Pada Zaman Pemerintahan Dalem Sri Kresna Kepakisan tahun
1350 dari Kerajaan Gelgel maka salah satu patih beliau yang bernama Kirarya
Wang Bang Pinatih Mantra atau Arya Demung Wang bang Pinatih mendirikan Puri
kertalangu yang berlokasi sekarang di Kantor Bappeda – Balitex. Kertalangu
mengandung arti sempurna dan indah.
Pada lokasi yang sama juga dibangun sebuah pura disebelah
selatan puri yang sekarang menjadi pura Dalem Kesiman yang terletak di sebelah
barat Tukad Ayung. Asal usul Kesiman berawal dari ajaran mendesa dimana Kesiman
berasal dari kata Sima yang artinya adat-istiadat. Wilayah yang menjadi
kekuasaan Puri Kertalangu adalah Batan Buah, Kedaton sebelah timur, Kebon Kuri
dan wilayah sekitarnya termasuk Kehen.
Runtuhnya Puri Kertangu berawal dari perselisihan antara
Raja Kertalangu I Gusti Ngurah Agung Pinatih dengan I Dukuh Pahang.
Dalam perselisihannya Raja Kertalangfu tidak percaya bahwa I Dukuh Pahang
apabila nantinya meninggal tidak dengan jalan moksah sehingga Raja Kertalangu
mengatakan kalau itu benar terjadi maka beliau tidak akan menjadi Raja lagi di
Puri kertalangu.
Karena ucapannya tersebut I Dukuh Pahang merasa
tersinggung dan mengeluarkan kata kata “ Dumadak I Ratu Kakawonang antuk semut,
agelis Ratu Kesah saking panegara Badung, kerebut dening semut ( Semoga raja
diserang oleh semut dan segera meninggalkan wilayah Badung ). Semenjak saat itu
Puri Kertalangu mengalami kemunduran dan terbukti Puri Kertalangu diserang oleh
beribu ribu semut sehingga menyebabkan Raja Kertalangu I Gusti Ngurah Agung
Pinatih dengan diiringi oleh rakyatnya yang masih setia meninggalkan Puri
Kertangu menuju kearah selatan menuju pantai dan berakhir di desa Tulikup dan
Desa Sulang.
Adanya kekosongan kepemimpinan di wilayah Kertangu
menyebabkan suasana menjadi kacau balau dan ketidak hadiran seorang pemimpin
sangat dirasakan pada saat upacara keagamaan dimana banyak pelinggih pelingih
yang rusak karena tidak ada lagi yang bertanggung jawab untuk hal tersebut.
Kehancuran Puri kertalangu diperkirakan terjadi pada tahun saka 1527 atau tahun
1604 Masehi.
Melihat kedaan yang demikian maka Raja Badung Ida Bhatara
Sakti kemudian memerintahkan salah satu Putra beliau yang bernama Kiyayi Agung
Pemayun adik seibu dari Kiyayi Anglurah Pemecutan IV untuk membangun puri di
wilayah Kesiman untuk meredakan kekacauan tersebut.
Kiyayi Anglurah Pemayun kemudian mendirikan Puri di
Kesiman bertempat disebelah barat Pura Pengerebongan yang disebut Puri Kedaton
kesiman. Puri menghadap kesebelah Barat di jalan menuju bukit Buwung dan beliau
juga membangun tempat suci untuk persembahyangan di aeral puri di bagian
utara-tumur (Kaja Kangin).
Dalam Babad Kiyayi Agung Lanang Dawan disebutkan bahwa
Ida Bhatara Sakti pemecutan menugaskan Kiyayi Agung Pemayun untuk mengamankan
Desa Petilan Pengerebongan Kesiman karena desa tersebut baru saja dikalahkan
oleh Raja Badung karena itu untuk membangun pertahanan di bagian timur sangat
penting keberadaanya untuk mengantisipasi serangan dari wilayah Batubulan. Puri
kesiman didirikan tahun saka 1539 atau tahun 1617 kurang lebih sekitar 12 tahun
sejak terjadinya kekosongan di wilayah kertalangu karena runruhnya Puri
kertalangu.
Kiyayi Anglurah Pemayun setelah menempati Puri Kesiman
mengambil istri dari warga Pande di Wangaya Kaja dan melahirkan keturunan:
- Anak Agung Lanang Wangaya / A.A Lanang Wayahan Pemayun.
dari istri kedua dari Puri Gelogor menurunkan 2 orang putra yaitu
- A.A. Pemayun Putra
- A.A. Ngurah Made
dari istri ke 3 beliau mempunyai seorang
putra yang bernama
- A.A. Ketut Pagan.
Setelah putra beliau berempat dewasa maka dibuatkan
tempat tinggal masing masing Anak Agung Ngurah Pemayun dan adiknya Anak Agung
Ngurah Made mewarisi Puri Kedaton Kesiman
Anak Agung Lanang Wangaya/ A.A. Lanang Wayahan Pemayun
dibuatkan puri disebelah barat sungai yang bernama Puri Abiantubuh Kesiman
Anak Agung. Ketut Pagan dibuatkan puri disebelah utara
Puri Kedaton Kesiman yang bernama Puri Kajanan Batan Buah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar