Ida Tohjiwa atau Gusti Ngurah Tohjiwa
Ida Tohjiwa atau Ida Sukaluwih, adik dari I Gusti Panataran, putra dari Ida Wang Bang Tulus Dewa.
Seperti diceriterakan di depan Ida Tohjiwa kemudian beralih wangsanya menjadi Arya-Kstariya mengikuti kakaknya Ida Bang Panataran yang menjadi I Gusti Ngurah Panataran atau I Gusti Ngurah Kacangpawos. Karena itu berliau bernama I Gusti Ngurah Tohjiwa.
Beliau juga menjadi pejabat mendampingi Ida Dalem Smara Kepakisan di Gelgel, kemudian ketika Ida Dalem wafat, beliau diganti oleh Ida Dalem Waturenggong. Ida Dalem Waturenggong sudah berusia lanjut kemudian berpulang ke Sorgaloka. Ada putranya dua orang masih kanak-kanak, yang bernama:
- I Dewa Pamahyun,
- Ida I Dewa Dimade atau Ida I Dewa Anom Sagening nama beliau yang lain.
Kemudian I Dewa Pamahyun yang menggantikan Ida Dalem Waturenggong, namun masih kanak-kanak, sehingga beliau diasuh oleh paman beliau. Pada saat itu yang menjadi patih adalah Kriyan Batan Jeruk.
Kemudian tibalah masa kekacauan, dunia ini memasuki Kali Yuga, muncul nafsu angkara murka Kriyan Batan Jeruk dimasuki oleh tri medha : lobha, moha, murka, serta berkeinginan untuk menjadi penguasa, itu sebabnya ia mengadakan huru hara. Terjadilah perang besar di Gelgel, dikenal dengan Pabalik Kriyan Batan Jeruk atau pemberontakan Kriyan Batan Jeruk serta I Dewa Anggungan pada saat kala naga aswa yuga ning rat atau tahun Saka 1478 atau tahun Masehi 1556. I Dewa Anggungan juga ingin menjadi raja di Bali, dibantu oleh Kriyan Pande serta Ki Gusti Tohjiwa.
Pada saat itu I Gusti Tohjiwa membawa pasukan dari Besakih berjumlah 200 orang banyaknya, kemudian membangun tempat perkemahan untuk pasukannya di Bukit Andakasa. Sebelum menghadapi peperangan, beliau mandi di Buatan, beliau di hulu, pengiringnya di bagian hilir.
Singkat ceritera, perang terjadi dengan serunya.
- Kriyan Batan Jeruk dihadang oleh Kriyan Manginte dari Kapal serta para tanda mantri Dalem yang masih setia kepada Ida Dalem. Lalu kalahlah Kriyan Batan Jeruk, lari ke Bungaya dan dibunuh di Jungutan Bungaya.
- Kriyan Pande Bhasa sementara itu menyerahkan diri kepada Kriyan Manginte. Namun Ida Tohjiwa, sama sekali tidak berkeinginan untuk menyerahkan diri, sebab sudah menmgetahui akan tibanya hari untuk gugur di medan laga.
Ida I Gusti Tohjiwa kemudian berperang tanding melawan Kriyan Nginte yang mempergunakan senjata tombak Ki Baru Gudug. Keduanya saling penggal, saling pukul, namun memang benar-benar perwira dan andal dengan diri masing-masing. Sesudah perang tanding itu berlangsung lama, kenalah lambung I Gusti Tohjiwa oleh senjata Ki Baru Gudug, kemudian hilang tanpa bekas Ida I Gusti Tohjiwa. Menakjubkan sekali.
Memang beliau I Gusti Tohjjiwa seorang perwira sejati. Beliau sudah mengetahui kalau akan meninggalkan dunia fana ini pulang ke Sorgaloka. Perang tanding melawan Kriyan Nginte hanya merupakan jalan menyatukan jiwanya dengan Sang Paratma, karena Kriyan Nginte memiliki Ki Baru Gudug, tombak yang hanya bisa mencabut jiwa beliau. Jadi beliau menunngu waktu pertemuan dirinya dengan senjata tumbak yang bernama Ki Baru Gudug yang dibawa oleh Kriyan Nginte itu. Sama sekali tidak ada keinginan beliau untuk berani melawan Dalem. Hanyalah karena beliau berkeinginan untuk gugur di medan laga, dengan jalan bertemu dengan Ki Baru Gudug. Demikian keadaannya dahulu.
Itu sebabnya sebelum berperang, beliau sudah memberikan petuah kepada rakyatnya, agar kembali lagi ke Besakih, bilamana beliau gugur dalam medan perang.
Ida Tohjiwa yang juga dinamai Ida Sukaluwih, serta kemudian bernama I Gusti Tohjiwa kemudian disthanakan di Meru tumpang 3 di Panataran Agung Besakih, bergelar I Dewa Gusti Ibyang.
Ida I Gusti Tohjiwa mengadakan putra laki-laki seorang, wanita seorang, masing-masing bernama:
- I Gusti Dangin dan
- I Gusti Ayu Tohjiwa atau I Gusti Ayu Singharsa.
I Gusti Dangin berputera 3 orang:
- I Gusti Tohjiwa Babakan diperintah oleh I Gusti Anglurah Sidheman berdiam di Selat,
- I Gusti Tangkup di Padangaji dan
- I Gusti Alit Tabola di Tabola.
I Gusti Tohjiwa Babakan di Selat memiliki putra lima orang:
- I Gusti Nitya,
- I Gusti Mendem,
- I Gusti Danu,
- I Gusti Tilas, serta
- I Gusti Luh Putu Sari.
I Gusti Tangkup di Padangaji menurunkan:
- I Gusti Padangaji,
- I Gusti Pejeng, serta
- I Gusti Taji.
Demikian kisah keturunan Ida Tohjiwa, putra kedua Ida Wang Bang Tulus Dewa.
Rahayu sareng sami semeton
BalasHapus