman
Coba perhatikan sloka Bhagavad Gita 11.33:
nimitta-mātraṁ bhava savya-sācin
“Jadilah hanya alat (nimitta) saja, wahai Arjuna.”
Jika Krishna menyuruh Arjuna menjadi alat , maka Krishna sendiri pun hanyalah alat manifestasi Brahman . Bukti bahwa yang sejati bekerja adalah KĀLA (Waktu) , seperti yang ditegaskan Krishna sendiri:
kālo'smi loka-kṣaya-kṛt pravṛddho
“Aku adalah Waktu yang menghancurkan dunia” (BG 11.32)
Ini jelas bukan sosok Krishna manusia, tetapi aspek impersonal dari Tuhan , yaitu waktu sebagai kekuatan mutlak.
“Apakah Krishna Meminta Disembah Lewat Vishvarūpa?” – Bukan!
Sloka Bhagavad Gītā 11.3 kerap dijadikan senjata oleh kelompok Hare Krishna untuk menjustifikasi bahwa Krishna adalah Tuhan pribadi (personifikasi Tuhan) yang memiliki wujud semesta (Vishvarūpa) sebagai bukti keilahian-Nya. Mereka bahkan menarik pernyataan bahwa “jika seseorang mengaku Tuhan, maka dia harus bisa menampakkan bentuk semestanya seperti Krishna.” Tapi... apakah tafsir ini sahih secara Vedantik?
Jawabannya: tidak!
Kesalahan Logika Mereka: Menyamakan Manifestasi dengan Identitas
Dalam sloka 11.3, Arjuna berkata:
“Aku ingin melihat rupa keilahian-Mu, wahai Puruṣottama.”
Ini bukan pengakuan bahwa Krishna adalah Tuhan pribadi. Justru Arjuna menegaskan bahwa Krishna sudah menjelaskan jati dirinya sebagai prinsip ilahi (Ātman, Parameśvara), dan sekarang Arjuna ingin melihat bagaimana prinsip itu bermanifestasi, bukan karena ia ragu, melainkan untuk kepentingan pengajaran bagi dunia.
Vishvarūpa Bukan Tuhan Pribadi, Tapi Rupa Maya
Vishvarūpa adalah rupa aiśvara, bukan svarūpa. Artinya: ia adalah rupa pengajaran, bukan wujud sejati Tuhan. Dalam Vedānta, Tuhan yang sejati adalah nirākāra Brahman – tanpa bentuk, tanpa batas.
Adi Shankaracharya sendiri dalam komentarnya tidak pernah menyamakan Krishna dengan Tuhan pribadi. Ia justru menyebut Krishna sebagai manifestasi Brahman, bukan Brahman itu sendiri.
Tuhan Bukan Figur yang Bisa Dilihat
Jika “Tuhan” bisa ditunjuk dengan jari atau diminta menampakkan bentuk, maka itu bukan Tuhan, melainkan produk mental dan visualisasi.
Upanishad menegaskan:
na cakṣuṣā paśyati kaścanainam – "Dia tidak bisa dilihat dengan mata biasa."
(Kaṭha Upaniṣad 1.2.23)
Kesimpulan: Siapa “Aku” dalam Gita?
Dalam kacamata Advaita Vedānta dan tafsir asli Adi Shankaracharya:
-
“Aku” dalam Gita bukan Krishna sebagai manusia , tetapi perwujudan Brahman melalui wujud Krishna untuk tujuan pengajaran (upadeśa).
-
Vishvarūpa bukan bukti Krishna adalah Tuhan pribadi, tapi hanyalah rupa kosmik yang dimungkinkan oleh kekuatan Māyā .
-
Shankara tidak pernah menyembah Krishna sebagai pribadi , dia menyembah Nirguṇa Brahman , dan menyatakan mokṣa hanya dicapai melalui pengetahuan akan Atman sebagai Brahman .
Siapa pun yang mengatakan “Krishna menunjukkan Vishvarūpa maka Krishna = Tuhan pribadi”, telah memelintir makna sloka secara sektarian.
Yang ditunjukkan oleh Krishna bukan tubuh Tuhan, tapi rupa semesta sebagai simbol ajaran – bukan objek pemujaan. Maka, bukan siapa yang bisa menunjukkan Vishvarūpa yang Tuhan, tapi siapa yang bisa merealisasikan bahwa Vishvarūpa pun hanyalah bayangan dari Kesadaran Tertinggi — Brahman.
Jadi bro, kalau mereka bilang “kalau kamu Tuhan, tunjukkan wujud semestamu!”
Jawab aja:
“Tuhan yang sejati tak bisa ditunjukkan. Yang bisa kamu lihat, bukan Tuhan – hanya bayangannya.”