Dalem Ketut Ngulesir - Raja Bali III
merupakan putra bungsu Sri Kresna Kepakisan. Dengan adanya kemerosotan pemerintahan di Samprangan, Akhirnya
Kyai Klapodyana / Kyai Kubon Tubuh (Kyai Bendesa Gelgel) mengambil inisiatif
mencari Dalem Ketut Ngulesir. Dhalem Ketut Ngulesir ditemui di rumah judi di
desa Pandak Tabanan, sedang bermain judi.
Setelah dengan berbagai
usaha, Setelah didaulat dan diyakinkan oleh Kyai Bendesa Gelgel, sampai-sampai Kyayi Bendesa Klapodyana menyerahkan rumahnya untuk istana raja, baru bersedia menggantikan kakaknya. Beliau beristana
di kediaman Kyai Bendesa Gelgel, yang kemudian disebut Suweca Linggarsapura. Maka, mulailah Kerajaan Gelgel dengan raja Ida I Dewa
Ketut karena tampannya bergelar Sri Smara Kepakisan atau Dalem Ketut Smara Kepakisan.
Sehingga muncul 2 raja dengan dua istana, tetapi hal
dapat diterima oleh Dalem Hile. Dengan demikian dimulailah jaman Gelgel. Berita
pengangkatan Dalem ini didengar oleh Dalem Samprangan namun tidak bereaksi
karena beliau sudah kehilangan gairah hidup. Para menteri dan pembantu Raja di
Samprangan banyak yang berpindah ke Gelgel atas kemauan sendiri karena merasa
lebih senang mengabdi kepada Dalem Ketut. Roda pemerintahan diatur dari Gelgel
yang telah berganti nama menjadi Suwecapura. Sebagai ibukota Kerajaan Gelgel
disebut Linggarsa Pura.
Demikian pula Kyai Agung Nyuhaya yang menjabat sebagai
patih Agung Samprangan turut pindah ke Gelgel diikuti oleh putra tertuanya
yaitu Kyai Petandakan dan menetap di Karang Kepatihan. Para Manca yang tinggal
di pedesaan dan pegunungan mendengar berita ini lalu datang menyatakan dukungan
dan kesetiaan kepada Dalem Ketut Ngulesir.
Para Arya yang telah
banyak meninggal dunia, jabatan digantikan oleh putra- putranya. Patih
Agung Pangeran Nyuhaya wafat, digantikan oleh puteranya Kyai Gusti Arya Petandakan.
Sehinga tiga menteri utama beliau yaitu Kyai
Gusti Arya Patandakan, Ki Gusti Pinatih dan Ki
Gusti Kubon Tubuh.
Untuk menarik simpati masyarakat Bali, Sri Smara
Kepakisan menyelenggarakan upacara penghormatan terhadap arwah raja-raja Bali
dahulu, di Pura Tegeh Kahuripan (Pura Bukit Penulisan), juga mendirikan Pura
Dasar Buwana di bekas lokasi Pesraman Mpu Gana di kota Gelgel.
Sri Smara Kepakisan diundang Majapahit
Beliau satu-satunya raja Bali yang sempat menghadap ke
Majapahit, waktu itu yang menjadi raja adalah Sri Hayam Wuruk (1350 – 1389 M). Di
Majapahit diadakan suatu upacara besar-besaran dengan mengundang
adipati-adipati di luar Majapahit. dikisahkan perjalanan utusan Majapahit ke
tiap- tiap daerah. Dalem Ketut Ngulesir menghadiri undangan upacara/ yajnya
itu.
Perjalanan Sri Smara Kepakisan ke Majapahit, dengan
rombongan di bawah pimpinan Kryan Patandakan, Kryan Penatih dan Kryan Kubon
Tubuh. Diuraikan tentang perjalanan rombongan raja Bali keindahan alam yang
melatari perjalanan tersebut. Akhirnya tiba di Majapahit. Dilanjutkan dengan
kisah suatu persidangan para raja, di mana raja Bali menjadi kekaguman para
hadirin. Diuraikan liku-liku perjalanan dengan segala keindahannya.
Selama di Majapahit, Sri Smara Kepakisan selalu aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan. Suatu saat baginda Raja Majapahit Hayam
Wuruk memberikan penghargaan, menghadiahkan sebilah keris kepada Sri Smara Kepakisan Adipati Bali
yang kemudian terkenal
dengan nama "Ki Sudamala". Baginda menyaksikan tanda hitam
(seperti tattoo) berbentuk gambar "Caurri", pada paha raja Bali
kemudian raja-raja dari luar Majapahit kembali ke daerahnya masing-masing. Karena pada saat kembali ke Bali, keris itu
pernah jatuh di Bangawan Canggu, dan terlihat keajaiban keris tersebut
mengambfang di air sungai tersebut, kemudian dibali keris itu dikenal dengan
sebutan “Ki Bangawan Canggu”
Sri Smara Kepakisan diundang oleh Adipati Madura untuk
menghadiri upacara yajnya. Baginda sempat singgah di Majapahit, dan memperoleh
keterangan dari seorang pendeta yang bernama Çiwa Waringin tentang
sebab-musabah runtuhnya Majapahit.
Pada waktu itu pula Dalem Ketut Ngulesir mengutus
seseorang untuk mencari seorang Brahmana dari Keling yang konon sangat sakti
dan termasyur. rencana raja Bali untuk melakukan "Podgala".
Mengundang pendeta dari Keling bernama Jangganing Kayu Manis untuk
"Nabe".
Sri Smara Kepakisan Menyelesaikan Kesalahpahaman
Suatu kisah permohonan Kyayi Nyuhaya untuk membunuh Kyayi
Gusti Abian Tubuh karena terjadi salah paham yang diakibatkan oleh perkawinan
dengan Kyayi Gusti Abian Tubuh dengan I Gusti Ayu Adi, kakak kandung Kyayi
Nyuhaya. Pertikaian itu, diselesaikan dengan cermat oleh raja Sri Smara
Kepakisan, tercipta kekeluargaan yang terjalin akrab antara mereka.
Menyusul pengacauan harimau hitam di Blambangan, Raja
Bali mengutus Kyayi Kubon Tubuh yakni untuk menumpasnya, harimau itu dapat
dibunuh oleh Kyayi Kubon Tubuh. Kemudian raja Bali menghadiahkan
"Piagam" dan Pura Dalem Tlugu, kepada Kyayi Gusti Kubon Tubuh, dan
sebilah sumpitan bernama "Ki Macan Guguh".
Akhir Masa Pemerintahan Sri Smara Kepakisan
Sri Smara Kepakisan wafat setelah disucikan (di-diksa).
oleh Mpu Kayu Manis dari Keling, tahun 1882 (sapangranga dwipak agni surya =
1460 Masehi). diganti oleh putranya yang sulung dalem, Sri Watu Renggong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar