Dewa, Who are You???? Tuhan atau siapakah diriMU?
Dewa (bahasa Inggris: Deity) adalah makhluk supernatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia., disembah, dianggap suci dan keramat, dan dihormati oleh manusia.
Dewa dianggap berwujud bermacam-macam, biasanya berwujud manusia atau binatang. Mereka hidup abadi. Mereka memiliki kepribadian masing-masing. Mereka memiliki emosi, kecerdasan, seperti layaknya manusia. Beberapa fenomena alam seperti petir, hujan, banjir, badai, dan sebagainya, termasuk keajaiban adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Mereka juga mengatur aspek-aspek dalam kehidupan manusia dan menentukan nasibnya. Mereka pula dapat memberi hukuman. Beberapa Dewa tidak memiliki kemahakuasaan penuh, mereka disembah dengan sederhana.
Para makhluk supernatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia yang berjenis kelamin pria disebut Dewa, sedangkan Dewi adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita.
Etimologi
Kata Dewa muncul dari Hindu, yakni dari kata ‘’ Deva’’ atau ‘’Daiwa’’(bahasa Sansekerta), yang berasal dari kata ‘’“div”’’, yang berarti “sinar”. Kata Dewa dalam bahasa Inggris sama dengan “Deity”, dalam bahasa Perancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, Bahasa Latin “dies” dan “divum”, mirip dengan bahasa Sansekerta “div” dan “diu”, yang berarti “langit”, “sinar”, “hari”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devati” (dewata). Kata “deva” (sinar; langit) sama sekali tidak ada hubungannya dengan kata “devil” (iblis; setan).
Istilah Dewa diidentikkan sebagai makhluk suci yang berkuasa terhadap alam semesta. Meskipun pada aliran polytheisme menyebut adanya banyak Tuhan, namun dalam bahasa Indonesia, istilah yang dipakai adalah Dewa (contoh: Dewa Zeus, bukan Tuhan Zeus). Biasanya istilah Dewa dipakai sebagai kata sandang untuk menyebut penguasa alam semesta (atau “The Lord”, penguasa) yang jamak, bisa dibayangkan dan dilukiskan secara nyata, sedangkan istilah Tuhan dipakai untuk penguasa alam semesta yang maha tunggal dan abstrak, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibayangkan.
Hubungan antara Dewa dengan manusia
Para Dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit, di bawah bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi, di hutan belantara, namun dapat berhubungan dengan manusia karena manifestasi atau kekuatan supernaturalnya. Dalam agama monotheistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena kemahakuasaannya beliau juga ada dimana-mana sehingga dapat berhubungan dengan umatnya kapanpun dan dimanapun, namun secara kasat mata. Dalam pandangan umat beragama (monotheistik, politheistik, pantheistik) sesungguhnya Tuhan ada dimana-mana, namun untuk memuliakannya Beliau disebutkan tinggal di surga.
Dalam politheisme, para Dewa digambarkan sebagai makhluk yang memiliki emosi dan wujud seperti manusia, sangat berkuasa, dan antara manusia dan para Dewa ada perbedaan yang sangat menonjol. Para Dewa tinggal di surga sedangkan manusia tinggal di bumi. Karena para Dewa tinggal di surga, maka para Dewa memiliki kekuasaan dan kesaktian untuk mengatur, menghukum atau memberkati umat manusia. Sementara para Dewa berkuasa, maka manusia memujanya dan memberikan persembahan agar dibantu dan diberkati oleh kemahakuasaan-Nya.
Dewa yang tunggal
Dalam agama monotheisme, Dewa hanya satu dan sebutan Tuhan adalah sebutan yang umum dan layak. Tuhan merupakan sesuatu yang supernatural, menguasai alam semesta, maha kuasa, tidak dapat dibayangkan dan tidak bisa dilukiskan. Agama monotheisme enggan untuk mengakui adanya Dewa-Dewa karena dianggap sebagai Tuhan tersendiri.
Dalam Hindu dan Buddha, meskipun meyakini satu Tuhan, namun ada makhluk yang disebut Dewa yang diyakini di bawah derajat Tuhan. Dalam filsafat Hindu, para Dewa tunduk pada sesuatu yang maha kuasa, yang maha esa, dan yang menciptakan mereka yang disebut Brahman (sebutan Tuhan dalam agama Hindu). Dalam agama Buddha, para Dewa bukanlah makhluk sempurna dan memiliki wewenang untuk mengatur umat manusia. Para Dewa tunduk pada hukum mistik yang mengikat diri mereka pada karma dan samsara.
Dalam hal ini, Tuhan adalah sesuatu yang agung dan mulia, tidak bisa disamakan dengan Dewa dan tidak ada yang sederajat dengannya. Meskipun ada agama yang meyakini banyak Dewa (seperti Hindu dan Buddha) namun jika memiliki konsep Ketuhanan yang Maha Esa, para Dewa dianggap sebagai makhluk suci atau malaikat dan tidak sederajat dengan Tuhan.
Pandangan mengenai Dewa-Dewi
Menurut agama Hindu
Dalam Hindu, Dewa (atau Deva, Daiwa) adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Para Dewa merupakan pengatur kehidupan dan perantara Tuhan dalam berhubungan dengan umatnya. Dewa-Dewi tersebut seperti: Brahma; Wisnu; Siwa; Agni; Baruna; Aswin; Kubera; Indra; Ganesa; Yama; Saraswati; Laksmi; Surya.
Karena ditemukan konsep keTuhanan yang maha Esa, Dewa-Dewi dalam Hindu bukan Tuhan tersendiri. Dewa-Dewi dalam agama Hindu hidup abadi, memiliki kesaktian dan menjadi perantara Tuhan ketika memberikan berkah kepada umatnya. Musuh para Dewa adalah para Asura.
Menurut Hindu, para Dewa tinggal di suatu tempat yang disebut Swargaloka, suatu tempat di alam semesta yang sangat indah, sering disebut surga. pemimpin di sana ialah Indra, raja surga, pemimpin para Dewa.
Dewa dalam Weda
Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Waruna dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura. Menurut ajaran Hindu, Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, Bayu) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri.
Dalam kitab-kitab Veda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan.
Dalam kitab suci Bhagawad Gita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara Sri Krishna bersabda:
“setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut”. (bhagawadgita VII.22)
Beberapa Dewa dan Dewi dalam agama Hindu
- Agni (Dewa api)
- Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
- Brahma (Dewa pencipta, kebijaksanaan)
- Candhra (Dewa bulan)
- Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
- Ganesha (Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
- Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
- Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)
- Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, sakti Dewa Visnu)
- Saraswati (Dewi pengetahuan, sakti Dewa Brahma)
- Shiwa (Dewa pelebur)
- Sri (Dewi pangan)
- Surya (Dewa matahari)
- Waruna (Dewa laut dan samudra)
- Wayu / Bayu (Dewa angin)
- Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)
- Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
Yaksa (berasal dari bahasa Sansekerta) adalah sejenis makhluk mitologis, setengah manusia, setengah dewa. Yaksa seringkali dihubungkan dengan raksasa.
Menurut agama Buddha
Dalam agama Buddha, Dewa adalah salah satu makhluk yang tidak setara dengan manusia, memiliki kesaktian, hidup panjang, namun tidak abadi. Agama Buddha mengenal banyak Dewa, namun mereka bukan Tuhan, mereka tidak sempurna dan tidak maha kuasa. Mereka (para Dewa) adalah makhluk yang sedang dalam usaha mencari kesempurnaan hidup.
Para Dewa tidak selalu sama dengan Bodhisattwa. Para Dewa masih terikat pada karma dan samsara.
Menurut bangsa Mesir Kuno
Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir kuno menyembah banyak Dewa dan belum menemukan paham Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan Mesir kuno, para Dewa merupakan makhluk-makhluk yang lebih berkuasa daripada umat manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan umat manusia. Mereka memberkati manusia, melindungi manusia, menghukum manusia, dan mencabut ajal manusia.
Dewa-Dewi dalam kepercayaan bangsa Mesir Kuno merupakan penguasa setiap bagian dan unsur alam. Para Dewa merupakan Tuhan tersendiri sesuai dengan kemahakuasaan yang dimilikinya. Para Dewa yang menentukan nasib setiap orang.
Bangsa Mesir kuno sangat memuliakan Dewa mereka.Tempat memuja para Dewa dan sesuatu yang berkaitan dengan para Dewa (seperti kitab, pusaka, dan kutukan) sangat dikeramatkan. Konon makam-makam para Raja dan kuil-kuil Mesir dilindungi Dewa dan mengandung suatu kutukan bagi orang yang berniat jahat.
Pada zaman Mesir kuno, Dewa yang banyak dipuja dan dianggap sebagai Dewa tertinggi adalah Dewa matahari, Ra (Amon-Ra). Beliau merupakan Dewa yang banyak disembah di daratan Mesir. Kuil Abu Simbel didirikan untuk memujanya. Setelah itu, Dewa yang banyak dipuja adalah Osiris, Dewa kehidupan alam, penguasa akhirat.
Menurut mitologi Yunani
Menurut mitologi Yunani, para Dewa adalah makhluk yang lahir seperti manusia, namun memiliki kemahakuasaan untuk mengatur kehidupan manusia. Mereka mengatur aspek-aspek dalam kehidupan manusia. Mereka tidak pernah sakit dan hidup abadi. Setiap Dewa memiliki kemahakuasaan tersendiri sesuai dengan kepribadiannya.
Nenek moyang para Dewa adalah Chaos. Para Titan adalah anak Gaia, keturunan Chaos. Para Titan melahirkan Dewa-Dewi Yunani, seperti Zeus putera Kronus, yang selanjutnya Zeus melempar para Titan dan akhirnya ia bersama para Dewa yang lain menjadi makhluk yang berkuasa dan mengatur kehidupan manusia.
Menurut mitologi Yunani, para Dewa tidak tinggal di surga, tetapi tinggal di gunung Olympus. Di sana mereka berkumpul dan dipimpin oleh Zeus, raja para Dewa.
Sebelum kedatangan agama Kristiani, penduduk Yunani menyembah para Dewa. Mereka membuatkan kuil khusus untuk masing-masing Dewa. Dewa-Dewi yang dipuja tersebut, misalnya: Zeus; Hera; Ares; Poseidon; Aphrodite; Apollo.
Menurut mitologi Norwegia
Dalam mitologi Norwegia, para Dewa merupakan makhluk yang mahakuasa, seperti manusia namun hidup abadi. Mereka bersaudara, beristri dan memiliki anak. Para Dewa dibagi menjadi dua golongan, Aesir dan Vanir. Aesir adalah Dewa-Dewi langit, sedangkan Vanir adalah Dewa-Dewi bumi. Aesir tinggal di Asgard sedangkan Vanir tinggal di Vanaheimr.
Menurut mitologi Norwegia, para Dewa tidak terkena penyakit dan tidak terkena dampak dari usia tua. Para Dewa hidup abadi meskipun dapat terbunuh dalam pertempuran. Para Dewa menjaga keabadiannya dengan memakan buah apel dari Idun, Dewi kesuburan dan kemudaan. Para Dewa mampu bertahan hidup sampai Ragnarok tiba.
by cakepane.blogspot berbagai sumber
gambaran dewa dewi untuk umat Hindu seperti ini, adalah satu info yang bermanfaat. karena terkadang kita tidak mengenal apa keunggulan dari dewa-dewi tersebut. karena terkadang doa yang betul baru bisa diwujudkan ketika kita berdoa meminta hal yang memang menjadi kekuatan utamanya.
BalasHapussupport also our site
- Prediksi Angka Sgp
- Bocoran Angka Hk
- Prediksi Sydneypools
- Rajatoto