Pemujaan Sawitri
Yunjanah prathamam manas tattwaya sawita dhiyah agner iyotir nicayya prthiwya adhyabhacat.
Dengan mengkonsenkan indra-indra, pikiran, dan intlek, kepada Brahman, untuk memperoleh kesunyataan, semoga Dewi Sawitri, - Sang Surya yang sedang muncul dicakrawala itu,- setelah melihat Dewa Agni, - Sang Api yang bersinar,- berkenan memberikan sinar terangnya kepada bumi.
Yuktena manasa wayam deasya sawituh sawe suwargeyaya saktya.
Dengan berkah dari Dewi Sawitri yang bersifatuniwersal, semiga kita dengan melakukan konsentrasi pikiran, dapat memperoleh kekuatan untuk mencapai surga.
Dengan mengkonsentrasikan indra-indra pikiran dan intlek, semoga Dewi Sawitri berkenan memanifestasikan cahaya universal yang tidak terbatas itu untuk kesempurnaan kita.
Yunjate mana uta yunjate dhiyo wipra wiprasya brhato wipasitah. Wi hotra dadhe wayunawid eka in mahi dewasya sawituh paristutih.
Puja dan puji kami persembahkan kepada Dewi Sawitri yang maha bijaksana, yang bersinar-sinarnya tidak terbatas yang meliputi segala sesuatu, yang mengetahui gerak-gerik semua mahluk yang untelligen, yang hanya secara sebdirian saja mampu mengatur yadnya yang diselenggarakan oleh para Brahmana (weda) yang telah mengkonsentrasikan indra-indra, pikiran dan intleknya.
Yuje wam brahma purwyam nabhir wisloka etu pathyewa sureh srnwantu wiswe amrtasya putra a ye dhamani diwyani tastuh.
Puja dan puji kami persembahkan kepada Brahma yang paling kami muliakan. Semoga doa dan puji kami, seperti yang telah diucapkan oleh orng-orang suci yang bijaksana, yang berjalan dijalan yang benar, dapat didengar oleh Brahma, Oleh Prajapati, serta oleh Putera-Putera dari Yang maha Abadi, yang menempati sorga sebagai tempat tinggalnya.
Agnir yatrabhimathyate wayur yatradhirudhyate semo yatratiricyate tatra samjayate manah.
Dengan pelaksanaan Yadnya, dimana Api, dinyalakan dengan lembut, dimana Angin yang kencang diredakan, dan Air Soma dituangkan dengan tepat pada Piala Ritualnya, semoga Jiwa kami menjadi sempurna.
Sawitra prasawena juseta brahma purwyam tatra yonim krnawase na hi te purtam aksipat.
Dengan berkah dari Dewi Sawitri, marilah kita laksanakan Upacara Persembahyangan Brahman, yang ciri utamanya Latihan Konsentrasi Pikiran, yang telah dilakukan sebagai tradisi sejak jaman dahulu kala. Apabila tingkah laku kita sehari-hari didasari dengan prinsip-prinsip persembahyangan tersebut, maka Jalan Kehidupan kita akan terbebas dari ikatan hasil Karma yang pernah kita lakukan, dan kita dijauhkan dari terkena penderitaan.
Tritunnatam sthapya samam sariram hrdindriyani manasa samniwesya. Brahmodupena pratareta widwam srotamsi sarwani bhayawahani.
Dengan membiasakan diri bersikap meditasi yang baik, yaitu ketiga tubuh bagian atas; dada, leher, dan kepala, berkeadaan tegak lurus, serta kedudukannya tepat dengan bagian-bagian tubuh lainnya, dengan indra-indra dan pikiran dikalahkan oleh Hati yang murni, orang-orang yang bijaksana dengan ber-Perahu-kan Brahman, dapat mengarungi samudra kehidupan yang dahsyat, yang gelombang-gelombangnya menakutkan itu.
Pranan prapidyeha samyukta cestah ksine prane nasikayo’ cchwasita. Dustawa-yuktam iwa waham enam widwam mano dharayeta pramatah.
Dengan kemampuan menguasai indra-indranya, mengalahkan keinginan rendahnya, dan dengan mengatur pernafasannya, sesuai dengan ketentuan Ajaran Yoga, orang-orang yang bijaksana mampu mengendalikan pikiranya seperti seorang kusir kereta yang mahir mengendalikan kreta-kreta kudanya yang liar.
Same sucau sarkawa sakara wahni waluka wiwarjite sabda jalasraya dibhih. Namo’nukule na tu cakcu pidane guhe niwatasrayane prayojayet.
Dalam melakukan meditasi untuk dapat dengan Tuhan Yang Maha Esa, hendaklah dipilih tempat yag suasananya murni, bebas dari debu, bebas dari api, bebas dari batu-btu krikil, dan suara-suara yang terdengar hanya yang menyenangkan pikran, yang dekat dengan air, yang teduh dengan pohon-pohon yang rindang, yang bebas dari pandangan yang menyakitkan mata, jika dilakuakn dalam gua, hendaklah telah diubah dan tepat untuk bertapa brata, yang terlindung dari angin yang keras. Dengan persyaratan meditasi yang demikian itu, orang-orang bijaksana dapat mencapai yang menjadi tujuan dengan hasil baik.
Nihara dhumarkanilanam khadyota-widyut-sphatika-saninam. Etani rupani purussarani brahmany abhiwyaktikarani yoge.
Orang yang telah melaksanakan ajaran-ajaran Yoga, apa bila telah berhasil, yang mula-mula tampak dengan mata batinnya adalah munculnya Brahman, yang berwujud sebagai kabut, matahari, api, angin, kunang-kunang, halilintar, kristal dan bulan.
Prthwyapryatejo’nilakhe samutthite pancmake yo-gune prawrtte. Na tasya rogo na jara na mrtyuh praptasya yogagnimayam sariram.
Apabila kesaktian Yogaguna dalam tubuh seorang Yogi, yaitu yang berhubungan dengan unsur: tanah, air, cahaya, udara dan ether, berkat latihan-latihan meditasi, telah membangunkan kesaktian-kesaktian Yogaprawtti penciuman surgawi dengan jalan memusatkan pikiran pada ujung hidung; pengecapan surgawi dengan jalan memusatkan pikiran pada ujung lidah; penglihatan surgawi, yang penuh warna aneka ragam yang sangat indah, dengan jalan memusatkan pikiran pada pangkal lidah; perabaan surgawi dengan jalan memusatkan pikiran pada bagian tengah lidah; dan pendengaran surgawi dengan jalan memusatkan pikiran pada langit-langit di atas lidah, maka orangnya tidak lagi terkena sesuatu penyakit, masa tua, rasa sakit dan kematian. Keaktian-kesakstian tersebut dicapai, apabila orang telah dapat membakar badannya dengan api meditasi.
Lagutwam arogyam alolupatwam warna –prasadam swara-sau-sthawam ca. Gandhas subho mutrg-purisam alpam yoga prawrttim prathamam wadanti.
Hasil pertama dari meditasi, dalam orang mempraktekkan yoga, adalah berupa dicapainya keadaan-keadaan; badan menjadi ringat, sehat, bebas dari penyakit-penyakit, pikiran tidak ternodai dengan keinginan-keinginan rendah, berkepribadian yang mantap, diprolehnya kemampuan dapat melihat berbagai warna yang indah dan bersinar-sinar, memiliki wajah yang simpatik dan berwibawa, menjadi halus tutur bahasanya, mampu mencium bau-bau harum, dan jarang buang air besar maupun air kecil.
Yathaiwa bimbam mrdayo’paliptam tejomayam bhrarajate tat sudhantam. Tad watmatattwam prasamiksya dehi ekah krtartho bhawate wita-sokah.
Seperti segumpal emas atau segumpal perak, yang dari tertutup tanah, setelah dibersihkan menjadi mengkilat dan mengeluarkan sinar yang berkilaua-kilauan, yang semula ditutupi oleh awan ketidaktahuan yang gelap, setelah orangnya menyadari dan menghayati sifat Dirinya Yang Sejati, lalu dia dapat manunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman) serta bebas dari terkena penderitaan.
Yadatma tatwena tu brahm-tattwam dipopamene’ha yktah prapasyet ajam dhruwam sarwa tattwair wisuddham jnatwa dewam mucyate sarwa pasaih.
Setelah orang dalam melakukan meditasi telah mencapai titik dimana dia telah dapat menyadari dan menghayati tentang sifat Dirinya Ynag Sejati, yaitu keberadaan sifat-sifat Brahman yang tidak terlahirkan, tetai yang manifest sebagai sebuah Cahaya yang amat terang benderang, yang sifatnya abadi yang bebas dari ketidaktahuan, maka dia terbebas dari semua ikatan-ikatan.
Esa ha dewah pradiso’nu sarwah purwo hi jatah sa u garbe antah. Sa ewa jatah sa janisyamanah pratyam janamis tisthati sarwato-mukhah.
Sesungguhnya Dia, seorang Maha Yogi yang telah mencapai Kesempurnaan, itu seperti seorang Maha Dewa, yang Kesempurnaannya meliputi semua Alam. Dia terlahirkan yang pertama kalinya didalam rahim Hiranya Garbha. Dia telah dilahirkan, dan akan terlahirkan kembali. Dia diberi dibelakang semua mahluk. Dia mampu berada didalam diri semua mahluk, karena Dia mampu mengambil wujud yang beraneka jenis, serta mampu melihat ke segala penjuru, mampu melihat makhluk di mana pun dia berada.
Yo dewa’gnau yo’psu wiswam bhuwanam awiwesa, ya oshadisu yo wanaspatisu tasmat dewaya namo namah.
Kepada seorang Maha Yogi yang seperti seorang Maha Dewa, yang ada didalam Api, ada didalam Air, yang telah memasuki Alam Semesta, yang ada didalam Tanaman Obat-Obatan yang tumbuh setiap tahun, yang ada didaerah-daerah Hutan, yang ada didalam pohon-pohonan, kepada Maha Yogi ini, sampaikanlah penghormatanmu! Pujalah Dia!. (Sudiarto, G Pudja, 1992:20-27)
Dwe aksare brahma pare tw nante, widya/sidye nihite yatra gudhe ksaram tw awidya hy amrtam itu widya, widyawidye isate yas tu so’nyah.
Pada Brahman Yang Maha Esa Abadi dan tidak terbatas itu, terdapat Pengetahuan Suci dan Ketidak-Tahuan, yang belum manifest. Pengetahuan Suci bersifat Abadi, sedang Ketidak-Tahuan bersifat tidak abadi. Untuk mencapai kesempurnaan, hendaklah orang-orang mengontrol keduanya, mencapai Pengetahuan Suci dan melenyapkan ketidaktahuan, serta berlaku sebagai Saksi atas keduanya.
Yo yonim adhitisthaty eko wiswami rupani, yonis ca sarwah rsim prasutam kapilam yas tam arge jnair bibharti jayamanam ca pasyet.
Hanya dia yang merupakan satu-satunya nyata, yang menjadi Sang Maha Pengatur atas benih dan semua bentuk yang ada dialam semesta ini. Beliaulah yang seakan-akan seorang Ibu, yang dari dalam pikiranNya melahirkan Putera yang bijaksana, dan mengawasi kelahiran itu.
Ekaikam jalam bahudha wikurman, asmin ksatre samharaty esa dewah bhuyah srstwa patayas tathesas sarwadhipatyam kurute mahatma.
Di arena Maya, Brahman setelah dengan berbagai cara melemparkan Jala Beliau, lalu setelah tiba saatnya menarik kembali Jala-Nya. Kemudian setelah datang saat penciptaan berikutnya, diciptakan kembai alam semesta dengan semua isinya, dan Brahman berperanan kembali sebagai Yang dipertuan Yang Maha Agung atas alam semesta.
Sarwa disah udhwan ewam sa dewo bhagawan warenyo yoni-swabhawan adhitisthaty ekah.
Seperti Matahari yang memberikan sinar-sinarnya disudut-sudut alam, diatas, dan dibawah, serta diruang-ruang antara keduanya, demikian juaga Brahman yang menjdiYang DipertuanYang Maha Agung atau atas alam semesta, yang suci, yang wajib kita puja itu, memerintah seluruh isi alam semesta dan menghidupkan benih-benih kehidupan, yang masing-masing memiliki kemiripan dengan Sang Maha Penciptanya.
Ya ca swabhawam pacati wiswayonih, pacyam ca sarwam parinamayed yah sarwam etad wiswam adhisthaty eko gunan ca sarwam winiyojayed yah.
Brahman secara sendirian memerintah Alam Semesta dengan semua isinya. Dan Beliau memasakkan benih-benih kehidupan yang ada di Alam Semesta ini, serta menentukan sifat-sifat tertentu yang diperuntukkan bagi setiap jenis makhluk.
Tad weda-guhyopanisatu gudham, tad brahma wedate brahma-yonim ye purwam dewa rsyas ca tad widuh te tanmaya amrta wai babhuwuh.
Pengetahuan Suci tentang sifat-sifat Brahman itu disimpan secara rahasia didalam kitab-kitab suci Weda dan Kitab-Kitab Suci Upanishad. Para Dewa dan para Resi yang hidup di zaman dahulu telah dapat menyadari dan menghayati keberadaan Beliau didalam dirinya, sehingga mereka itu dapat memperoleh keabadian.
Gunanwayo yah phala-karma-karta krtasya tasyai wa sa copabhokta sa wiswa-rupas trigunas tri-wartma pranadhipas samcarati swa-karmabhih.
Sang Purusa yang diakruniai sifat-sifat tertentu, melakukan suatu kerja dengan mengharapan hasilnya. Dengan ditempuhnya Ketiga Jalan, yaitu Jalan yang terwarnai Kejahatan, Jalan Kebajikan. Dan Jalan Pengetahuan Suci, Sang Purusha menghayati kehidupannya secara berulang-ulang.
Agustha-matro rawi-tulya-rupas samkala-hamkara-samanwito yah buddher gunenatma-gunena caiwa aragra-matro hy aparo ’pidrstah.
Atman itu yang dapat kita bayangkan sebagai sebesar ibu jari, dapat menegluarkan sinar yang berkilau-kilauan, kebesaran diri dan memiliki kemampuan dapat memutuskan sesuatu, serta dilengkapi dengan sifat-sifat kejiwaan lainnya; begitu pula dilengkapi dengan sifat-sifat atau kemampuan-kemampuan kejasmanian. Walaupun demikian, jika kita bandingkan dengan Brahman tmpak sangat kecil, sekecil dari tongkat pemacu hewan.
Walagra-sata-bhagasya satadha kalpitasya ca bhago jiwas sa wijne yas sa canantyaya kalpate.
Atman itu berkeadaan sebesar seperseratus ujung rambut dibagi seratus, tetapi memiliki kemampuan yang tidak terbatas.
Naiwa stri na puman esa na caiwayam napumsakah yad yac chariram adate tena sa raksyate.
Atman itu tidak bersifat wanita, tidak bersifat pria juga tidak bersifat banci. Atman dpat mengambil suatu wujud makhluk yang bagaiamana pun tubuhnya.
Samkalpana-sparsana-drsti-mohair grasambhu-wrsty-atma wiwrddhi-janma karmanugany anukramena dehi sthanesu rupany abhi samprapadyate.
Dengan menggunakan kemampua, pikiran, perabaan, penglihatan, dan dengan menhayati hawa-nafsu hawa nafsu, Atman berinkarnasi secara berulang-ulang di dibeberapa tempat, dengan mengambil berbagai tubuh, sesuai dengan hasil karmanya, dan mengalami kedewasaannya, sama seperti bahwa tubuh itu dapat mengalami pertumbuhan, karean orangnya memakan makanan dan meminum minuman.
Sthulalani suksmani caiwa, rupani dehi swa-gunair wrnoti krya-gunair atma-gunais ca tesamyoga hetur aparo ’pidrstah.
Atman yang berinkarnasi sesuai dengan sifat dan karmanya, memilih sebagai tubuh wujud yang kasar atau halus. Dia menjadi tampak keberadaan berbeda dari satu inkarnasi ke inkarnasi berikutnya.
Anady anantam kalilasya madhye wuswasya srastaram aneka-rupam. Wiswasyaikam pariwestitaram jnatwa dewam macyate sarwa-pasaih.
Siapa yang telah dapat menyadari dan menghayati Kasunyataan bahwa Brahman itu tidak berpermulaan dan tidak berakhir, yang telah mencipta alam semesta dengan seluruh isinya, serta yang meliputi dan meresapi seluruh alam semesta, yang wujud-wujudnya tak terhingga itu, maka dia akan dapat terbebas dari semua ikatan.
Bhawa-grahyam anidakhyam, bhawabhawa-karam siwam kala-srga-karam dewam, ye widus te jahus tanum.
Siapa yang telah dapat menyadari dan mengahayati kesunyataan Siwa yang berbahagia, yang tidak bersifat material, yang menjadi penyebab munculnya exsistensi dan non exsistensi, yang menjadi sumber yang berjari-jarikan Enam Belas, maka dia dapat bebas dari semua ikatan.
Swabhawam eke kawayo wadanti, kalam tathanye parimuhyamanah. Dewassyaisa mahima tu loke yedenam bhramyate brahma-cakram.
Beberapa orang bijaksana, yang masih diliputi oleh Maya, menganggap yang menjadi penyebab munculnya segala sesuatu yang ada itu adalah Alam atau waktu. Tetapi apabial dia sudah terbebas dari Maya dan sudah mencapai kesunyataan, maka dia akan mengetahui bahwa Brahman-lah yang menggerakkan Roda Alam Semesta itu.
Yenawrtam nityam idam hi sarwam, jnah kalakaro guni sarwawid yah tenestitam karma wiwartate ha, prthwapya-tejo,nila-khani cintyam.
Alam semesta dengan segala isinya, yang terdiri dari: Tanah,Air,Udara dan Ether itu dicipta dan dipeerintah oleh Brahman. Beliau yang bersifat abadi, yang menjadi Yang dipertuan atas waktu itu, yang memiliki semua sifat-sifat, yang keberadaanya ada dimana-mana, ayng secara berulang-ulang mengadakan penciptaan dan penghancuran, yang meliputi dan meresapi Alam semesta, yang maha bijaksana, dan yang Maha Mengetahui, itu adalah Maha Pengatur seluruh isi alam semesta dan memekarkan semua Benih kehidupan.
Tata karma krtwa winiwarya bhuyah, tattwasya tattwena sametya yogam ekana dwabhyam tribir asthabir wa, aklena caiwatmagunaisca ca suksmaih.
Brahman setelah mencipta Alam Semsesta, kemudian menggabungkan prinsip ROH dengan prinsip ZAT, yaitu kegiatan ciptaan tunggal, kegiatan penciptaan yang kedua, kegiatan penciptaan yang ketiga, serta kegiatan penciptaan kedelapan. Juga kegiatan penciptaan yang berhubungan dengan waktu intelek yang halus.
Arabhya karmani gunawitani, bhawan ca sarwan winiyojayed yah team abhawe krta-karma-nasah karma-ksaye yari sa tattwato’nya.
Siapa yang melaksnakan kerja sesuai dengan sifat-sifatnya, dengan meletakkan hasilnya kepada Brahman, maka hal itu berarti aktivitas kerjanya behenti. Denagn berhentinya aktivitas kerjanya yang demikian itu, maka dia dapat manunggal dengan Brahman.
Adis sa samyoga-nimitta-hetuh paras trikalad akalo pidrstah tam wiswa-rupam bhawa-bhutam idyam dewam swa-citta-stham upasya-purwam.
Dia adalah sumber munculnya segala sesuatu, Beliau adalah Sumber dari persebaban. Brahman itu berada diatas tiga bagian dari waktu: masa yang telah lalu, Masa sekarang dan Masa yang akan datang. Tetapi Beliau juga dapat manifest diluar waktu. Siapa yang memuja Brahman yang menjadi Sumber dari Alam Semesta itu, sebagai yang ada didalam Hati Sanubarinya, maka dia akan dapat bebas dari ikatan-ikatan.
Sa wrksa-kalakrtibhih paro’nyo yasmat prapancah pariwartate’yam. Dharmawaham papanudam, bhagesam jnatwatmatwatmastham amrtam wiswa-dhama.
Siapa yang telah dapat menyadari dan menghayati Kasunyataan bahwa Dia itu lebih besar dari pada Pohon Alam Semesta, dan lebih besar dari pada Sang Waktu, dan keadaannya berbeda dari keduanya itu, serta bahwa Brahman itu menjadi tumpuan dan bergerak Alam Semesta didalam mengalami Perputaran Roda: Penciptaan, Pemeliharaan, Penghancuran, Pinciptaan Kembali, dan seterusnya, dan juga bahwa Brahman itu adalah Pencipta dan Pendukung Kebajikan serta Penghancur Dosa-dosa, yang menjadi Yang dipertuan yang Maha Agung atas Alam Semesta, yang keberadaannya ada pada diri setiap makhluk, dan bersifat abadi, maka dia dapat menunggal dengan Brahman.
Tam iswaranam paramam maheswaram, tam dewatanam paramam ca daiwatam. Patim patinam parastat, widama dewam bhuwanesam idyam.
Marilah kita puja Dia Maha Raja yang Maha Agung dari semua Raja Maha yang Maha Agung dari semua Dewa, Yang dipertuan yang Maha Agung dari semua penguasa, yang paling besar dari semua yang Besar, yang mengeluarkan cahaya yang berkilau-kilauan, yang wajib dipuja sebagai Sang Maha Penguasa atas Alam Semesta.
Na tasya karyam ca widyate, na tat samas capy adhikas ca drsyate parasya saktir wiwidhaiwa sruyate swabhawiki jnana bala-kriya ca.
Pada diri Brahman itu tidak terdapat sebab-akibat. Tidak ada diseluruh alam Semesta ini tampak menyerupai Beliau atau yang mampu melebihi Beliau. Kesaktian Beliau menapak dengan munculnya berbagai ragam wujud, yang keberadaannya di setiap diri maklhuk berlaku sebagi Sumber kekuatan, Sumber Pengetahuan, Sumber Penggerak, dan sudah ada sejak makhluk itu dilahirkan.
Na tasya kascit patir asti loke, na cesita naiwa ca tasya lingam, na karanam karanadhipadhipo na casya kasjjanita na sadhipah.
Didalam Alam Semesta ini tidak ada seorang makhluk yang menjadi ahli yang kemampuannya melebihi Brahman. Tidak ada penguasa yang kuasanya melebihi Brahman. Bahkan tidak ada sesuatu Lingga yang dapat menjadi Tanda Kehadiran Beliau di suatu tempat. Brahman adalah menjadi penyebab munculnya segala sesuatu yang ada di alam Semesta ini. Brahman adalah Maha Penguasa yang menjadi Jagat-karana. Tidak ada yang menjadi Orang-Tua ataupun Raja bagi Brahman.
Yas tantunabha iwa tantubhih pradanajaih swabhawatah dewa ekah swam awrnot, sa no dadhad brahmapyayam.
Semoga Brahman, yang semisal labah-labah yang dengan benangnya yang keluar dari dalam dirinya, yang dihasilkan oleh Pradhana-Nya, yang telah mencipta Alam Semesta ini, berkenan memberi berkah kepada saya, sehingga saya dapat amnunggal dengan Beliau.
Eko dewas sarwa-bhutesu gudhas sarwa-wyapi sarwa-bhutan-tar-atma. Karmadhyaksas sarwa-bhutadhiwasas saksi ceta kewalo nirgunas ca.
Marilah kita puja Brahman yang keberadaannya ada pada setiap makhluk, yang meliputi dan meresapi seluruh bagian dari Alam Semesta, yang merupakan inti batinya setiap mahluk, yang menjadi Yang dipertuan atas tingkah laku semua mahluk, yang sanubarinya manusia merupakan tempat bersemayamNya, yang dalam memikir tanpa menggunakan pikiran, dan yang ketiga sifat, yaitu: Kebaikan, Aktivitas, dan Kegelapan diluar diri Beliau.
Eko wasi niskriyanam bahunam ekam bijam bahudha yah karoti tam atmastham ye’nupasyanti dhiras tesam sukham saswatam netaresam.
Dia adalah Maha Penguasa memerintah seluruh alam Semesta. Namun Beliau tidak perlu secara nyata-nyata aktif melakukan aktivitas Beliau itu, karena Beliau hanya berlaku sebaga Maha Saksi. Beliau telah menciptakan semua isi Alam Semesta dari satu benih. Orang-orang bijaksana yang telah dapat menyadari dan menghayati kehadiran Brahman di dalam diri sanubarinya, akan memperoleh Kebahagiaan Yang Sejati, sedang orang-orang lain belum dapat memperolehnya.
Nityo nityanam cestanas cetanam eko bahunam yo widadhati kaman tat karanam samkya-yogadhigamyam jnatwa dewam mucyate sarwa-pasaih.
Dia adalah paling abadi dari yang abadi, Adalah Maha Pemikir dari para Pemikir, yang walaupun sendirian, dapat memberikan kepuasan atas keinginan-keinginan yang diinginkan semua mahluk. Siapa yang telah dapat menyadari dan menghayati Rahasia Agung yang tersimpan didalam Ajaran Samkya dan Yoga, dia akan terbebas dari semua ikatan.
Na tatra suryo bhati na candra-tarakam, nema widyuto bhanti kuto’yam agnih. Tam ewa bhatam anubhati sarwam, tasya bhasa sarwam idam wibhati.
Di Alam-Nya Brahman tidak perlu terdapat Matahari, Bulan, dan Bintang-Buntang untuk meneranginya. Juga disana tidak perlu Halilintar atau Api. Karena Brahman itu berkeadaan di Alam Semesta pun menjadikan segala sesuatu di Alam Semesta ini menjadi mampu mengeluarkan sinar-sinarnya.
Eko hamso bhuwanasyasya madhye, sa ewagnis salile saniswitah tam ewa widitwatimrtyum eti, nanyah pantha widyate yanaya.
Dia adalah Roh yang telah sempurna, yang bagaikan seekor Hamsa yang berjalan di dunia ini. Dia adalah semisal Matahari yang telah mampu membakar habis semua Ketidak-Tahuan. Siapa yang telah dapat menyadari dan menghayati Kasunyataan ini, dapat terbebas dari kematian. Kiranya tidak ada jalan lain untuk mencapai Kebahagiaan Sejati, selain melalui jalan yang telah ditempuh oleh Beliau yang berjalan di Jalan Suci itu.
Sa wiswa-wid tma-yonir jnah kala-karo guni sarwawidyah pradhana-ksetrajna-pati gunesah samsara-moksa-sthiti-bandha-hetuh.
Dia telah mencipta alam Semesta dengan seluruh isinya. Beliau memahami seluk-beluk ciptanNya. Beliau adalah penguasa waktu. Beliau adalah Roh dari semua makhluk dan adalah Sumber dari segala sesuatu yang makhluk dan adalah sumber dari segala sesuatu yang ada di alam ini. Beliau memiliki sifat-sifat yang sempurna. Beliau adalah maha mengetahui. Beliau adalah yang dipertuan atas Pradhana, serta adalah Penguasa atas Kesadaran yang terdapat pada diri setiap makhluk. Beliau juga adalah Penguasa Triguna. Beliau adalah Penganugerah Penyebab untuk dapat bebas dari penderitaan-penderitaan, bebas dari eksistensi, bebas dari ikatan-ikatan dunia. Beliau adalah maha Pemelihara, dan maha Pelebur.
Sa tanmayo hy amrta isa-samstho jnas sarwago bhuwana-syasya gopta ya ise asya jagato nityam ea-nanyo hetur widyate isanaya.
Dia yang untuk sementara menifest sebagai eksistensi, tetap bersifat abadi, selalu menjadi Yang dipertuan atas Alam Semesta, bersifat Maha Meengetahui, sebagai penjaga Alam Semesta selalu waspada menjaganya setiap waktu, waktu yang selalu menjadi maha pengatur Alam semesta, sebab tidak ada seorang makhluk pun yang mampu melakukannya.
Yo brahmanam widadhati purwam, yo waiwedams ca prahinoti tasmi tam ha dewam atma-buddhi-prakasam mumuksur wai saranam aham prapadye.
Untuk dapat memperoleh kebebasan Spiritual, bebas dari penderitaan-penderitaan, saya berlindung kepada Brahman yang menjadi Penyebab dimanifesatsikanNya yang paling permulaan adalah Dewa Brahma, dan yang telah memberi kepadanya Kitab-Kitab Suci Weda.
Niskalam niskriyam santam nirawadyam niranjanam, amrtasya param setum dagdhendhanam iwanalam.
Brahman itu tidak memiliki bagian-bagian, tidak melakukan ssesuatu aktivitas-aktivitas, berkeadaan tetap diam, tanpa memiliki kesalahan-kesalahan, tanpa terkena noda-noda. Beliau merupakan jembatan Emas menuju ke Pencapaian Keabadian bagi makhluk-makhluk. Dalam melenyapkan dosa-dosa yang ada pada diri makhluk-makhluk berkeadaan sebagai Maha Api yang membakar kayu-kayu apinya.
Yada carmawad akasam westayisyanti manawah tada dewan awijnaya duhkhasyanto bhawisyati.
Walaupunorang untuk menghentikan penderitaan-penderitannya, dn untuk mencpai kebahagiaan yang sejati, telah berusaha sekuat-kuatnya, semisal memeras ether atau mengepres kulit, jika tanpa mempelajari ilmu Ketuhanan, maka dia akan tidak akan berhsil. Kebahagiaan Yang sejati hanya dapat dicapai melalui mempelajari Ilmu Ketuhanan.
Tapah-prabhawad dewa-prasadac ca, brahma ha swetaswataro’tha widwan. Atyasramibhyah paramam pawitram, prowaca samyagrsi-samgha-justam.
Melalui melakukan Tapa-Brata dan atas limpahan berkah dari Brahman, Sang maha Resi Swetaswatara dinyatakan sebagai yang telah dicapai tingkatan Spiritual Paramahamsa, yaitu salah satu yang tertinggi dari kempat tingkatan Diksa, dan sangat dihormati oleh Resi.
Wedante paramam guhyam purakalpe pracoditam naprasantaya datawyam naputrayasisyaya wa punah.
Misteri yang paling dalam dan paling agung dari Ajaran Wedanta, yang telah diberikan oleh Brahman kepada kita di zaman dahulu kala, hendaknya jangan diberikan kepda orang-orang yang masih belum mampu menguasai hawa-nafsu hawa-nafsunya, walaupun dia anak laki-laki kita atau siswa kita yang kita cintai.
Yasya dewa para bhaktir yatha dewe tatha gurau, tasyaite kathita hy arthah, prakasante mahatmanah, prakasante mahatmanah.
Kepada orang-orang yang berjiwa luhur, yang mempercayai sepenuhnya kepada Brahman, yang dengan tulus memuja Brahman dan menghormati Guru, hendaknya kita berikan rahasia Ajaran Kitab Suci Upanisad ini, agar mereka dapat mengetahui dan dapat mengamalkan Ajaran Kitab Suci Upanisad ini, akan berwajah yang berseri-seri. Sweta Swatara Upanisad, (1982:53-63).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar