Google+

Vedic Mathematics - matematika di dalam kitab weda

Vedic Mathematics


A. Pendahuluan

Vedic Mathematics adalah suatu sistem penyelesaian permasalahan matematika yang bersumberkan dari Veda, khususnya Atharvaveda. Perkembangan matematika yang bersumber dari ajaran Veda ini diprakarsai oleh Shri Bharati Krishna Tirthaji. Dengan menggunakan sistem Veda kuno ini kita dapat menyelesaikan perhitungan aritmatik dengan cepat bahkan diklaim mengalahkan metode matematika termodern saat ini.

Asal angka adalah dari India. angka telah digunakan oleh orang India didalam acuan Matematika mereka pada abad ke-VI. Sistem nomor ini menyebar dari India ke Arab dan dari sana menyebar ke Eropa pada abad ke-XII.

Penemuan sistem angka yang modern memiliki nomor berkisar antara 1-9, dan konsep nol (angka nol) telah diakreditasikan terhadap India, simbol 0 berasal dari India. Angka ini telah digunakan dalam astronomi Hindu dan acuan Matematika seperti “Bhakhsali” (300 Masehi), “AryaBhata” (500 M) dan “Panch Sidhantica” (600 M).


Istilah sinus berasal dari India. Dipopulerkan oleh matematikawan dan astronom Aryabhata yang berarti setengah nada, ”ardha-jya” sebelum terus diubah sampai Gerard dari Cremona yang mengalihbahasakan Almagest (ingat: Ptolemy) pada penghujung abad 12, mengganti kata di atas ke dalam bahasa Latin yang artinya lebih-kurang sama, yaitu sinus. Dan adalah Aryabhatta yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha Brahmana, Baudhayanasutra, dll.

Sebagaimana dilaporkan dalam Indian Studies in Honor of Charles Rockwell (Harvad University Press, Cambridge, MA Edited by W.E. Clark, 1929), Sebokht menulis bahwa penemuan-penemuan bangsa India dalam bidang astronomi lebih jenius dibandingkan dengan bangsa Yunani atau Babylonia, dan sistem angka (decimal) mereka lebih unggul. (N.S. Rajaram, p.157, 1995)

Penemu pertama Calculus modern adalah orang India bernama Bhaskaracarya, dimana orang-orang mengira itu merupakan kontribusi dari Newton atau Liebnitz. Penggunaan aljabar, trigonometri, kwadrat dan akar pangkat tiga juga pertama kali dimulai di India.

Aryabhatta (497 A.D.) yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha Brahmana, Baudhayanasutra, dll.

Prof. R.G. Rawlinson menyatakan, “Hampir semua teori, kepercayaan, filsafat, dan matematika, yang diajarkan oleh Pythagoras sudah dikenal di India pada abad keenam B.C”.
Demikianlah sebagian kecil hal yang diungkapkan di dalam kitab suci Weda yang ilmiah, Kitab Suci Agama Hindu yang menjabarkan sains atau ilmu pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan modern saat ini


B.Metode Pengkuadratan

Beberapa metode yang diajarkan dalam Veda antara lain sebagai berikut:
Metode pengkuadratan
Metode ini sangat mudah dalam mengkuadratkan bilangan antara 10-19. Perhatikan contoh berikut :
112 = ((11 + 1) .10) + 12 = 121
122 = ((12 + 2) .10) + 22 = 144
132 = ((13 + 3) .10) + 32 = 169
142 = ((14 + 4) .10) + 42 = 196
172 = ((17 + 7) .10) + 72 = 289
192 = ((19 + 9) .10) + 92 = 361
……..dan seterusnya.

Gampang khan?…………………

Asal dari metode ini adalah dari rumusan (a + b)(a − b) = a2 − b2 dan
(a + b) 2 = a2 + 2ab + b2.

Untuk bilangan puluhan dengan bilangan satuan 5, dapat digunakan metode berikut :
Contoh : 35 × 35 = (3 × (3 + 1). 100) + 25 = 1225
45*45=(100.4(4+1))+25=2025
95*95=(100.9(9+1))+25=9025

Dasar perhitungan diatas adalah sebagai berikut :
Berdasarkan persamaan dasar (a + b) 2 = a2 + 2ab + b2 , jika a = 10 k,
dimana k adalah konstanta dan b = (10 k + 5)5,
sehingga 2 = 100k2 + 100k + 25 = 100k(k + 1) + 25.
Contoh :
Jika kita ambil 452 (10 . 4 + 5)2 = (100.,
jadi k = 4 4(4 + 1)) + 25 = 2000 + 25 = 2025

Metode ini juga bisa dipakai jika digit terakhir bukan 5, tapi dengan catatan masih merupakan bilangan puluhan dengan digit sebelumnya sama.
Contoh :
37 × 33 = (100(3 × 4)) + 7 × 3 = 1221
29 × 21 = (100(2 × 3)) + 9 × 1 = 609

Perhitungan ini berdasarkan persamaan (a + b)(a − b) = a2 − b2, dengan mengkombinasikan persamaan sebelumnya didapat (10c + 5 + d)(10c + 5 − d) = (10c + 5)2 − d2 = 100c(c + 1) + 25 − d2 = 100c(c + 1) + (5 + d)(5 − d).


C. Desimal

Pembagian yang memerlukan perhitungan yang rumit biasanya yang tidak dapat difaktorkan dengan 2 atau 5, sehingga kita memerlukan alat bantu. Dengan sistem Veda kita dapat menghitung hal seperti ini dengan relatif mudah.
Contoh : 1/19 = …? (9 angka di belakang koma)

Untuk menyelasikan hal ini, Veda menyediakan beberapa metode, antara lain :

1. Menggunakan perkalian
• Kita mulai dari digit terakhir : 1
• Multiplikasikan dengan 2 (ini adalah digit “kunci” dari Ekadhikena)21
• Multiplikasi 2 dengan 2, ikuti multifikasi 4 dengan 2, 421 → 8421
• Sekarang multifikasikan 8 dengan 2, (=16, 68421 ,1 ← carry
• Multiplikasi 6 dengan 2 = 12 ditambah 1 carry sehingga menjadi 13, 368421, 1 ← carry
• Selanjutnya 7368421 → 47368421 → 947368421, 1

Sekarang kita memiliki jawaban sampai 9 digit dan dengan total 18 digit ( = denominator − numerator ):
052631578
947368421
Jadi hasilnya dengan ketelitian 18 angka di belakang koma adalah ,052631578947368421

2. Menggunakan pembagian 0 dengan sisa 1
• Kita bagi 1 dengan 2, .0 2
• Selanjutnya bagi 10 dengan 2 .05
• Terus 5 dibagi 2 dengan sisa 1 .052 6
• Selanjutnya12 (sisa ,2) dibagi 2 .0526
• Dan seterusnya……

Dengan contoh lain, untuk 1/7, atau sama dengan 7/49 dengan digit terakhir adalah 9. dan digit sebelumnya 4. 4 ditambahkan 1 adalah 5.
jadi kita multifikasikan/diderivatifkan dengan 5, sehingga menjadi:
.142,857 (berhenti pada 7 − 1 142857  42857  2857  857  57 …7 digits) 3 2 4 1 2
Jadi hasilnya adalah 0,142857 (dengan pembulatan)


D. Ketika Samuccaya sama, maka Samuccaya adalah nol

Kata Samuccaya memiliki banyak arti dalam penerapan yang berbeda.
Sebagai contoh untuk “12x + 3x = 4x + 5x”, x adalah faktor yang memiliki nilai penyelesaian dengan nilai 0. Arti lain dari Samuccaya kemungkinan sebagai suatu perubah yang independen.

Untuk mudahnya dapat kita ambil contoh persamaan berikut :
(x + 7)(x + 9) = (x + 3)(x + 21).
Samuccaya-nya adalah 7 × 9 = 3 × 21. Untuk itu nilai x = 0 adalah pernyelesaian.

Arti lainnya dapat kita lihat pada penjumlahan suatu persamaan dalam bentuk pecahan seperti contoh berikut :
1/(2x − 1) + 1/(3x − 1) = 0. itu berarti 5x – 2 = 0.

contoh lainnya sebagai berikut :
yang berarti 4x + 16 = 0 or x = −4.

sumber vedasastra.wordpress. com/2010/01/01/vedic-mathematics-perkudratan
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar