Google+

Mengapa ber-Meditasi ?

Mengapa ber-Meditasi ?

Meditasi dapat menjernihkan sifat asli manusia sebagai mahluk spiritual.
Dalam kejernihan spiritual, cahaya ilahi yang demikian penuh kasih sayang akan memancarkan kekuatannya. Keilahian akan menghancurkan dinding kebodohan. Sebenarnya inilah misi para nabi dan rasul.

Para nabi, rasul, guru suci atau apa pun sebutannya, hadir untuk hancurkan kebodohan atau kejahiliyahan.

Kebodohan adalah jurang pemisah antara manusia dengan Tuhan.


Hanya mahluk bodoh-lah yang menganggap Tuhan begitu jauh, hingga berani menganiaya mahluk hidup, merusak lingkungan, melakukan korupsi, bahkan naik haji dengan uang hasil curian. Ada pula yang bunuh diri demi menemui tuhan. Celakanya, mahluk bodoh ini meledakkan diri di tempat umum hingga memaksa orang lain bertemu tuhan bersama dirinya.

Cukup sudah kebodohan ini terjadi.

Perhatikan Quran mengatakan, “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat” (Qs 2:186).

Kitab Atharva juga mengatakan: “Kau berada dan telah berada begitu dekat pada Beliau dan masih juga kau tidak melihat Beliau” (Atharva X:8:32)

Sudahkah Anda merasakan kedekatan dengan Tuhan?
Kedekatan yang menggetarkan tiap partikel atom dalam tubuh Anda.
Kedekatan yang meruntuhkan ego dan kesombongan.
Kedekatan yang membuat Anda tak tega untuk menghembuskan asap rokok pada orang lain.
Kedekatan yang menghentikan Anda untuk korupsi, menipu, mencuri, apalagi membunuh.
Kedekatan yang menghentikan Anda merusak diri sendiri dari berbagai kecanduan, dan seterusnya.

Manusia adalah satu di antara mahluk di bumi ini, mungkin juga satu-satunya, yang mengenal spiritual. Ini merupakan pembeda antara manusia dengan binatang. Kenyataannya, hanya manusia lah di muka bumi ini yang punya agama dan kepercayaan. Manusia memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Dari sisi ini, manusia memiliki potensi untuk hidup lebih berperasaan, berkeadilan, hingga tercerahkan.

Namun, kenyataan seringkali bertentangan. Kekerasaan yang tak berperasaan acapkali hadir silih berganti. Penebangan liar hutan, perusakan laut, pencemaran udara, penggalian gunung hingga jadi jurang. Parahnya, semua ini ulah mereka yang memiliki pendidikan tinggi, hidup cukup relijius, dan dipercaya untuk melindungi kekayaan negara.

Lebih gila lagi, ada pula oknum manusia yang melakukan kekerasan atas nama Tuhan. Bercita-cita meraih sorga di langit, meski membuat bumi jadi neraka. Demi sorga, bom meledak di mana-mana. Dan, semua ini ulah mereka yang konon berpendidikan relijius cukup tinggi.

Mengapa semua ini terjadi? Bukankah mereka memiliki perasaan.

Yoga menyebutnya sebagai tercemarnya sifat asli manusia. Inilah jahiliyah, dalam istilah sansekrta disebut avidya, atau ‘kebodohan’.

Sudahkah Anda merasa dekat dengan Tuhan? Ya, hanya me“rasa” saja.
Benar-benar merasa, bukan teori dan omongan. Sebagai mahluk spiritual, “rasa” dekat ini harus Anda dapatkan.

Rasa dekat harus Anda dapatkan. Tidak hanya di masjid, gereja, atau tempat suci yang Anda yakini. Tapi, menyertai di mana saja Anda berada, di kantor, di pasar, bahkan di wc sekali pun.
Bila Anda belum merasakan, maka duduklah yang nyaman dan pejamkan mata Anda. Mari kita bermeditasi!

Meditasi adalah keterampilan, sebagaimana mengendarai sepeda atau menyetir mobil. Yang dibutuhkan hanyalah praktek dan kebiasaan, bukan teori.

Untuk meditasi, Anda tidak perlu pindah agama atau ganti kepercayaan. Meditasi bukan agama. Tapi, meditasi dikenal dalam semua agama. Tentu dengan istilah yang berbeda.

“Kenalilah dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu.”

Meditasi adalah upaya mengenali diri sendiri. Yang Anda butuhkan hanyalah “diam”. Upacara “diam” ini memang terdengar aneh. Inilah yang harus Anda lakukan.

Dalam Islam, upacara diam ini disebut I`tikaf, berasal dari kata Arab waqofa yang berarti diam, berhenti. Upacara “diam” terbesar ada dalam ibadah Haji, yaitu wukuf, yang secara bahasa juga berarti “diam”.

Oleh karena itu, marilah kita “diam”. Lalu Anda akan me“rasa”kan kehadiran “Dia”. DIA yang bersemayam dalam keheningan. Untuk menemukan Dia, Anda tidak perlu kemana-mana. Anda hanya cukup “diam”.

“Diam” adalah kata yang mudah diucapkan, namun sulit dilakukan. Orang yang sulit “diam”, akan mudah stress bahkan tidak bisa tidur nyenyak. Bila Anda kesulitan untuk “diam”, maka carilah guru “diam”.

Untuk bisa “diam”, maka carilah guru yang juga bisa “diam”. Guru yang bisa “diam” memiliki spiritualitas yang tinggi. Ia akan menyejukkan emosi Anda.

Bagaimana mencarinya?
Tentu Anda perlu pasang mata dan telinga. Mereka sangat langka. Boleh jadi Anda akan mengeluarkan uang berjuta-juta atau bahkan tidak keluar uang sama sekali. Yang pasti, guru “diam” bukan dari kalangan mahluk yang kecanduan. selamat mencari….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar