Google+

Memahami Hidup sebagai Proses

Memahami Hidup sebagai Proses

HIDUP ini bukanlah suatu statusquo artinya menetap tanpa adanya perubahan dan pergeseran sama sekali. Hidup ini adalah suatu perjalanan. Ada perjalanan yang mendaki menuju tempat yang lebih tinggi ada juga yang menurun. Ada yang belok kanan ada pula yang belok kiri. Idealisme perjalanan hidup umat manusia di dunia ini menuju kehidupan yang semakin baik dan semakin sejahtera dan bahagia. Tetapi perjalanan menuju idealisme tersebut tidak semudah menggambarkannya dalam teori.

Perjalanan hidup itu bagaikan perjalanan air dari gunung menuju laut. Air dari gunung itu berasal dari laut yang menguap menjadi mendung. Mendung turun menjadi hujan. Hujan yang jatuh di gunung itulah yang menapaki lereng gunung terus menuju sungai. Tidak ada sungai yang alami lurus menuju laut. Sungai berliku-liku melalui berbagai daerah terus menuju laut. Proses alam itu berdasarkan hukum Rta yang diciptakan oleh Tuhan.

Air mengalir dari dataran yang lebih tinggi menuju dataran yang lebih rendah, nyala api berkobar menuju ke atas. Itu semuanya karena hukum Rta ciptaan Tuhan.Demikianlah hidup ini sebagai suatu proses.

Memahami hidup sebagai suatu proses sangat penting untuk membangun sikap hidup yang benar dan tepat guna. Dari sikap hidup yang benar dan tepat guna itu seseorang akan mendapatkan keadaan hidup yang tenang. Hidup yang tenang lahir batin akan dapat melahirkan kehidupan yang bijak dalam menapaki proses hidup di dunia ini. Dengan memahami hidup sebagai suatu proses seseorang akan tetap bersikap seimbang kalau melihat atau berada pada suatu kebaikan atau keburukan.

Keberuntungan atau kemalangan, kedukaan atau kesenangan, dapat berproses dalam hidup ini. Kebaikan dapat saja berubah menjadi keburukan kalau kurang waspada kita menjaga kebaikan itu. Demikian juga keburukan dapat saja berproses menuju kebaikan kalau ada upaya-upaya mengubah keburukan menjadi kebaikan. Orang kaya bisa saja berubah menjadi miskin, demikian juga orang miskin bisa berubah menjadi kaya. Demikianlah seterusnya. Karena itu sikap yang baik menghadapi proses kehidupan ini kita tidak boleh bersikap apriori melihat suatu kejelekan atau keburukan. Demikian juga tidak kita tidak boleh bersikap terlalu berharap pada sesuatu yang kelihatannya baik atau menyenangkan hati. Karena itu semuanya dapat diproses.

Kalau ada orang yang jelek belum tentu ia akan jelek terus. Setidak-tidaknya kita berdoa agar kejelekan seseorang itu dapat berubah menjadi baik tahap demi tahap. Setidak-tidaknya kejelekannya itu tidak bertambah. Demikian juga kalau ada orang bermusuhan dengan diri kita. Belum tentu sikap bermusuhan itu akan terus menerus. Suatu saat dapat saja sikap bermusuhannya itu berubah menjadi berteman. Artinya tidak boleh bermusuhan habis-habisan. Bisa saja karena situasi kita didorong untuk berbaikan dengan yang kita musuhi itu. Kalau kita melihat orang lain jelek jangan terlalu menganggap bahwa kejelekan itu akan terus-menerus menimpa mereka. Suatu saat bisa saja berubah. Dunia ini kan berputar terus, demikian juga dalam melihat suatu kebaikan. Misalnya saja ada orang atau siapa saja demikian baik kepada kita, janganlah hubungan baik itu dilakukan tanpa perhitungan. Kalau sampai tanpa perhitungan menjaga hubungan baik, dapat saja hubungan baik itu berproses menjadi buruk.

Sikap yang tidak satu dimensi sangat penting kita kembangkan dalam hidup karena agama Hindu mengajarkan kepada kita, tidak ada yang mutlak di dunia ini kecuali Hyang Widhi Wasa.

Dengan pemahaman bahwa hidup ini adalah suatu proses kita tidak mudah goyah menghadapi dinamika hidup yang selalu multidimensional. Kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang merisaukan. Kalau keadaan menyenangkan jangan kita lupa diri sampai kehilangan kewaspadaan. Apa-apa yang baik itu teruslah kita jaga jangan lengah seolah-olah yang baik itu tidak akan berubah-ubah. Risiko terburuk harus selalu diperhitungkan. Meskipun kita tidak pernah mengharapkan hal itu datang.

Jangan cepat berpuas diri kalau keadaan serba baik. Yang langgeng hanyalah perubahan. Demikian juga kalau terjadi suatu ketidakberuntungan, janganlah cepat-cepat berputus asa. Tuhan akan membukakan jalan bagi umatnya yang berusaha. Yakinlah hidup ini akan berproses. Proses itu akan menuju kebaikan bagi umat yang berusaha dan tahan pada cobaan hidup. Proses hidup akan mengarah pada ketidakbaikan apa bila kita biarkan tanpa usaha untuk memperbaikinya.

Pasrah bukanlah kemalasan. Pasrah adalah kerja berdasarkan kesadaran budhi untuk memperjuangkan proses hidup menuju arah yang positif.

sumber hindu-indonesia. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar