Vedic Ion Machine
Namaste,
Satu lagi hal yang sangat menarik tentang betapa majunya ilmu pengetahuan Veda dilaporkan di dalam Ancient Skies, sebuah majalah dua-bulanan diterbitkan oleh Ancient Astronout Society di Highland Park, Illinois. Sebuah artikel oleh Bhalchandra Patwardhan, dimuat ulang dalam Annual Research Journal-1997 dari Institute For Rewriting Indian (And World) History, menerangkan tentang Vedic Ion Engine.
Terdapat ayat-ayat dari bab ke-sepuluh Rig-veda yang merujuk kepada Seni Penerbangan, dan wahana yang dipakai untuk mampu melakukannya. Rishi Agung Bharadwaja menulis komentarnya, dalam sebuah buku bernama Yantra Vidya (Science of Machines), di dalamnya ia menjelaskan mekanisme yang menyediakan impulse yang diperlukan sebagai penggerak, serta kombinasi dari delapan sub-pasangan dan menggunakan prinsip interaksi antara energi surya dan Mercuri. Naskah kuno yang dikenal sebagai Vymaanika-Shastra memuat petunjuk-petunjuk detil dalam membangun sebuah mesin vortex mercuri (mercury vortex engine).
Kemudian, seorang ilmuwan Sanskrit, Shivkar Bapuji Talpade, melalui pengetahuan Sanskrit dan kreativitasnya membangun sebuah pesawat terbang mengikuti uraian dalam Rig-veda. Ternyata, ia berhasil mendemonstrasikan kemampuan pesawat terbangnya di tepi pantai di Bombay, India pada tahun 1895. Demonstrasi itu dihadiri oleh orang seperti Maharaja Sayajirao Gaekwad dari Baroda, dan dimuat oleh surat kabar terkemuka, Marathi, yang disebut The Kesari. Mari kita ingat bahwa ini adalah delapan tahun sebelum Wright Bersaudara berhasil melakukan penerbangan pertamanya di Kitty Hawk, North Carolina. Shivkar Bapuji Talpade menggunakan mesin terbang ini, Vedic Ion Engine, berhasil mencapai ketinggian 1.500 kaki.
Dasar-dasar Vedic Ion Engine adalah memanfaatkan arus pergerakan partikel-partikel ion berkecepatan sangat tinggi disamping gas bertempratur tinggi untuk mendorong pesawat terbang. Menariknya, di tahun 1980-an NASA berencana mengirimkan sebuah roket penyelidik bertenaga seperti Ion Engine untuk bertemu dengan komet Halley. Sebagaimana dijelaskan dalam artikelnya Bhalchandra Patwardhan, “Penghargaan teori Ion Engine telah diberikan kepada Robert Goddard, yang dikenal sebagai bapaknya roket berbahan-bakar cair. Itu diklaim bahwa dalam tahun 1906, jauh sebelum Goddard meluncurkan roket modern pertamanya, imajinasinya telah memahami ide tentang ion rocket.”
Tetapi ini tetap masih sesudah Talpade mendemonstrasikan hasil karyanya hanya dengan menggunakan informasi yang berasal dari Veda untuk membangun sebuah mesin terbang tanpa melalui riset dan pengembangan tambahan untuk menyempurnakannya. Terlepas dari itu, sebagaimana artikel itu melanjutkan, “Ion engine sekarang ini sedang dikembangkan oleh NASA untuk digunakan dikemudian hari, dengan beberapa kesamaan yang aneh, juga menggunakan unit mercuri bombardemen bertenaga sel surya [mirip seperti uraian dalam Veda]. Menariknya, impulse dihasilkan dalam tujuh tahapan. Pergerakan mercuri pertama-tama diuapkan, terus dialirkan ke dalam kamar pemutus dorongan, ionisasi, diubah menjadi plasma dikombinasi dengan elektron, terpecah secara elektris, dan kemudian diakselerasi melalui sebuah bukaan kecil di layar untuk memutar motor pada kecepatan antara 20,000 dan 50,000 meter per detik.”
Uraian ini banyak kesamaannya dengan mesinnya Talpade. Perbedaan besarnya adalah bahwa mesin milik NASA belum terbukti dan belum mendapatkan pengakuan, sementara mesinnya Talpade telah mengangkat pesawatnya ke udara setinggi 1.500 kaki.
Sepertinya NASA harus menggunakan beberapa petunjuk secara langsung informasi dari kitab kuno Veda untuk mempercepat penyempurnaan mesin mereka. Masalahnya adalah terlepas dari seberapa besar kemajuan yang telah dicapai oleh peradaban dalam bidang penerbangan, kenyataannya adalah bahwa pemikiran ilmiah bermula di peradaban Veda yang jauh lebih awal daripada di dunia Barat.
Lebih jauh lagi, masyarakat Veda terbukti telah membuahkan hasil dengan menggunakan prinsip-prinsip yang sekarang ini hanya kita temukan kembali.
Walaupun pada awalnya India memiliki banyak keunggulan di bidang ilmu pengetahuan, ada beberapa alasan utama mengapa mereka mulai surut. Salah satunya tentu karena perang besar Mahabharata di Kuruksetra. Kejadian ini memicu munculnya faksi dan kekacauan di dalam imperium global Veda yang selama ini menyokong dan membiayai institusi-institusi pendidikan di seluruh dunia yang merupakan pusat-pusat penyebaran ilmu pengetahuan dan pengembangannya. Kemudian, banyaknya invasi asing ke tanah India yang juga menghambat kemajuannya. Dari sini muncul dorongan untuk menjaga dan melindungi kerahasiaan dari penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dari penyebaran. Lebih jauh lagi, invasi-invasi itu pada umumnya terlalu menekan penduduk, begitu juga dengan para penguasa lokal, mempunyai masalah lain yang perlu mendapatkan perhatian, dan pada akhirnya, banyak orang menjadi lebih mementingkan masalahnya sendiri dan menjadi apatis atas pengembangan ilmu pengetahuan yang pernah membuat India berjaya di seluruh dunia. Oleh karena itu, riset-riset di bidang ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan di India pada jaman dahulu seiring dengan perjalanan waktu dianggap hanya sekedar barang antik. Terlepas dari itu semua, telah terbukti merupakan kontribusi yang sangat besar bagi dunia dan perkembangannya, yang harus kita lanjutkan di jaman sekarang ini.
Bahkan ilmu pengetahuan dan teknologi spiritual yang kita pelajari saat ini dengan jelas sangat dipahami di jaman Veda.
Seperti yang kita kenali atas apa yang disebut sebagai ajaran “New Age”, atau pemahaman baru tentang kehidupan setelah kematian sampai dengan ‘out-of-body dan near-death experiance’ yang dimiliki, banyak dari informasi dan pengalaman yang disebutkan ini telah dikenal dan dibahas ribuan tahun yang lalu di dalam ajaran-ajaran Veda. Bahkan tehnik-tehnik relaksasi, memperluas kesadaran kita, visualisasi dan meditasi, terhubung dengan energi yang lebih tinggi dan mahluk-mahluk dengan tingkat kebajikan lebih tinggi, pertemuan dengan para malaikat, atau mempersiapkan kematian–sebagai transisi final, yang semuanya adalah ilmu-ilmu tua. Itu bukan barang baru kalau anda melihat kembali ke dalam ajaran-ajaran kuno yang terdapat di dalam pustaka suci Veda. Disanalah akar dari segalanya bisa ditemukan. Kita hanya mempelajari kembali apa yang telah dikenal sebelumnya beribu-ribu tahun yang lampau.
sumber vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar