Klasifikasi Sembahyang
Sembahyang/berdoa merupakan ritual keagamaan yang wajib dilakukan bagi para penganut agama tertentu. Bila dianalogikan tubuh harus diberi makanan agar tumbuh dan sehat, nah sembahyang merupakan makanan bagi jiwa manusia. Dengan sembahyang jiwa akan menjadi tenteram, serasa mempunyai kekuatan lebih dalam melakukan sesuatu pekerjaan, pikiran tenang positif dan merasa segar. Dengan sembahyang juga secara tidak langsung membersihkan lapisan karma tubuh, sehingga orang yang sering bersembahyang akan terlihat bersih dan cerah, mungkin ini yang disebut aura
Pada agama Hindu di Bali bersembahyang dikenal namanya mebhakti/ngaturang bhakti/Muspa, jadi merupakan bhakti(persembahan) kita kepada sang pencipta sebagai makhluk ciptaanNya. Di Pesraman Batu Ngadeg Narayana berdasarkan tutur/wahyu/sabda yang didapat dari beliau, sembahyang dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: Kesuma Dewa, Kesuma Jaya, Raja Kesuma Sari.
Kusuma Dewa
Adalah cara sembahyang atau menghaturkan upakara(sesajen/banten/tanda bhakti) masih dituntun oleh pemuka agama (pemangku, ida peranda, Ida resi, sri Empu dll). Bersifat komunal, biasanya dilakukan di pura-pura komunal. Biasanya di aliran mainstream agama Hindu Bali dipakai istilah Panca Sembah (lima Urutan sembahyang). Panca sembah adalah Lima urutan sembah dalam ritual persembahyangan Hindu Bali.
Pada umumnya dalam sembahyang bersama setelah upacara inti selesai, yaitu mempersembahkan sesajen, lalu pemimpin upacara mengajak para umat menghaturkan sembah 5 kali berturut-turut, yaitu:
- Sembah puyung (tangan kosong) untuk menenangkan pikiran
- Sembah dengan memakai bunga merah ditujukan kepada Sang Hyang Surya Radhitya sebagai saksi dalam persembahyangan
- Sembah dengan memakai bunga atau kewangen ditujukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, memuja keagunganNYA serta memohon anugrah-NYA;
- Sembah dengan memakai bunga atau kewangen ditujukan kepada para Dewata atau Dewata Samudaya, yaitu para Dewa dan Bhatara Bhatari Leluhur untuk memohon tuntunannya;
- Terakhir sembah puyung (tangan kosong) dengan maksud menerima limpahan anugrah Sang Hyang Widhi.Turun naiknya tangan diatur oleh mulai dan berhentinya suara genta sulinggih.
Kesuma Jaya
adalah cara sembahyang dimana kita menjadi pemangku untuk diri kita sendiri dalam hal menghaturkan doa/mantra, menghaturkan upakara, memohon sinar suci beliau, meohon kesembuhan/tamba dari beliau, menyatukan roh/atma manusia dengan roh/atma ari-ari(saudara selahir kita), memohon tirtha/air suci sendiri (yang biasanya dimohonkan oleh pemuka agama) dan berterima kasih kepada leluhur, Roh-roh Suci yang telah memelihara kehidupan kita(Sang Hyang Samudaya) dan tentu kepada Tuhan Yang Maha Esa(Tabik Pakulun Maha Suksma).
Cara ini diterapkan di Pesraman Batu Ngadeg Narayana, karena dirasakan lebih cepat mengantarkan manusia ke tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tingkatan spiritual (sradha-bahkti-rasa-gerak-bahasa-mantra dll).Tentu dalam perjalanan spiritual umat dibersihkan secara niskala di ruang khusus (ruang tamba) oleh sesepuh. Untuk membersihkan energi negatif dan penghalang dalam perjalanan spiritual dan dilanjutkan proses inisiasi (shaktipat) pada kening untuk menanamkan benih2 energi Ketuhanan dalam diri umat. Sehingga pada waktunya nanti, seiring tingkat ketekunan dalam sembahyang, akan tumbuh berkembang menjadi energi spiritual yang menuntun umat dalam mengarungi samudera kehidupan.
jadi dalam kesuma jaya terlihat jelas bagaimana pesraman mengajarkan spiritual ke tingkat yang lebih tinggi(hubungan langsung manusia dengan TuhanNya secara pribadi).
Raja Kesuma Sari
Cara sembahyang kepanditaan/pemuka agama. cara sembahyang tingkat tinggi dimana kita sudah menjadi pemuka agama. Untuk menjadi pandita di Bali tidaklah cukup dengan pengetahuan agama semata, namun telah melewati tahapan Upacara khusus kepanditaan yang sangat berat sesuai yang tertulis dalam lontar/weda.
Jadi begitulah klasifikasi sembahyang menurut Pesraman Batu Ngadeg Narayana.Bukan bermaksud untuk menunjukkan siapa yang terbaik/terbenar akan tetapi ini adalah salah satu jalan untuk menuju Tuhan. Intinya adalah kebebasan manusia untuk memilih jalan hidupnya sendiri dalam konteks mencari ajaran Ketuhanannya sendiri.
Semoga bermanfaat.
sumber: lingganarayana.blogspot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar