Google+

Makna Panca Datu

Makna Panca Datu

Bila kita membaca kisah perjalanan Maharsi Markandeya tampak jelas dimana keberhasilannya untuk merabas Pulau Bali adalah dengan membawa Panca Datu dan menanamnya di Pura Basukian atau Besakih sekarang. Kok bisa hanya membawa lima jenis logam dapat selamat merabas Pulau Bali yang dulunya terkenal angker dengan roh-roh jahatnya ?

Ini merupakan petunjuk/wahyu yang didapat oleh beliau di lereng Gunung Raung (Jatim) atas petunjuk Dewa Brahma dalam manifestasi beliau sebagai Sang Hyang Pasupati. 
Ada apa dengan Panca Datu? 
Seperti yang anda ketahui panca Datu adalah lima jenis logam mulia yang dipakai biasanya ditanam di tanam sebelum membangun suatu pura. Upacaranya dinamakan "mendem pedagingan (mengisi inti). 
Logam-logam itu antara lain adalah Emas, Perak, Besi,Perunggu dan timah atau beberapa sumber menjelaskan logam-logam tersebut adalah: mirah permata, emas, perak, perunggu dan baja. Dalam postingan ini kami coba mengupas arti panca datu yang dikomparasi dari kajian kitab Weda, Lontar, ilmiah (sebagai sumber tertulis) dan wedangga (sumber lisan wahyu/tutur). Tujuannya bukan mencari kelemahan atau mengkritik satu sama yang lain, melainkan belajar untuk mengupas nilai-nilai Agama yang dapat digunakan dasar/isnspirasi untuk mengarungi samudera kehidupan yang luas ini.


Panca datu (lima jenis logam) sekarang telah menjadi suatu ritual resmi di Bali dalam rangka pemelaspasan/proses inisiasi energi ketuhanan ketika akan mentransformasi suatu pura yang baru selesai dibangun agar dapat dipakai untuk sembahyang (mentransfer energi/sinar suci ketuhanan). Begitu pula bagi pura yang telah lama berdiri, perlu di recharge energinya dengan upacara mupuk pedagingan, pedudusan dll. 
Kita tidak membahas fungsi panca datu sebagai bagian dari upacara melainkan kenapa Maharesi Markandeya hanya berbekal lima jenis logam dapat merabas pulau Bali? 
dan kenapa Maharesi diperintahkan menanamnya di pulau ini? 
ada apa dengan logam dalam konteks energi spiritual.

Sifat dan Energi Logam

Logam dan dunia spiritual/supranatural memang tidak bisa dipisahkan. kami berikan contoh "Keris" keris adalah salah satu jenis tradisional yang diposisikan paling tinggi statusnya, karena keris selain berfungsi untuk senjata penjaga diri juga berfungsi sosial sebagai lambang suatu jabatan, media supranatural dan prestise (kebanggaan pribadi/golongan). 
Banyak mitos yang lahir dari sosok "keris" ini keris ada yang diyakini mempunyai "roh", keris dianggap dapat memberikan kekuatan tertentu pada pemiliknya dll. 
Kebudayaan keris di Bali diperkirakan munculnya pada jaman Bali Arya dimana Bali mulai ada interaksi dengan Kerajaan di Pulau Jawa. Olahan logam yang juga diyakini memiliki nilai spiritual/supranatural adalah gamelan/gong. Gamelan di Jawa dan Bali diyakini meiliki "roh" tertuma di instrumen "Gong"-nya. Di Jawa bahkan instrumen gong ini bersifat "laki perempuan" dan diberikan nama tertentu sedangkan di Bali bahkan ada upacara khusus terhadap instrumen "gong" yang dilakukan sebelum memulai memainkan gamelan.

Dari contoh di atas tampak jelas unsur logam merupakan media yang bagus untuk menyimpan energi-energi spiritual dibandingkan zat yang lain. Jika ditilik dari sifatnya menurut ilmuwan, bahwa logam sebagai suatu kristal terdiri dari ion positif logam dalam bentuk bola-bola keras dan sejumlah elektron yang bergerak bebas dalm ruang antara. Elektron-elektron valensi logam tidak terikat erat (karena energi ionisasinya rendah), sehingga relatif bebas bergerak. Hal ini dapat dimengerti mengapa logam bersifat penghantar listrik yang baik dan juga mengkilap.

Dalam kepercayaan di Bali logam tidak dicantumkan kedalam unsur pembentuk alam. Unsur pembentuk alam di Hindu dikenal sebagai Panca Maha Bhuta yaitu:
  1. Pertiwi (tanah/padat), apah (air/cair), teja (api/cahaya), bayu (udara), akasa (ether/zat kosong).
Panca Maha Bhuta ini diciptakan dari unsur tenaga Tuhan yaitu:
  1. Ganda tan matra adalah benih unsur pertiwi, 
  2. Rasa tan matra benih unsur apah/air, 
  3. Rupa tan matra benih unsur teja/api, 
  4. Sparsa tan matra benih unsur bayu/udara dan 
  5. Sabda tan matra benih unsur akasa.

Jika kita komparasikan dengan ilmu alchemy/alkimia. Alkimia (alchemy) adalah suatu seni abad pertengahan untuk menciptakan emas dari logam apa saja. Walau alkimia seolah-olah hanya menghasilkan ilusi akan tetapi tetap berperan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern terutama ilmu kimia.

Menurut catatan, alkimia lahir di tanah mesir tepatnya Alexandria. Pada periode yang bersamaan, ilmu ini dikembangkan di daratan Cina. Alkimia dipengaruhi oleh teori yang disusun oleh Empedocles sekitar 5 abad sebelum masehi, yang mengatakan bahwa seluruh benda disusun dari udara, tanah, api dan air. Dari teori dasar pembentukan benda tersebut di atas, maka para filsuf terus mengembangkan Alkimia, seperti Zosimus (tahun 250-300), Aristoteles, Geber, Roger Bacon dari Inggris, Albertus Magnus dari Jerman, St. Thomas Aquinas dari Itali dan lain-lain.

Yang paling menarik adalah Philippus Paracelsus, ahli kimia dari Swiss yang menyatakan secara tegas bahwa segala hal dibentuk dari tanah, udara, air, api dan sebuah elemen yang “belum” diketahui. 
Jika elemen tersebut diketahui, maka diyakini bahwa manusia bisa “menciptakan apa saja” dari keempat elemen tersebut di atas. Setelah Paracelcus tiada, para ahli kimia di Eropa dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang berkonsentrasi pada usaha-usaha scientific untuk menemukan unsur dan reaksi yang baru sedangkan kelompok lain berkonsentrasi pada sisi metafisik dari alkimia kuno (kijeromartani.blogspot.com)

Sangat canggih ya, semua unusr ini kalo disatukan akan menjadikan emas, masalahnya unsur kelima akasa (ether) masih belum diketemukan/dimengerti sampai sekarang, tugas anda untuk mencarinya. Emas dalam alkimia yang dianggap tujuan akhirnya merupakan logam yang sangat indah warna kuning yang mengkilap sempurna menjadi idaman manusia dari jaman dulu. Terbukti di lukisan-lukisan Dewa atau yang tercantum dalam Weda (digambarkan para dewa berpakaian emas).

Jika dilihat dari kaca mata spiritual warna emas merupakan assosiasi dari sinar suci Tuhan, jadi pengolahan keempat unsur tadi plus unsur kelima akan membuat bumi/badan kita akan bersinar. Caranya bagaimana tentu membutuhkan pendalaman ajaran spiritual sesuai yang diinginkan.

kembali ke kelima unsur logam, jadi panca datu tersebut adalah pengolahan sinar suci tuhan yang ditanam di pulau Bali sehingga menghubungkan kepada Sinar yang tertinggin yatu Tuhan Yang Maha Esa. maka dengan menanam panca datu di pura yang baru berarti tanah pura tersebut telah diubah menjadi "emas" yang penuh dengan sinar-sinar kesucian Tuhan.

Panca Datu dalam Kajian Filsafat Agama

Seperti yang telah kami kemukakan di atas bahwa Panca Datu ditanam di tanah ketika akan "mensahkan" satu pura menjadi tempat suci yang dapat digunakan untuk sembahyang. Kenapa harus ditanam di tanah. Kita kembali lagi ke konsep Bhuwana Agung = Bhuwana Alit dan unsur pembentuknya sama yaitu Panca Maha Bhuta.

Nah kelima jenis panca datu ini merupakan penetralisir dari panca Maha Butha tersebut, jadi panca datu ini adalah "jangkar" atau sofware yang "diinstall ke dalam tanah" sehingga unsur tanah tersebut dalam memancarkan sinar kesucian. Tentu pada waktu-waktu tertentu "software tersebut wajib diupdate biar tidak terjakit "virus" yang merusak sistem.

Menurut pesraman Batu Ngadeg Narayana Panca Datu yang dibawa oleh Maharsi Markandeya secara filsafat berarti Panca(Lima) Datu=Dasar Tutur(dasar Filsafat/pondasi keimanan).

Apakah Dasar Tutur menurut pesraman? 
itu tidak lain dan tidak bukan adalah Lima pokok /tuntunan dasar beragama Hindu yaitu Panca Sradha. Yaitu: 
  1. Percaya terhadap Brahman, 
  2. Percaya terhadap atman, 
  3. Percaya terhadap karma Phala, 
  4. Percaya terhadap Punarbawa/reinkarnasi/samsara, 
  5. Percaya terhadap moksa.
Jadi sesuai dengan wahyu/sabda yang didapat dengan membawa "panca Datu" ini dan kemantapan dalam menjalaninya membuat Maharsi markandeya sukses "merabas" Hutan sampai akhirnya sampai ke Tujuannya (Besakih).

Hutan disini tentu yang dimaksud adalah dinamika kehidupan di dunia fana ini dan tujuannya adalah kelepasan/kebahagiaan Abadi/ Moksa. itu yang didapat berdasarkan tutur/sabda/wahyu yang didapat.

Jadi logam-logam tadi perlambang itu semua:
  1. Emas = percaya terhadap Brahman (unsur yang dianggap tertinggi/murni)
  2. perunggu = percaya terhadap Atman (mirip kayak emas namun belum murni)
  3. Besi = percaya dengan karmaphala (unsur yang paling gampang ditempa)
  4. baja = percaya terhadap reinkarnasi (unusr terkuat/perlambang kita tidak bisa terlepas darinya)
  5. mirah permata = percaya terhadap moksa (unusr mengikat sekaligus merupakan tujuan akhir)

Memang hal ini perlu didiskusikan tidak bisa didoktrin sebagai yang paling benar. Namun kami harapkan dengan membaca pemaparan kami anda dapat menyimpulkan sendiri atau bahkan mempunyai inspirasi untuk mengungkapkan apa arti panca datu tersebut menurut logika dan "rasa". Semoga bermanfaat.

1 komentar:

  1. Yang belum diurai disini adalah mengapa pedagingan mengambil bentuk bentuk seperti yuyu, udang, ikan, nyalian, kursi, naga, dan anget anget.... ?
    Apa bisa bentuk bentuk tersebut diganti atau tanpa bentuk... ?

    Matur suksma

    BalasHapus