Diceritakan kerajaan Buleleng dibawah kekuasaan Ki Panji
Sakti memiliki angkatan perang yang sangat kuat yaitu Taruna Gowak. Dengan
angkatan perang yang demikian besar kerajaan Buleleng dapat menaklukkan
Kerajaan Blambangan dan Jembrana.
Selanjutnya yang menjadi incaran yaitu kerajaan Badung.
Pada suatu hari datanglah surat ancaman yang ditujukan kepada Kiyai Jambe Haeng
dari Puri Satriya, agar Raja Badung tunduk kepada kekuasaan Ki Panji Sakti, karena
bila acaman tersebut tidak dipenuhi maka Kerajaan Badung akan digempur habis
habisan.
Mendapat ancaman tersebut Kiyai Jambe Haeng / Kyai Jambe
Satria (Raja Puri Satria) kemudian mengadakan perundingan dengan Kiyai Anglurah
Anglurah Pemecutan III untuk membahas permasalahan tersebut. Melalui rapat
tersebut akhirnya diputuskan bahwa Kerjaan Badung akan dipertahankan mati
matian sampai titik darah penghabisan.
Namun untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak
maka Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III akan menantang Ki Panji Sakti untuk
berperang tanding satu lawan satu dengan taruhan yang kalah akan kehilangan
kerajaannya. Ki Panji Sakti menyetujui tantangan tersebut dan diputuskan perang
tanding akan diadakan di suatu daerah di Kesiman.
Pada hari yang telah ditentukan Ki Panji sudah siap
ditempat untuk menyambut kedatangan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III. Ki
Panji Sakti datang dengan busana perang lengkap dengan keris di pinggangnya,
sedangkan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III juga memakai busana perang
namun dipinggangnya tidak terselip sebuah keris, namun sebuah pecut yang biasa
dipakai pengembala sapi.
Ki Panji Sakti sangat heran melihat hal tersebut karena
bagaimana mungkin Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III menantang perang tanding
namun tidak membawa senjata, Menurut beliau itu hanya akan menyerahkan diri
namanya. Kedua Kesatria tersebut sudah mengambil tempatnya dan perang tanding
akan segera dimulai. Ki Panji Sakti berinisiatip untuk memulai serangan dengan
kerisnya yang mengeluarkan sinar gemerlapan yang dapat menyilaukan mata yang
memandangnya.
Ki Panji Sakti dapat menusukkan keris tersebut tepat
didada Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III, namun keris tersebut tidak mampu
menembus dada tersebut sampai berulang kali sehingga Ki Panji Sakti menjadi
kepayahan dibuatnya.Tiba giliran Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III untuk
melakukan serangan dengan memutar mutar pecut saktinya diatas kepala Ki Panji
Sakti.
Tiba tiba datanglah angin topan yang sangat dahsyat yang
menghempaskan seluruh busana yang melekat di tubuh Ki Panji Sakti. Dengan
keadaan yang sangat menyedihkan Ki Panji sakti akhirya menyerah dan serangan
dari Kerajaan Buleleng dapat dipatahkan oleh Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan
III.
Dengan Kemenangan tersebut mulai saat tersebut Kiyai
Anglurah Anglurah Pemecutan III mengganti namanya menjadi Kiyai Arya Ngurah
sakti atau Ida Bhatara Maharaja Sakti, Demikianlah asal usul nama Bhatara
Maharaja Sakti. Dengan kemenangan Kerajaan Badung tersebut menjadikan kerajaan
Mengwi lebih bersikap hati hati. Untuk menjaga perdamaian antara Kerajaan
Pemecutan dengan Kerajaan Mengwi diadakanlah perkawinan antara Ida Bhatara
Maharaja Sakti dengan Ni Gusti Ayu Bongan putri dari Kerajaan Mengwi.
Pada waktu pemerintahan Kyai Anglurah Pemecutan III yang
mengambil istri dari Kerajaan Mengwi yaitu Ni Gusti Ayu Bongan Kerajaan Mengwi
dan Badung merupakan suatu keluarga besar, pada waktu mendapat kesusahan saling
membantu sehingga kedua kerajaan hidup rukun dan keamanan berjalan dengan baik.
Demikianlah keadaannya sampai berjalan lebih kurang 4 keturunan.
bagi penulis cerita ini agar sudi kiranya mencantumkan buku asal cerita itu di muat... di samping untuk memperkaya wawasan juga untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari generasi kita.
BalasHapusterima kasih atas masukannya...
Hapussemua yg tyg tulis niki merupakan kumpulan dari beberapa sumber yg tyg hubung2kan.. diselaraskan.. misalnya..
bila kita membuat cetita ttg keadaan suatu daerah, tentunya kita tidak bs hanya mempercayai 1 dokumentasi babad saja, minimal lebih dari 1 dan masuk akal secara angka tahunnya...
apabila ada kekurangan dalam tulisan tyg niki, mohon masukannya...
Dari mana sumbernya niki
BalasHapusKalau Panji sakti kalah kenapa beliau masih hidup,dan kerajaan Buleleng tidak jatuh ke tangan kyai pemecutan?
BalasHapusKalo PanjiSakti kalah kenapa dia mendapat istri bernama Gusti ayu Nambangan? Kenapa Buleleng tidak menjadi bawahan pemecutan,dan kenapa dia tidak dapat julukan ketika kalah melawan pemecutan,seperti pemecutan melawan Jero sempidi?
BalasHapusMenurut saya cerita ini kurang tepat, cobak cari silsilah asal usul nama taen siat dan tapak gangsul, saya rasa sudah banyak tesis dan skripsi sejarah yang sudah membahas hal ini. Anglurah Panji Sakti disebut sakti bukan karena dengan huyungan angin itu lantas membuat beliau terhempas jangan mengada ngada lah, cobak cari silsilah cerita perang Blambangan, uug Payangan, perang di gelgel, cari tau kenapa desa panasan bernama panasan sampe sekarang di Klungkung,cari perang di gunung batu karu, dan masih banyak literasi perang yg pernah dilakukan oleh beliau semasa memerintah, disanalah laskar teruna goak pernah bertempur tidak terkecuali di taen siat. Maka dari itu beliau bergelar Ki Barak Panji Sakti.
BalasHapus