Untuk mendukung rencana tersebut maka I Dewa Gde Ngurah
pemecutan menyediakan ahli bangunan dari Kerajaan Taman Bali diantaranya I
Tarukan, I Karang dan I Gunung. Tidak berapa lama Kerajaan Baru telah selesai
didirikan dan diberi nama Geriya Anyar karena didirikan diatas Geriya Ida
Pedanda Tarukan. Lama kelamaan Geriya Anyar berubah menjadi Puri Agung Gianyar
dan Dewa Manggis Api dinobatkan sebagai Raja I Puri Gianyar dengan gelar I
Dewa Manggis Sukawati tahun 1771 Masehi.
Kembali lagi kepada I Dewa Agung Made setelah sekian lama
beliau berdiam di Kerajaan Badung minta perlindungan Ida Bhatara Sakti, beliau
ingin mengembalikan kedudukannya sebagai raja di Puri Peliatan. Ida Bhatara
Sakti dapat mengerti hal tersebut dan setelah dilakukan perundingan dengan
putra putra beliau maka diputuskan untuk memberi tugas kepada Kiyayi Anglurah
Wayahan Gerenceng untuk melaksanakan tugas tersebut.
Ida Bhatara Sakti memerintahkan untuk mengempur kerajaan
Sukawati sampai bertekuk lutut, Kiyayi Anglurah Wayahan Gerenceng mohon restu
Ida Bhatara Sakti dan meninggalkan bale penangkilan puri Agung Pemecutan dan
mempersiapkan laskar Badung untuk menggempur Kerajaan Sukawati dengan kekuatan
inti warga Pulasari karena ibu beliau berasal dari warga Pulasari, maka Kiyayi
Anglurah Wayahan Gerenceng dianggap sebagai kewangen oleh warga Pulasari dan
mereka akan membantu sampai titik darah penghabisan.
Diceritakan laskar Pemecutan dibawah pimpinan Kiyayi
Anglurah Wayahan Gerenceng sudah berada di seberang sungai disebelah Barat Puri
Sukawati, Rakyat Sukawati yang sudah mengetahui kedatangan musuh tersebut
mengadakan perlawanan dengan hebat, korban berjatuhan diantara kedua belah
pihak. Karena kewalahan menghadapi serangan tersebut laskar Sukawati yang ada
di Puri Peliatan terpaksa ditarik untuk mempertahankan Puri Sukawati.
Namun usaha tersebut gagal karena kuatnya perlawanan dari
laskar Badung maka Raja Sukawati I Dewa Agung Gde merintahkan kepada seluruh
pasukannya untuk mundur dan menyingkir ke Tojan Blahbatuh. Namun karena di desa
Blahbatuh dirasa masih kurang aman maka beliau memutuskan untuk minta
perlindungan kepada I Dewa Manggis Sukawati yang baru dinobatkan sebagai Raja
Gianyar.
Laskar Badung terus menyerbu kedalam Puri Sukawati dan
berhasil menduduki Puri Sukawati. Sungai yang dipakai untuk medan pertempuran
kemudian dinamakan sungai Gerenceng dan lama kelamaan disebut sungai Cengceng.
Kembali kepada adik Raja Sukawati yaitu I Dewa Agung Made yang minta
perlindungan kepada Raja Pemecutan, setelah mendengar kekalahan I Dewa Agung
Gde, beliau kemudian mohon pamit kepada Ida Bhatara Sakti untuk kembali ke
Purinya di Peliatan.
I Dewa Agung Gde yang minta perlindungan kepada Raja
Gianyar I Dewa Manggis, disana beliau diterima dengan sangat baik karena I Dewa
Manggis merasa berhutang budi kepada ayah beliau semasa I Dewa Manggis mengabdi
di kerajaan Sukawati. Dibawah bimbingan raja Gianyar tersebut tingkah laku I
Dewa Agung Gde banyak mengalami perubahan, dimana dulunya tidak hirau dengan
ilmu kenegaraan maka sekarang beliau dapat belajar banyak dari I Dewa Manggis
tentang bagamana seharusnya tingkah laku sebagai seorang Raja sehingga dicintai
oleh rakyat.
Melihat perubahan sikap I Dewa Agung Gde tersebut timbul
niat Raja Gianyar I Dewa Manggis untuk mengembalilan posisi I Dewa Agung Gde
sebagai Raja Sukawati. Untuk maksud tersebut sebagai tahap awal I Dewa Manggis
mengadakan kontak dengan I Dewa Agung Made Raja Peliatan untuk menjelaskan
maksud beliau agar kedua Raja bersaudara tersebut bisa hidup rukun kembali.
I Dewa Manggis mengharapkan keiklasan I Dewa Agung Made
untuk datang ke Kerajaan Badung mohon kepada Ida Bhatara Sakti untuk menarik
laskar pemecutan dibawah pimpinan Kiyayi Anglurah Wayahan Gerenceng di Kerajaan
Sukawati.
I Dewa Agung Made dapat menyetujui saran tersebut dan
setelah melalui beberapa kali perundingan antara Raja Peliatan dengan Raja
Badung maka akhirnya diputuskan untuk menarik laskar Badung dari Kerajaan
Sukawati. Kiyayi Anglurah Wayahan Gerenceng selama menjalankan pemerintahan di
Kerajaan Sukawati pernah membangun Banjar Pemecutan dan peninggalan tersebut
masih ada sampai sekarang.
Dan sebagai rasa terima kasih raja Gianyar I Dewa Manggis
Sukawati kepada pimpinan laskar Badung Kiyayi Anglurah Wayahan Gerenceng maka
seorang gadis keturunan Meranggi putri pembesar kerajaan Gianyar diserahkan
kepada Kiyayi Anglurah Wayahan Gerenceng. Putri tersebut akhirnya diberikan
kepada Putra beliau yaitu Kiyayi Agung Made Gerenceng sehingga melahirkan
keturunan Kiyayi Agung Gde Meranggi.
Untuk menjamin suasana perdamaian tersebut maka Raja
Gianyar I Dewa Manggis memberikan maklumat kepada kedua raja bersaudara
tersebut bahwa bila ada salah satu dari Raja tersebut menyerang Raja lainnya
maka Raja Gianyar akan memihak kepada Raja yang diserang. Maka mulai saat itu
kedua kerajaan bersaudara tersebut ada dibawah kekuasaan Raja Gianyar.
I Dewa Agung Gde kemudian kembali memerintah kerajaan
Sukawati dan menurukan pertisentana (keturunan) Cokorda Ubud, Cokorda Payangan
dan Cokorda Singapadu. Demikianlah akhir dari ekspedisi Laskar Pemecutan ke
daerah Sukawati dan Kiyayi Anglurah Wayahan Gerenceng kembali ke Puri
Pemecutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar