Jro Mangku sebutan untuk Pemangku
Pada umumnya kita di Bali mendengar kata pemangku (Jro Mangku) memang hal yang sudah biasa, namun perlu kita ketahui apakah yang terkandung tersirat dari makna kata yang terkandung didalamnya pada bagian ini kita akan bahas dari beberapa sumber yang menyebutkan makna dari kata pemangku.
Menurut Lontar Widhi Sastra kata pemangku diuraikan menjadi:
- ‘Pa’, bermakna “Pastika pasti”, yang artinya paham akan hakikat kesucian,
- ‘Mang’ bermakna “Weruh ring titining Agama” artinya paham mengenai pelaksanaan ajaran Agama. Mengingat ‘Mang’ sebagai suku kata aksara suci Dewa Iswara atau Siwa sendiri sebagai guru niskala bagi warga desa, beliau juga dijuluki sebagai Sanghyang Ramadesa.
- ‘Ku’ bermakna “Kukuh ring Widhi” yang artinya teguh dan konsisten berpegangan kepada Tuhan/ Ida Sanghyang Widhi.
Kemudian dari kata Widhi, diperoleh suku kata ‘di’ yang artinya “dina” (hari), dari kata ‘dina’ diperoleh suku kata ‘na’ artinya “amertha” (sumber kehidupan) dari kata amertha diperoleh suku kata ‘ta’ artinya “toya” (air), dari kata toya diperoleh suku kayaa ‘ya’ artinya “jati jatining kaweruhan ring kahananing bhuana agung muang bhuana alit (hakikat pengetahuan mengenai bhuana agung dan bhuana alit).
Dalam Lontar Sukretaning Pamangku, dinyatakan bahwa pemangku adalah perwujudan I Rare Angon (Dewa Gembala/Pengangon) yang merupakan perwujudan dari Dewa Siwa seperti dinyatakan sebagai berikut”
‘Ikang sukretaning pamangku ring khayangan, wnang tegesin pamangku kawruhakena kang mawak pamangku ring sariranta. I Rare Angon mawak pamangku ring sariranta’.